Mohon tunggu...
Arif Budi Setiawan
Arif Budi Setiawan Mohon Tunggu... Psikolog - M.Psi., Psikolog

Psikolog Klinis Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainuddin Surakarta | Psikolog Klinis Aplikasi Daring Alodokter http://s.id/telekonseling | Founder www.psikologklinis.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Depresi Lansia, Mungkinkah?

23 November 2020   10:38 Diperbarui: 23 November 2020   10:47 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: artofquotation.wordpress.com

Lanjut usia menurut Sobur (2003) berada pada rentang usia 60 tahun keatas. Lanjut usia atau biasa kita singkat menjadi lansia sudah mengalami kemunduran fisik, sosial, serta psikologis  (Hurlock, 2004). Kondisi fisik pada lansia yang sudah menurun membuatnya menjadi tergantung dengan orang lain, sehingga aktivitas sehari-hari mulai berkurang intensitasnya.

Selain kondisi fisik yang sudah menurun, status ekonomi biasanya juga menurun yang mengakibatkan perubahan pola hidup serta proses adaptasi dalam hubungan sosial. 

Kondisi lanjut usia juga biasanya mengalami kondisi dimana pasangan hidup telah meninggal dunia, mengharuskannya kembali beradaptasi dengan kondisi anak-anak yang sudah dewasa. Proses adaptasi kembali tersebut bisa menjadi pemicu timbulnya permasalahan psikologis.

Populasi lanjut usia saat ini meningkat karena usia harapan hidup dari tahun ke tahun semakin bertambah (Priatmaja, 2011). Kondisi tersebut membuat kita hendaknya melakukan penanganan khusus terhadap lansia agar kualitas hidupnya menjadi lebih baik. 

Penanganan terhadap lansia perlu proses yang holistic atau menyeluruh, baik kondisi fisik, psikologis, maupun penanganan sosial. Hal tersebut memiliki tujuan agar lansia dapat mempertahankan kesehatannya secara menyeluruh dan meningkatkan derajat kemandiriannya.

Peningkatan usia harapan hidup pada lansia menurut Wirakusumah (2002) membuat Indonesia menempati urutan ketiga setelah Cina dan India dalam hal populasi lanjut usia. Jumlah populasi tersebut tentunya memerlukan penanganan yang tepat untuk mencegah permasalahan terkait lansia di Indonesia. Permasalahan psikologis yang umumnya dialami oleh lansia, depresi termasuk dalam urutan atas (Philipson, 2013).

 Menurunnya kemampuan beradaptasi diketahui menjadi penyebab depresi pada lansia. Depresi pada lansia juga berpotensi ke arah perilaku bunuh diri jika disertai dengan gejala rasa cemas, rasa putus asa yang besar, rasa tidak berharga, gangguan tidur berat, serta gangguan pola makan. Kondisi tersebut tentunya akan memperburuk kualitas hidup lansia.

Persentase kondisi depresi pada lanjut usia akan menjadi lebih besar jika lansia tidak tinggal dengan keluarganya, misal lansia yang tinggal di panti werdha. Kejadian depresi lansia di lingkungan keluarga mencapai 31,4%, sedangkan lansia di panti wedha memiliki risiko sebesar 54,3% (Nurcahya, 2012). 

Menurut penelitian Stanley dan Beare (2007) menunjukkan lansia yang tinggal dengan keluarga memiliki risiko depresi 10-15%, sedangkan lansia yang tinggal di panti werdha memiliki risiko sebesar 50-75%.

Sumber: artofquotation.wordpress.com
Sumber: artofquotation.wordpress.com
Penurunan kualitas hidup pada lansia terkait permasalahan psikologis diantaranya karena adanya gangguan depresif, gangguan kognitif, fobia, dan gangguan pemakaian obat dan minuman beralkohol (Kaplan & Sadock, 2007). 

Gangguan depresi pada lansia berada pada tingkatan sering diderita oleh mereka, setelah gangguan skizofrenia dan paranoia (Maurus, 2009). Ciri khas depresi adalah munculnya perasaan sedih yang mendalam dan menenggelamkan individu. Gangguan depresi pada lansia sering terlambat dikenali dan tidak diobatai secara baik karena adanya penyangkalan. Penyangkalan terjadi karena adanya keluhan fisik, dan dianggap sebagai bagian dari perubahan fisik karena penuaan (Dewi, 2012). 

Lansia yang mengalami depresi bisa saja menyangkal suasana perasaan depresif, akan tetapi menyetujui adanya suasana perasaan yang tidak mengenakkan. Oleh karena itu, asesmen terhadap kondisi depresi lansia memerlukan keterampilan yang baik. Menurut Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2014  Tentang Kesehatan Jiwa, penegakan diagnosis berdasar kriteria diagnosis dapat dilakukan oleh dokter umum, psikolog klinis, dan dokter spesialis kedokteran jiwa.

Faktor munculnya depresi dibedakan menjadi dua, yakni faktor fisik dan faktor non fisik. Faktor fisik misalnya adanya gangguan neurofisiologi. Faktor non fisik bisa berupa factor psikologis, misalnya adalah hilangnya sosok pendamping hidup atau orang yang dicintai, hilangnya harga diri, serta kondisi diri yang tak berdaya (Umar, 2011). 

Kondisi lansia yang kurang memiliki kesempatan untuk mencurahkan perasaan dan berbagi kegundahan dapat menjadi faktor munculnya depresi dan perasaan negatif yang ditekan ke alam bawah sadar (Sawartuti, 2010). 

Oleh karena itu, lansia tetap memerlukan dukungan keluarga yang baik. Berbeda dengan lansia yang tinggal di panti werdha, keterdukungan oleh anggota keluarga akan berkurang bahkan hilang. Jumlah penyandang depresi pada lansia tidak sebanyak dengan depresi pada usia dewasa muda, akan tetapi pada lansia lebih sering terjadi kasus bunuh diri (Knight& Satre dalam Nevid, Rathus, dan Greene, 2003).

Sumber: https://www.dailymail.co.uk/
Sumber: https://www.dailymail.co.uk/
Kondisi kesepian karena meninggalnya pasangan hidup atau teman dekat akan membuat penurunan status kesehatan pada lansia. Penurunan fungsi yang menyeluruh pada lansia meliputi kondisi fisik (penurunan fungsi kognitif, penurunan ingatan, sakit fisik, serta berkurangnya energy), kondisi sosial (penurunan peran sosial serta penurunan status ekonomi), kondisi psikologis (penurunan harga diri, perasaan tak berdaya, serta meninggalnya orang terdekat) membuat lansia kehilangan tujuan hidup.

Selain penanganan secara farmakoterapi, lansia yang mengalami depresi juga memerlukan penanganan psikologis. Penanganan psikologis dapat dilakukan dengan psikoterapi dengan tujuan untuk mengurangi gejala yang muncul, mencegah bunuh diri, memperbaiki kemandirian serta memperbaiki kognisi, mencegah kekambuhan, serta membantu lansia untuk mengembangkan keterampilan (Semiun, 2006). 

Psikoterapi bisa menggunakan Cognitive Behavior Therapy (CBT) dan logoterapi. CBT memiliki kekhasan untuk penanganan kondisi kognitif dan perilaku yang dikombinasikan serta biasanya ada tugas yang harus dikerjakan setelah satu sesi terapi diselesaikan.

Logoterapi merupkan terapi psikologis yang bersifat humanistik yang memiliki tujuan untuk membangkitkan semangat hidup melalui penemuan tujuan hidup yang hendak ingin dicapai. 

Jika orang terdekat anda mengalami tanda-tanda awal depresif, silakan menghubungi tenaga kesehatan (Psikolog Klinis atau Psikiater) di layanan kesehatan yang terdekat dengan anda atau bisa juga berkonsultasi awal melalui aplikasi layanan konsultasi dengan tenaga kesehatan secara daring.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sofia Rhosma. (2012). Buku Ajar Kepewatan Gerontik. Sleman : Deepublish.

Hurlock, E. (2004). Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT Gramedia

Kaplan, H.I. & Sadock, B.J., (2007). Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/clinical Psychiatry. Newyork : Lippincott Williams & Wilkins.

Kementrian Kesehatan. (2014). Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2014  Tentang Kesehatan Jiwa (diakses pada Tanggal 23 November 2020)

Maurus, J. (2009). Mengenali dan Mengatasi Depresi. Bandung : Penerbit Rumpun.

Nevid, Jeffrey S; Rathus, Spencer A.; Greene, Beverly. (2003). Psikologi Abnormal Alih Bahasa TIM Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Nurcahya, Dicky Budi. (2012). Perbedaan Tingkat Depresi Antara Lansia Yang Tinggal Bersama Keluarga Di Dusun Diro Dengan Lansia Di Panti Sosial Tresn Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. Thesis : Tidak Diterbitkan. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Philipson, Christopher. (2013). Ageing Polity Key Concepts in the Social Sciences series. Newyork : John Wiley & Son Inc.

Priatmaja, Agung. (2011). Keefektifan Logoterapi Untuk Meningkatkan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari (AKS) Lanjut Usia. Thesis : Tidak Diterbitkan. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia.

Stanley dan Beare. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik ed. 2, alih bahasa Juniani dan Kurniasih. Jakarta : EGC.

Umar, Muh. Danial. (2011). Keefektifan Logoterapi untuk Menurunkan Derajat Depresi dan Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien di Poliklinik Geriatri Rumah Sakit Umum Daerah DR. Moewardi Surakarta. Thesis : Tidak diterbitkan. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Wirakusumah. (2002). Tetap Bugar Di Usia Lanjut. Ungaran : Trubus Agriwidya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun