Mohon tunggu...
Arif Budi Setiawan
Arif Budi Setiawan Mohon Tunggu... Psikolog - M.Psi., Psikolog

Psikolog Klinis Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainuddin Surakarta | Psikolog Klinis Aplikasi Daring Alodokter http://s.id/telekonseling | Founder www.psikologklinis.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Deteksi Dini Gangguan Depresi pada Generasi-Z

30 Agustus 2020   17:44 Diperbarui: 30 Agustus 2020   17:50 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambaran Depresi pada Generasi Z (sumber : https://herviewfromhome.com)

Faktor munculnya depresi pada remaja awalnya dapat berupa permasalahan dalam pencarian identitas, kematangan seksual, perpisahan dengan orang tua, serta perubahan fisik, intelektual, dan hormonal.

Selain faktor pertumbuhan dan perkembangan Generasi Z remaja, adapula faktor risiko yang membuat remaja rentan terhadap depresi. Faktor tersebut diantaranya adalah kejadian yang menimbulkan kondisi menderita, kekerasan (baik secara fisik maupun seksual), pola asuh yang tidak stabil, kemampuan sosial yang kurang, adanya penyakit kronis (misalnya kanker atau ginjal), adanya riwayat keluarga yang juga mengalami depresi.

Penegakan diagnosis depresi harus dilakukan oleh professional. Proses penegakan diagnosis serta tindak lanjut penatalaksanaan diagnosis gangguan jiwa tertuang dalam Undang-undang RI Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. 

Diagnosis terhadap orang yang diduga mengalami gangguan jiwa (dalam kasus ini depresi) hanya dapat dilakukan oleh dokter umum, psikolog klinis, dan dokter spesialis kedokteran jiwa. Namun demikian, ketika ada dugaan depresi pada Generasi Z, kita sebagai orang terdekat dapat melakukan langkah pencegahan.

Ilustrasi Penanganan Depresi Generasi Z ke Psikolog Klinis (sumber : https://kaboutjie.com)
Ilustrasi Penanganan Depresi Generasi Z ke Psikolog Klinis (sumber : https://kaboutjie.com)

Jika ada dugaan depresi pada Generasi Z, kita dapat mengambil langkah-langkah sebagai berikut sebagai langkah pencegahan agar tidak semakin parah. Langkah tersebut diantaranya adalah mengobrolkan hal yang kiranya dapat mengganggu pikiran dan perasaannya, mengenal anak secara lebih dekat, melindungi anak dari tekanan atau kekerasan yang terlalu besar yang dapat menimbulkan kerusakan mental, memperhatikan kesehatan fisik dan mental, memberi perhatian yang cukup pada anak. 

Selain memperhatikan faktor mental anak, kita juga harus memperhatikan faktor fisiknya, berupa mengupayakan agar anak cukup tidur, makan teratur, aktif melakukan kegiatan fisik yang disukai. Namun demikian jika kondisi makin memburuk atau tidak lebih baik, hendaknya melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke professional. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan mencari bantuan kepada Psikolog Klinis atau Psikiater.

Daftar Pustaka :

Lumongga, Namora. (2016). Depresi -- Tinjauan Psikologi . Jakarta : Penerbit Kencana.

Rubin, G. James & Wessely, Simon. (2020). The Psychological Effects of Quarantining a City -- Coronavirus diakses pada 26 Agustus 2020.

Sumber bacaan :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun