Mohon tunggu...
Arif Budi Setiawan
Arif Budi Setiawan Mohon Tunggu... Psikolog - M.Psi., Psikolog

Psikolog Klinis Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainuddin Surakarta | Psikolog Klinis Aplikasi Daring Alodokter http://s.id/telekonseling | Founder www.psikologklinis.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Deteksi Dini Gangguan Depresi pada Generasi-Z

30 Agustus 2020   17:44 Diperbarui: 30 Agustus 2020   17:50 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambaran Depresi Generasi Z (Sumber : https://kaboutjie.com)

Gambaran Depresi Generasi Z (Sumber : https://kaboutjie.com)
Gambaran Depresi Generasi Z (Sumber : https://kaboutjie.com)

Pandangan teori Psikoanalisis Freud membuat beberapa kalangan tidak memfokuskan diri pada depresi yang dialami Generasi Z. Depresi dianggap hanya akan diderita oleh orang dewasa saja (Lumongga, 2016). 

Meskipun demikian, untuk saat ini depresi pada anak sudah dianggap serius oleh professional di bidang kesehatan. Depresi ringan akan berpengaruh pada prestasi anak di sekolah, sedangkan anak yang mengalami ciri utama depresi sudah diderita oleh satu dari lima puluh anak di sekolah.

Faktor depresi pada Generasi Z diantaranya adalah faktor kekerasan rumah tangga, perceraian, dan pengaruh toleransi stres pada anak yang rendah. Perilaku awal yang muncul diantaranya adalah gejala fobia, kecemasan ditinggal, serta keluhan sakit somatik. 

Problematika kondisi rumah tangga pada kondisi pandemi saat ini tentu menjadi kewaspadaan kita terhadap kondisi psikologis anak, terutama banyak kasus pengajuan sidang perceraian yang marak diberitakan di media masa. Contohnya adalah pengadilan agama Soreang Jawa Barat melayani lebih dari 150 kasus perceraian pada tanggal 24 Agustus 2020 saja.

Warga Antre Ajukan Cerai di Pengadilan Agama Soreang(sumber : https://www.liputan6.com
Warga Antre Ajukan Cerai di Pengadilan Agama Soreang(sumber : https://www.liputan6.com

Ketika anak sudah didiagnosa menderita depresi, konsekuensinya adalah sekali anak mengalami episode depresi, mereka akan memiliki risiko untuk mendapatkan episode lain dalam 5 tahun. 

Depresi pada anak-anak dapat memprediksi kita akan ada episode depresi yang lebih berat ketika masa dewasa, serta memiliki risiko perilaku bunuh diri.

Tumbuh kembang Generasi Z di usia remaja yang mengalami perubahan fisik dan psikologis membuatnya mengalami perubahan perilaku di luar dugaan. Hal itu pula yang membuat kesulitan untuk mencurigai tanda-tanda depresi pada remaja. Misalnya muncul mood sedih. 

Mood sedih pada remaja umum terjadi. Bisa saja karena proses kedewasaan, stres berhubungan dengan kedewasaan, pengaruh hormon seksual, konflik kebebasan dengan orang tua, serta permasalahan pola pembelajaran baru di era pandemic covid-19. meskipun demikian, akan menjadi hal yang tidak wajar ketika mood sedih tersebut berlarut-larut hingga lebih dari dua minggu.

Generasi Z remaja sedang mencari identitas diri, tidak luput dari perasaan tidak percaya diri, tidak puas dengan diri sendiri, merasa tidak berdaya terhadap kejadian buruk. Jika hal tersebut dirasakan oleh remaja dan berlarut-larut, akan membuatnya menjadi lebih rentan terkena depresi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun