Mohon tunggu...
Arif Borneo
Arif Borneo Mohon Tunggu... -

always try to be confident

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seni Menyentuh Hati sebagai Upaya Mengawal Generasi Z

27 November 2017   08:58 Diperbarui: 27 November 2017   09:41 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyikapi hal-hal tersebut di atas, maka sudah sepantasnya orang tua tahu bagaimana seni menyentuh hati generasi Z. Ada beberapa jurus jitu seni menyentuh hati, yaitu :

  • Pembinaan keislaman sejak dini. Pembinaan keislaman merupakan faktor utama bagi generasi Z untuk menghadapi era digital yang semakin mengkhawatirkan. Pembinaan keislaman mampu membekali mereka dengan kekuatan ruhiyah atau spiritual, keimanan dan ketakwaan, keluasan ilmu pengetahuan, dan keterampilan dalam menyeimbangkan kehidupan dunia maupun akhirat sehingga mereka siap menerima tantangan globalisasi. Kualitas penghambaan kepada Allah Swt mampu menjadi pengendali untuk mengekang nafsu maksiat yang hampir setiap hari menggelincirkan mereka. Sehingga, dengan sifat ihsan yang mereka miliki, niat untuk bermaksiat semakin berkurang karena mereka merasa diawasi oleh Allah Swt. Selain itu, pembinaan keislaman juga mampu membuka wawasan mereka tentang hakikat perubahan tatanan masyarakat dunia yang semakin kompleks. Sehebat apapun mereka dalam ilmu pengetahun, tanpa didasari keimanan hanyalah kepincangan. Sehingga diharapkan munculnya generasi islam yang berkualitas.
  • Smart parenting. Rumah adalah madrasah pertama, dan rumah juga merupakan sarana tarbiyah pertama. Maka orang tua adalah murabbi pertama bagi anaknya. Oleh karena itu, peran orang tua dalam mendidik anaknya di rumah menjadi hal yang sangat utama. Rumah bagaikan benteng yang mampu menangkal pengaruh buruk yang datang dari luar. Dan orang tua merupakan arsitek yang berkewajiban dalam membangun kepribadian anaknya. Karakter anak menjadi indikator yang harus dikenali bahkan dipahami oleh orang tua. Agar nantinya orang tua mampu memberikan penanganan yang tepat dan sesuai kadarnya. Orang tua juga dituntut untuk bisa membangun dialog yang terbuka dan berkomunikasi dengan pendekatan-pendekatan tertentu dan luwes serta sabar namun tetap tegas dan berwibawa agar anak dengan sendirinya mau menjadikan orang tua sebagai panutan atau role model baginya. Selain itu, orang tua juga harus meningkatkan kapasitas dan kompetensi diri agar mampu memahami dan melakukan pendampingan berkelanjutan. Orang tua harus bisa mengikuti perkembangan jaman yang sedang dilalui anak-anaknya. Orang tua tidak selayaknya memaksakan anaknya untuk mengikuti bagaimana orang tuanya dahulu menjalani hidup semasa kecilnya. Sahabat Rasulullah Saw, yakni Ali bin Abi Tholib pernah berpesan dengan mengatakan, "Anak-anakmu itu diciptakan untuk hidup di jamannya bukan dijamanmu maka jangan dipaksa mereka mengikuti kebiasaanmu dulu".
  • Cerdas dan bijak ber-IT. Generasi Z adalah ahlinya di bidang IT. Maka peran orang tua adalah mendampingi, mengarahkan dan mengawasi agar anak-anak mereka menjadi generasi yang cerdas dan bijak dalam memanfaatkan teknologi. Kreativitas anak yang baik harus ditindaklanjuti bukan dipadamkan. Anak-anak harus tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Mana hal-hal yang bermanfaat bagi mereka dan mana yang tidak bermanfaat. Sediakan waktu-waktu khusus untuk bersama-sama menyelami dunia anak dengan memanfaatkan teknologi. Pahamkan makna prioritas kepada mereka agar anak-anak mampu memanajemen diri maupun memanajemen waktu-waktu berharga mereka antara bermain, berlajar dan istirahat.

Berdasarkan pemaparan di atas, semoga seni menyentuh hati generasi Z yang dilakukan oleh orang tua mampu memberikan efek positif bagi kemajuan anak. Anak-anak merupakan generasi emas yang akan memimpin bangsa ini. Mereka harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh dan serius. Sebab kerusakan kecil masa kini merupakan cikal bakal kerusakan yang lebih besar lagi di masa yang akan datang. Semoga semangat dan pantang menyerah meliputi para orang tua di Indonesia. Seperti kata pepatah, man jadda wa jada, siapa yang bersungguh-sungguh maka ia yang akan berhasil mendapatkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun