Mohon tunggu...
Andi Arifayani
Andi Arifayani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

www.andiarifayani.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Benarkah Makassar Kota Dunia ?

25 Mei 2015   18:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:37 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_367655" align="aligncenter" width="933" caption="sumber gambar : www.indonesia.travel"][/caption]

Mendengar kata smart city, yang muncul dibenak saya adalah kota dengan segala teknologi yang canggih. Mesin-mesin pelayan di semua instansi penerintahan, tak ada lagi kemacetan, tidak ada sampah berserakan, tak ada lagi yang mengantri hanya untuk mengurus kartu kesehatan, atau mengantri untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai. Hal tersebut terbayang-bayang di benak saya, sambil terus optimis bahwa ‘smart city’ benar-benar ada, mungkin Makassar akan jadi salah satunya.

Kenyataannya, konsep smart city tidak hanya hanya menyoal teknologi yang canggih . Ada banyak aspek yang menjadi penilaian untuk bisa dikatakan smart city. Teknologi dan infrastuktur adalah pondasinya. Dengan pondasi yang kuat, akan tercipta bangunan yang kuat pula. Sekarang pondasinya sedang dibangun sedikit mulai sedikit oleh pemerintah. Pertanyaannya, apakah kita sudah siap menjadi warga smart city?

Makassar (kapan jadi) kota dunia

Sejak abad ke-16 Makassar sudah menjadi pusat perdagangan di Indonesia Timur dan dengan cepat menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tenggara. Sampai sekarang, kota Makassar yang dulunya mempunyai nama Ujungpandang terus berkembang dan mengalami kemajuan perekonomian. Tidak heran jika Kota ini menerima beberapa penghargaan, salah satunya yaitu penghargaan Anugerah Baksyacaraka pada bulan Juni 2014 lalu. Penghargaan ini merupakan penghargaan tinggi tingkat nasional yang diberikan kepada pemerintah kota dalam upaya menciptakan budaya kreatif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif guna mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Tercatat sudah ada 15 walikota yang menjabat sejak masa pemerintahan republik Indonesia. Mulai dari Sampara Dg Lili (1951-1952) sampai Ramadhan  Pomanto atau lebih dikenal dengan nama Danny Pomanto. Walikota Makassar yang menjuluki diri ‘anak lorongnya Makassar’ ini mempunyai  mempunyai visi pemerintahan  untuk kota Makassar yaitu "Mewujudkan Kota Dunia Untuk Semua, Tata Lorong Bangun Kota Dunia" seperti yang ditampilkan di website resmi kota Makassar www.makassar.go.id. Ada banyak sekali program walikota yang terlihat hebat, diantaranya :

KOTA NYAMAN KELAS DUNIA


  • Atasi macet, banjir, sampah, dan masalah perkotaan lainnya
  • Bentuk badan pengendali pembangunan kota
  • Bangun Waterfront City selamatkan pesisir dan pulau-pulau Makassar
  • Bangun sistem transportasi publik kelas dunia
  • Lengkapi infrastruktur kota berkelas dunia
  • Bangun Birringkanal city dan delapan ikon kota baru lainnya
  • Bangun taman tematik
  • Tata total lorong

Visi misi pemerintahan Danny Pomanto tidak heran jika terlihat begitu shopisticated. Sebagai lulusan teknik arsitektur, Pak Walikota berani mengusung konsep Makassar Kota Dunia. Banyak hal yang sudah dilakukan untuk mewujudkannya. Diantaranya dengan menerapkan kebijakan-kebijakan terkait kebersihan kota. Berdasarkan pengalaman pribadi, Makassar sekarang menjadi lebih bersih dari sebelumnya. Sekarang tugas masyarakat Kota Makassar untuk menjaga kebersihan kota.

Makassar, smart city ?

a city can be considered as “smart” when its investment in human and social capital and in communications infrastructure a actively promote sustainable economic development and a high quality of life, including the wise management of natural resources through participatory government (Caraglin et al, 2009)

Dengan mengusung konsep kota dunia, tentunya pemerintah kota makassar sudah siap dengan segala konsekuensinya. Jumlah penduduk kota makassar tercatat mencapai 1,7 juta jiwa. Dengan jumlah yang terus meningkat tentunya permasalahan yang dialami pemerintah untuk mengelola penduduk  juga semakin kompleks. Mau tidak mau, pemerintah dituntut untuk bisa mengelola kota dengan cerdas dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan.

Suara hati warga Makassar

Saya tak pernah resmi menjadi warga kota Makassar, tapi saya mencintai kota ini seperti banyaknya asap knalpot yang terhirup setiap paginya, seperti debu yang menjadi bedak tambahan disore hari saat pulang kampus, seperti banyaknya suara klakson yang terdengar dijalan setiap harinya.

Perkenalkan, Saya adalah pengendara motor sejati. Menjuluki diri sendiri dengan sebutan geng motor. Meski tak pernah punya geng. Hal itu karena intensitas mengendarai motor yang tinggi dan tingkat kemawaspadaan yang rendah. Itu kata saudara perempuan yang selalu kuantar jemput tiap harinya. Padahal, saya selalu merasa mengendarai motor dengan tenang dan cantik. Melaju dengan cantik, saat mundur pun cantik.

Dulu sekali, saat belum punya kendaraan motor, saya selalu berpikir betapa nyamannya naik kendaraan pribadi. Tak perlu menghabiskan banyak waktu diatas pete-pete*, tak perlu dongkol dengan supirnya yang ngebut sembarangan. Pernah juga kesal dengan supir pete-pete yang melajunya lambat sekali bak keong, padahal dosen sudah ada di kelas.  Intinya, kehidupan orang-orang yang mengendarai motor terlihat jauh lebih bahagia jika diamati dari jendela pete-pete.

Dan pada akhirnya saya merindukan menjadi  penumpang  pete-pete seperti  yang dulu. Saya rindu duduk mengamati penumpang pete-pete yang beragam. Saya rindu membaca buku diatas pete-pete yang sekarang tak mungkin kulakukan saat mengendarai motor.

Beberapa bulan yang lalu, hati saya girang bukan kepalang melihat banyak hulte bus yang mulai dibangun. Kegiranga itu berganti keluhan melihat halte-halte tersebut hanya menganggur. Beberapa bahkan sudah dirusak oleh anak-anak muda yang melakukan vandalisme.

Inti dari semua curahan hati saya tentang kota Makassar adalah, keinginan untuk mempunyai sarana transportasi umum yang murah dan nyaman. Keinginan ini bukan Cuma keinginan saya prbadi. Saya yakin, ada jutaan warga kota Makassar lainnya yang menginginkan hal serupa. Saya yakin, dengan transportasi yang baik, bisa menghemat banyak waktu dijalan serta meningkatkan produktifitas.

Selamat bekerja Pak Wali, masih ada banyak pekerjaan rumah untukmu.

Catatan :

Pete pete = sebutan untuk angkutan umum di kota makassar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun