Demak (14/8). Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Masalah ini berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan, kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental.
Wilayah RW 03 Kelurahan Bintoro Kecamatan Demak memiliki jumlah balita yang cukup tinggi sehingga diperlukannya edukasi mengenai pencegahan dan penanganan stunting. Asupan energi dan zat gizi yang tidak memadai merupakan faktor yang sangat berperan terhadap masalah stunting. Salah satu jenis protein hewan yang memiliki kandungan zat besi yang baik dan berguna untuk mencukupi kebutuhan nutrisi bagi tumbuh kembang anak adalah ikan. Kandungan protein dalam ikan mencapai 18% dan terdiri dari asam amino esensial (Rahayu dan Casnuri, 2022).
Pemilihan ikan dengan kualitas yang baik penting untuk menjaga kandungan dalam ikan tetap terjaga dengan optimal. Berlandaskan pada SDGs nomor dua mengenai menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik serta meningkatkan budidaya yang berkelanjutan, sosialisasi ini dilakukan agar segala bentuk kekurangan gizi salah satunya untuk anak pendek dan kurus di bawah 5 tahun (stunting) dapat dicegah.
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2022 pada pukul 16.00 – 17.30 WIB bersamaan dengan kegiatan Posyandu Mawar 2 RW 03 Kelurahan Bintoro Demak. Kegiatan ini dihadiri oleh 20 peserta yang merupakan ibu rumah tangga yang tinggal di wilayah RW 03 Kelurahan Bintoro. Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan menggunakan bantuan media poster agar menarik perhatian dari ibu-ibu yang hadir kegiatan posyandu.
Masyarakat perlu mengetahui adanya wawasan mengenai ikan yang berformalin katena memiliki dampak yang buruk bagi tubuh. Formalin dengan dosisi rendah mampu menyebabkan mual, sakit perut akut dan mencret darah. Sedangkan dengan dosis tinggi mampu meyebabkan kejang-kejang, muntah darah hingga kematian.
Ciri dari ikan yang berformalin yakni ikan tidak dikerubungi lalat, warnanya pucat, insangnya berwarna abu-abu, dan tidak ada lendir sama sekali. Warga cukup puas dengan sosialisasi yang diberikan karena diberikan media poster agar lebih mudah memahami perbedaan antara ikan berformalin dan segar. Sosialisasi ini juga membuat warga lebih menyadari pentingnya memilih pangan yang tepat agar pendapatkan nutrisi sesuai dengan yang diharapkan.Â
Selain ikan, pemilihan hasil tangkapan laut lainnya juga penting untuk diberikan edukasi agar masyarakat mampu lebih cerdas dalam membeli dan memilih ikan yang berkualitas. Harapannya, di masa pandemik saat ini masyarakat bisa lebih bijak sebelum membeli ikan agar nutrisi yang didapatkan tetap optimal.
Oleh: Arifa Nur Fakhirah (Akuakultur 2019)
Lokasi: Kelurahan Bintoro, Kacamatan Demak, Kabupaten Demak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H