Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang akrab disapa Buya Hamka adalah seorang ulama karismatik Indonesia yang berasal dari Sumatera Barat. Buya Hamka adalah sosok yang multitalenta, selain sebagai tokoh agama, Buya Hamka juga merupakan seorang sejarawan, wartawan dan sastrawan terkemuka. Karya-karya beliau tak lekang oleh waktu. Meski telah wafat pada 24 Juli 1981, namun hingga kini nama dan karya beliau masih harum di tengah masyarakat.Â
Berikut ini penulis merangkum 5 nasehat dari Buya Hamka dari berbagai sumber, semoga saja bisa jadi penyemangat untuk kita dalam menjalani kehidupan.
1. "Hidup terbina antara pahit dan manis. Jikalau selalu saja pahit, hati akan menjadi rawan. Kalau senantiasa saja manis, hati akan menjadi bosan."
Maknanya:
Dalam kehidupan tak selamanya kita dihadapkan pada permasalahan dan kesulitan, karena Allah maha tahu batas kemampuan, juga tak selamanya kita diberikan kesenangan dan kenikmatan, karena manusia mudah bosan. Sedih dan senang bergantian datang agar kehidupan kita tidak berjalan monoton dan stagnan. Tuhan menimpakan kepada kita ujian, itu merupakan cara Allah agar kita terus berkembang. Kita semua tahu bahwa tiada jalan yang lurus saja terbentang dan tak ada lautan tanpa riak dan gelombang. Artinya problematika yang mendera kita itu merupakan suatu keniscayaan dalam hidup yang tak bisa kita pungkiri. Disamping kesedihan itu, Tuhan juga memberikan kita kebahagiaan, kenikmatan dan kesenangan sebagai penghias dalam kehidupan kita di dunia ini.Â
2. "Jangan tangisi yang telah hilang, tapi syukuri yang masih ada."Â
Maknanya:
Tiada gunanya menyesali apa yang sudah tak mungkin kembali, lebih baik mensyukuri apa yang masih kita miliki. Disinilah pentingnya keikhlasan hati dan kelapangan dada bila nanti kita ditimpakan musibah oleh Allah berupa kehilangan. Kita harus bangkit dan tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Kehilangan memang sangat berat dan menyayat hati, bahkan tidak bisa terlupakan sepanjang hidup. Namun, kita mesti menyadari bahwa kehidupan terus berjalan, jadi kita harus merelakan apa yang memang sudah hilang dari genggaman tangan. Lebih baik kita menjalani hidup dengan ikhlas dan penuh rasa syukur dengan apa yang kita punya saat ini dari pada meratapi sesuatu yang sudah tak mungkin datang kembali.
3. "Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, sebab di dalam mencoba itulah kita belajar dan membangun kesempatan untuk berhasil."
Maknanya:
Kita tidak boleh berputus asa untuk terus mencoba, meskipun didalam upaya mencoba itu seringkali mendapat kegagalan. Dari kegagalan itulah nantinya kita akan menganalisa sebab kegagalan tersebut, kemudian kita bangkit dan menyusun strategi baru dan merangkai kegagalan-kegagalan itu menjadi tangga untuk meraih keberhasilan.Â
Jadi yang menjadi fokus kita sebetulnya bukanlah menjadi yang terbaik, tapi melakukan yang terbaik sesuai kemampuan kita.
4. "Biarlah kemudi patah, biarlah layar robek, itu lebih mulia daripada membalik haluan pulang."
Maknanya:
Jadilah pemberani dalam hidup, berjuang janganlah setengah-setengah, kerahkan segenap jiwa dan raga. Jangan biarkan rasa takut merasuki jiwa yang rapuh, jadilah insan yang tangguh.Â
Kalau penulis menganalogikan saat kita dalam situasi berperang, strategi sudah di susun, bekal ada dan senjata sudah siap, ketika musuh menyerang kita tak boleh gentar apalagi mundur ke belakang. Kita mesti melawan, berani mengambil resiko dan menentukan sikap. Keberanian itulah yang merupakan modal utama di dalam hidup.
5. "Kehidupan itu laksana lautan, orang yang tiada berhati-hati mengayuh perahu, memegang kemudi dan menjaga layar, maka karamlah ia digulung ombak dan gelombang, hilang ditengah samudera yang luas, tiada tercapai olehnya tanah ditepi."
Maknanya:
Didalam kehidupan kita harus bijak dan hati-hati dalam mengambil setiap keputusan dan menentukan sikap, pikirkan matang-matang agar tak jadi penyesalan di masa mendatang, jika tidak maka kita yang akan menerima konsekuensinya karena kecerobohan kita sendiri.Â
Bila kita memiliki sebuah impian, kita mesti punya rancangan yang sudah dipikirkan matang-matang, menimbang baik atau buruknya dan menyusun langkah demi langkah untuk mewujudkan apa yang kita impikan itu.
Disinilah pentingnya kehati-hatian dan ketelitian dalam mengambil keputusan itu. Misalnya kita kagum melihat sebuah gedung yang tinggi dan kokoh, kita tahu bahwa arsiteknya tentu sudah mempersiapkan dan memikirkan dengan matang penuh perhitungan sebelum membangun gedung itu. Bila saja arsiteknya ceroboh, membuat asal jadi tanpa perhitungan sudah tentu gedung itu akan roboh dan menimpa orang yang ada di dalamnya. Begitulah perumpamaan sederhana yang penulis gambarkan. Orang yang punya rencana yang dipikirkan dengan penuh ketelitian dan kehati-hatian akan mendapatkan apa yang dia impikan, sebaliknya orang yang tak punya rencana yang matang maka dia akan jatuh bersama rencananya sendiri.
Demikianlah sedikit uraian dari penulis, semoga saja bisa memberikan manfaat dan energi positif bagi para pembaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H