Matikan Keran. Cara sederhananya, saya dan anda hanya perlu mematikan keran air saat sedang mencuci piring (bukan membiarkan keran hidup sementara kita membersihkan piring), hal ini juga berlaku ketika kita mandi, dan kegiatan membersihkan diri lainnya (khususnya yang menggunakan westafel). Intinya, jangan biarkan air terbuang percuma. Bahkan saran saya ketika berwudhu, di sela-sela kita membasuh, matikan keran.
Mengurangi konsumsi air dengan 4 langkah sederhana. Pertama, kurangi penggunaan air dengan metode
low flow fixtures and appliances. Anda dan saya cukup mengurangi volume keran air saat penggunaan (aliran air kecil
), kemudian mencuci piring dan baju dengan tangan (bukan dengan mesin), jika menggunakan mesin mari kita usahakan dengan mengurangi pemakaian mesin setiap hari, misalnya kita hanya mencuci baju seminggu 2 kali (full loading). Dua cara jitu nan sederhana lainnya, anda dan saya hanya perlu mengurangi durasi mandi, yang otomatis, mengurangi penggunaan air dan terakhir dengan mengurangi flush toilet (cukup sekali flush saat penggunaan). Terkesan sederhana, namun jika ini kita lakukan, kita bisa memangkas konsumsi air harian. toilet, mencuci baju, dan mandi menyedot lebih dari 50 % konsumsi air rumah tangga. Mari kita gunakan air sewajarnya.
Menggunakan kembali. Caranya kita perlu berkreasi, cukup dengan menggunakan air bekas cuci buah dan sayuran untuk menyiram tanaman, atau air wudhu (menampung air sisa wudhu) dapat digunakan untuk menyiram tanaman, atau bahkan kegiatan membersihkan rumah.
Melalui konsep turn off, reduce dan reuse ini, semoga saya dan anda tergerak untuk dispilin menghemat air sebagai wujud menghargai alam. Meskipun air SDA terbarukan, namun dengan fakta proses pembaharuan air memakan waktu lama, penting bagi kita untuk memulai menghemat air sehingga anak cucu kita kelak tidak perlu hidup miris berjuang mencari air.
Jika sekarang kita masih punya air, tak ada yang bisa memastikan kita akan selamanya memperoleh air. Indutrialisasi, meningkatnya populasi, berkurangnya hutan menjadi momok menakutkan dan bahan waspada krisis air, karena prediksi 2035 kita benar-benar berada dalam bahaya krisis air global. Mari bertindak, mari menghargai alam, dan mari mengajak keluarga dan kerabat untuk memulai hemat air. Salam sayang untuk air, sayang untuk bumi. Masih Punya Air?.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Inovasi Selengkapnya