Mohon tunggu...
Arifa Lutfia Zahra
Arifa Lutfia Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Cara Mengatasi Tren Job-hopping di Kalangan Milenial?

23 Maret 2021   15:07 Diperbarui: 23 Maret 2021   19:27 1378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis : Arifa Lutfia Zahra, Jan Kevin Salomo Silitonga

Tantangan yang dihadapi oleh HR pada zaman sekarang adalah tren job-hopping. Semakin banyak generasi milenial yang memasuki dunia kerja, HR harus siap untuk menghadapi job-hopping. 

Job-hopping adalah istilah untuk seseorang yang sering berganti tempat kerja. Biasanya, pergantian ini terjadi setelah bekerja selama dua tahun di suatu perusahaan.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh gallup.com, 21% generasi milenial mengatakan bahwa mereka berganti pekerjaan dalam satu tahun terakhir. Kemajuan teknologi yang memudahkan untuk mendapatkan informasi lowongan pekerjaan menjadi salah satu penyebab adanya tren job-hopping. Faktor lainnya yang menjadi penyebab adanya job-hopping adalah :  

  •  Budaya kerja tidak cocok

Budaya kerja yang diinginkan oleh generasi milenial adalah budaya kerja yang santai, seperti dapat melakukan pekerjaannya dimana saja dan kapan saja, serta tidak harus selalu di kantor. Generasi milenial juga akan senang pada perusahan yang menghargai hasil kerjanya berdasarkan kemampuan yang dikuasai.

  • Kesempatan untuk mengembangkan karir di perusahaan lain

Setiap orang pasti ingin memiliki karir yang terus berkembang. Karir yang tidak berkembang atau adanya keterbatasan dalam pengembangan karir yang disebabkan oleh perusahaan, membuat generasi milenial melirik perusahaan lain. Perusahaan yang memberikan kesempatan dan mendukung pengembangan karir karyawannya lebih disukai oleh generasi milenial.  

  • Gaji yang lebih tinggi

Biaya hidup yang semakin mahal membuat generasi milenial memilih pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi. Saat ada kesempatan untuk bekerja dengan gaji yang lebih tinggi generasi milenial cenderung akan mengambil kesempatan tersebut. Namun, faktor gaji ini bukan hal utama bagi generasi milenial untuk berganti pekerjaan.

  • Rendahnya engagement dengan perusahaan

Riset dari gallup.com, menyatakan bahwa hanya 29% dari generasi milenial yang engaged dengan perusahaannya, 16% actively disengaged, dan sisanya 55% berstatus disengaged. Rendahnya engagement dapat menyebabkan turnover tinggi di perusahaan yang nantinya akan membuat perusahaan mengeluarkan biaya lagi untuk merekrut karyawan baru.   

Dengan adanya faktor-faktor tersebut, muncullah pertanyaan "bagaimana HR mengatasi tren job-hopping pada generasi milenial?" Berikut adalah lima strategi yang dapat diterapkan oleh HR ataupun perusahaan untuk mengatasi tren job-hopping :   

  1. Memberi pengakuan terhadap kinerja 

Dengan mendapatkan pengakuan atas kinerjanya, generasi milenial akan merasa dihargai dan dibutuhkan oleh perusahaan.  Dalam menjalani pekerjaannya milenial akan bertanya, "Apakah organisasi ini menghargai pekerjaan dan kontribusi saya? Apakah organisasi ini memberi saya kesempatan untuk melakukan yang terbaik setiap hari? " 

Adanya pengakuan terhadap kinerja membuat karyawan merasa dianggap dan dibutuhkan oleh perusahaan. Ketika karyawan merasakan bahwa mereka dihargai, hal tersebut berpengaruh terhadap keputusan yang akan diambil nantinya. Misal, karyawan mendapatkan kesempatan untuk bekerja di perusahaan lain dan tertarik dengan peran yang ditawarkannya, dalam proses pengambilan keputusannya mereka akan mempertimbangkan apakah ketika pindah kontribusinya akan dihargai seperti di perusahaan saat ini.

  1. Menciptakan budaya kerja yang mendukung perkembangan SDM

Generasi milenial cenderung untuk fokus dalam mengembangkan keahlian atau kekuatan mereka. Dengan terus mengasah kekuatan seseorang nantinya orang tersebut akan handal dalam menjalani hal tersebut. Jika cenderung fokus untuk memperbaiki kelemahan, kemampuan seseorang bisa jadi tidak berkembang karena potensinya untuk berkembang tidak diasah, . Kelemahan yang ada pada seseorang akan tertutupi jika kekuatannya dimaksimalkan. 

  1. Membangun hubungan baik antara manajer dan karyawan

Hubungan yang baik antara manajer dan karyawan juga merupakan hal yang penting untuk mencegah terjadinya job-hopping. Milenial menginginkan seseorang yang dapat membina mereka. Pemimpin yang hanya memberi perintah dan kendali tidak disukai oleh generasi milenial. Generasi milenial mengharapkan manajer yang dapat membimbing, menghargai mereka sebagai manusia dan karyawan, serta dapat membantu untuk memahami dan meningkatkan potensi yang mereka miliki.

  1. Memberikan penilaian kinerja secara berkala

Orientasi generasi milenial yang ingin terus berkembang membuat penilaian kerja penting untuk dilakukan secara berkala. Penilaian kinerja secara berkala seperti tiga bulan sekali lebih efektif untuk mengevaluasi kinerja karyawan daripada evaluasi tahunan, karena karyawan akan lebih cepat untuk menyadari apa keahlian yang harus ditingkatkan atau keahlian baru yang dapat dipelajari. Sehingga karyawan akan berusaha untuk menambah kemampuannya. Produktivitas karyawan akan meningkat dan mendukung peningkatan produktivitas perusahaan.

  1. Memberikan work-life balance untuk SDM

Bagi generasi milenial keseimbangan antara kehidupan pribadi dengan pekerjaan menjadi hal yang penting. Ketika perusahaan memberikan work-life balance kepada karyawannya, mereka tidak merasa terbebani dalam menjalankan pekerjaan. Dengan begitu, kepuasan kerja karyawan pun meningkat dan karyawan akan betah di perusahaan.    

Generasi milenial selalu mencari tantangan baru dan menginginkan tujuan yang lebih tinggi. Jadi, mereka tidak takut untuk melakukan job-hopping. Generasi milenial juga terus mencari kesempatan yang lebih baik dalam hal pengetahuan, peran dalam pekerjaan, dan lainnya. Sebagai HR, harus terbuka terhadap perubahan ini dan dalam proses rekrutmen, jika ada pelamar yang memiliki latar belakang job-hopping sebaiknya dianalisis dahulu penyebab mereka melakukan job-hopping. 

Daftar Pustaka :

Gallup.com 

Forbes.com 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun