Teman-teman Inung berencana mengenakan berbagai macam kostum.
Mereka datang ke Salon Cimey yang menyediakan berbagai macam kostum buat karnaval.
Inung tidak mau ikut-ikutan temannya yang menyewa kostum. “Eman-eman duit e rek.” Gumam Inung dalam hati.
Dia berpikir keras, mau pakai kostum apa yang beda dengan teman-temannya.
“Pak, mbok aku digawek ne klambi kanggo karnaval, ning sing bedo ro arek-arek lo.” Kata Inung kepada bapaknya.
Sebelum berangkat sekolah, Inung mengingatkan bapaknya, “Pak, ojok lali, klambi kanggo karnaval yo.”
“Ngko mulih sekolah, ubo rampe karnaval mu wis dadi. Kudu di gawe lo ya.” Kata bapaknya.
Bapaknya Inung, sibuk mencari kayu, triplek, ban sepeda bekas disekitar rumahnya. Suara gergaji berada dengan kayu, suara paku dihantam palu.
“Iki Nung, wis dadi. Gawe en. Tema ne iki konglomerat cilik.”
Siang itu, Inung ikut karnaval tujuh belasan, memakai asesoris sebuah kotak asongan yang diisi aneka botol minuman, permen, dan jajanan anak-anak.
Sebelum magrib, Inung pulang dengan senyum lebar. Barang yang di kotak asongannya laris dibeli para peserta karnaval.