PPD adalah sebuah program dari Pemerintah Daerah Halmahera Selatan yang terinspirasi dari Indonesia Mengajar. Program ini mengajak para pemuda - pemudi dari segala jurusan ilmu untuk menjadi PPD yang akan ditempatkan di sebuah daerah terpencil di Halmahera Selatan ( tanpa sinyal, listrik byar pet, transportasi susah, dan sebagainya ) sebagai tenaga pendidik selama setahun. PPD saat ini telah memasuki tahun ke tiga. Yang berhasil lolos sebagai PPD ke 3 tahun 2016 ada 17 orang.
Oleh fasilatator, yaitu Mbak Catur dan Mas Agung, telah dibuatkan jadwal open mic untuk para inspirator. Sebelumnya para murid telah dibagi menjadi tiga Rombongan Belajar ( Rombel ). Rombel I terdiri dari kelas 1 dan 2, Rombel II terdiri dari kelas 4 dan 5, Rombel III terdiri dari kelas 3 dan 6. Inspirator ada empat profesi, yaitu dokter ( dr. Agil dan dr. Ona ), tentara ( Bapak Ribut ), polisi ( Bapak Dwi ), pajak ( saya ). Setiap inspirator akan open mic selama 30 menit per Rombel.
Beberapa hari sebelumnya saya telah mencoba belajar mempersiapkan diri agar nantinya bisa open mic dengan sukses dihadapan para pemilik masa depan bangsa ini. Saya googling apa saja yang berhubungan dengan Kelas Inspirasi. Saya buka youtube, belajar bagaimana open mic yang wow. Di kepala saya pun sudah ada gambaran apa yang akan dilakukan.
It's show time.Â
Grogi juga masuk ruangan diiringi tatapan polos para murid SDN Loleongusu. Tidak nampak wajah lelah setelah sedari pagi menunggu kedatangan kita. Mata mereka berbinar - binar melihat tas  yang berisi boneka lebah saya letakkan diatas meja guru. Sebagai pembuka, Saya sapa mereka dengan selamat pagi meskipun matahari sudah diatas kepala kita. Oh iya, sebagai pengetahuan saja, 100% murid SDN Loleongusu adalah beragama Kristen. Saya perkenalkan nama Saya, pekerjaan saya, asal - usul saya. Kemudian, blank. Bingung saya mau ngomong apa. Kalau dokter dengan jas putih dan stetoskopnya sudah menarik perhatian para murid. Demikian juga tentara dan polisi. Dengan seragamnya yang gagah dan juga perbendaharaan lagu - lagu marsnya sangat seksi di mata para murid. Lah Saya, berbaju batik tanpa alat peraga, Mars Pajak saja gak hapal, apa seksinya bagi para murid.
Saya pernah baca bahwa tujuan kelas insiprasi ini adalah para profesional memperkenalkan profesi mereka agar para murid mempunyai banyak pilihan cita - cita serta termotivasi untuk mempunyai mimpi yang besar.Â
Untuk mencairkan suasana, saya pancing para murid untuk maju ke depan memimpin tepuk semangat. Pada malu, gak ada yang berani maju. Saya keluarkan sebuah pulpen yang ada tulisan kantor. "Yang berani maju memimpin tepuk semangat, kakak kasih pulpen."
Bapak kepala sekolah dan ibu guru ikutan menyemangati para muridnya untuk maju. Masih pada belum pede juga, Saya naikkan hadiahnya ditambahi dengan boneka lebah. Riuh rendahlah suasana. "Ngana tara suka boneka e?" pancing Saya. "Suukaaaaa..." Jawab mereka serempak. "Terus kenapa ngana tarada yang maju mimpin ngana pe kelas e?" Akhirnya ada yang berani maju juga. "Siapa ngana pe nama?" Anak itu menyebutkan sebuah nama. ( Maaf, Saya lupa nama para murid karena nama mereka sangat asing bagi Saya disamping faktor U ) Suasanapun cair, mereka lebih berani untuk diajak berinteraksi.Â
Untuk mencoba memberikan pemahaman apa itu pegawai pajak, saya mencoba memberikan gambaran seperti keadaan sebuah kelas. Dimana kelas itu ada Ketua Kelas, Wakil Ketua, Bendahara, Sekretaris. Dan juga ada iuran kelas yang akan digunakan untuk membeli keperluan kelas, misalkan sapu, tempat sampah. Tugas mengumpulkan iuran itu ada di Bendahara. Begitu juga pegawai pajak, tugasnya mengumpulkan uang yang akan digunakan untuk bangun jalan, jembatan, gedung sekolah, ( Ini adalah bagian yang paling satir, karena salah satu lokal bangunan SDN Loleongsu sudah sangat parah). Untuk lebih menarik minat mereka, Saya bercerita bahwa untuk menjadi pegawai pajak itu sekolahnya gratis, di Jakarta, namanya STAN.Â
Diakhir sesi, Saya minta mereka menuliskan nama mereka dan cita - cita mereka di selembar kertas. Kemudian kertas itu dilipat dijadikan pesawat terbang. Suasana agak sedikit chaos karena ada beberapa murid yang tidak bawa alat tulis. Untunglah saya membawa pulpen lumayan banyak. "Siapa yang tara punya pulpen e?" Tanya Saya. "Sayyaaaa.....Saya...Saaayaaaa...." Tangan - tangan kecil itu berebutan mengacungkan jari mereka. Bahkan yang sudah bawa pulpen pun mengacungkan jari.Â
"Satu, dua, tiga..Lemparrrr!!!" Maka pesawat - pesawat kertas itu meluncur ke atas. Ada yang mengenai kepala temannya, ada yang terbangnya rendah nyungsep di bawah kolong meja, ada yang terbang menabrak plafon, ada yang terbang keluar kelas. Wajah - wajah sumringah, teriakan - teriakan cemengkling, semuanya berbaur. Setelah semua murid mengambil pesawat kertas secara random, Saya persilakan masing masing bergiliran membacakan cita - cita yang tertulis di kertas tersebut.Â