Jika diperlakukan seperti binatang, apa reaksi anda?
Jika dilihat sama seperti binatang, bagaimana tanggapan anda?
Jika otak, mata, hidung, tangan, kaki, jantung dan organ2 anda disamakan dengan binatang, apa reaksi anda?
Jika cara duduk, cara berjalan, cara makan dan cara minum anda disamakan dengan binatang, apa reaksi anda?....mungkin akan marah? Jengkel? Mengumpat? Memukul?....bukankah sikap itu makin membuat anda menjadi lebih rendah dari binatang?karena binatang sendiri ndak pernah mengumpat….
Tapi ternyata, manusia itu tidak lebih hebat dari binatang….
Bicara otot, binatang banyak yang lebih kuat dari kita…bahkan kekuatan mobil disetarakan dengan berapa kalinya kekuatan kuda (horsepower)….bukan kekuatan manusia….
Bicara tentang otak, banyak binatang yang memiliki otak lebih besar dari manusia….
Bicara tentang daya tahan, manusia tidak lebih tahan dari seekor kecoa….
Bicara tentang ketajaman penglihatan, elang jauh lebih tajam dari manusia….dan masih banyak lagi…..
Bicara tentang kecerdikan, kalo ada yang cerdik, biasanya akan dibilangi..cerdiknya kaya kancil…jadi standart kecerdikan juga bukan manusia…..
Bicara kasih sayang, cinta, kesetiaan, kebaikan, kedisiplinan, apakah manusia pemilik sifat itu satu2nya?...
Jawabannya pasti tidak..dan sama skali tidak…banyak binatang yang memiliki sikap lebih baik dari manusia….
Jika demikian, apa yang membuat manusia itu menjadi manusia dan tidak dilihat seperti binatang berkaki dua yang bisa bicara dan bisa bekerja?....
Ada “Ruh” yang dibenamkan dalam diri kita yang membuat kita menjadi berbeda …
“Ruh” yang ditiupkan oleh Sang Maha Pencipta, yang membuat manusia menjadi berbeda dengan binatang…..
“Ruh” yang berfungsi seperti “simcard” pada ponsel, yang dapat menerima sinyal Ketuhanan dari sang Khaliq kapanpun, dimanapun tanpa “blank spot”….
“Ruh” yang kekal yang secara terus menerus terhubung dengan Yang Maha Esa baik kita sadar maupun tidak, kita meminta ataupun tidak……”Ruh” tanpa abonemen, tanpa roming, tanpa error, bukan prabayar maupun pascabayar, lebih cepat dari koneksi internet dimanapun….
“Ruh” yang mendasari kita untuk menerima sinyal kebaikan, sinyal Ketuhanan, sinyal keihlasan dll….
Nah tergantung sejauh mana kita memanfaatkan “Ruh” itu sebaik mungkin, maka itu akan membuat manusia menjadi semakin memiliki sifat ketuhanan…..dan membuat semakin berbeda dengan binatang…
Kemudian ada pertanyaan, kenapa ada orang yang mengenal Tuhan tetapi bersikap jauh dari nilai “Ketuhanan” disisi lain ada orang yang tidak mengenal Tuhan tetapi bersikap sangat baik? Apakah berarti orang bisa berbuat baik tanpa melibatkan Tuhan?
Pertanyaan kemudian saya balik, apakah binatang yang tidak beragama dan tidak mengenal Tuhan tidak bisa berbuat baik? Apakah kalo binatang tidak mengenal Tuhan kemudian Tuhan tidak memberi kemampuan kepada binatang untuk berbuat “mulia”?....
Apakah kemudian jika manusia atau binatang tidak mengakui keberadaan Tuhan kemudian Tuhan akan serta merta meninggalkan mereka?mengabaikan mereka? ….kemudian apakah Tuhan menjadi tidak ada ketika manusia tidak mengakuinya?...
Jawabannya: Yang Maha Pencipta itu Tuhan, bukan manusia…ada atau tidaknya Tuhan tidak tergantung kemauan dan pengakuan manusia. Tuhan tidak membutuhkan pengakuan manusia tentang keberadaan-Nya….dan manusia sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan dan menghilangkan Tuhan…jadi tetaplah menjadi manusia keberadaanya justru amat tergantung sama “Sang Khaliq”….dan jangan melampaui batas……
Jika masih merasa bisa berbuat sesuatu tanpa melibatkan Sang Penguasa Jiwa, kembalikan dulu Ruh kepada-Nya..
Pertanyaan kemudian, Sanggupkah kita melakukan sesuatu setelah “Ruh” itu kembali ke Yang Maha Punya?
Jika Manusia tanpa tangan,tanpa kaki, maka masih bisa bertahan hidup…apalagi tanpa kelamin..
Bayi yang lahir dengan tanpa otak “unenchepaly”-pun..juga masih bisa bertahan beberapa hari bahkan minggu…
Ketika jantung, ginjal, hati, paru, dilakukan transplantasi, manusia masih bisa hidup…
Bahkan hati manusia masih bisa melakukan kompensasi kerja sampai kerusakan mencapai 80%...
apakah ketika Fir'aun mengaku dirinya Tuhan, kemudian Sang Maha Kuasa merasa terancam dan hilang kekuasaan-Nya?
sama skali tidak...
Apakah ketika Fir’aun mengaku dirinya tuhan kemudian serta merta Allah mengazabnya dan dia kehilangan kerajaan, kekuasaan, dan mengalami keterpurukan….???...
Fir’aun tetap berkuasa semenjak mendeklarasikan dirinya menjadi tuhan sampai nabi Musa menjadi dewasa (umur nabi musa lebih sratus tahun)…
Tuhan memiliki cara-Nya sendiri untuk menyayangi hamba-Nya dan memiliki caranya sendiri untuk menyadarkan hamba-Nya yang tidak pernah bisa kita bayangkan.. apalagi melakukannya..karena kita bukan Tuhan...
Jadi, anggaplaah diri kita seperti manusia….seperti sebagaimana kita diciptakan oleh Tuhan Azza Wajalla, Sang Khaliq, Penguasa hati dan seluruh isi semesta yang semua berada dalam genggaman-Nya…
Tulisan ini terinspirasi dari tikus2 yang saya korbankan ketika membuat eksperimen….entah sudah berapa puluh, mungkin ratus tikus yang berkorban dan merelakan parunya untuk dicacah2…..mudah2an saya selalu ingat menyebut nama-Nya sebelum memulai mengorbankan mereka…..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H