***
Dalam hidup ini, tidak ada yang benar-benar kita miliki. Kita hanya punya hak untuk meminjam saja. Namanya juga meminjam, hanya boleh mengambil manfaat, selebihnya menjaga, dan merawat sebaik-baiknya. Tentu saja barang pinjaman itu suatu saat akan di minta kembali oleh yang punya yaitu Allah SWT. Kapan? Semau-maunya Dia.Â
Secara maknawi kematian lazim dimaknai lepasnya ruh dari jasad. Oleh sebab itu kalimat "mematikan diri sebelum kematian datang" lebih mudah diterima oleh nalar kalau diterjemahkan melepaskan.Â
Maka mematikan "diri"secara sederhana ditafsirkan melepaskan ikatan-ikatan yang bersifat bendawi maupun sifat-sifat setan. Sebab sifat-sifat tersebut adalah dinding penghalang bagi penempuh jalan ruhani.Â
Melakukan persiapan kematian dengan cara begitu menjadi hal yang niscaya. Bukti konkrit untuk mencapai kesemua hal tersebut ditandai antara lain tidak merasa kehilangan apapun alias sudah sumeleh, sekalipun yang hilang dimata khalayak cukup berharga. Sibuk mengasuh nafs-nafs yang ada di dalam jiwa. Singkatnya berahlak seperti ahlaknya Rasulullah SAW.Â
Kalau sudah begitu, apa yang hendak dituju berikutnya? Berharap diakhir hayat mencapai predikat husnul khotimah. Tentu tidak lepas memohon syafaat Rasulullah SAW, seorang hamba pilihan yang oleh Allah SWT sendiri beserta para malaikatnya bersholawat kepada nabi Muhammad SAW yang di dalam dada beliau bertajalli kalimah Allah- nurun ala nur.Setelah nabi Muhammad SAW wafat, cahaya Allah SWT berupa nurin al Nur ini telah di wariskan kepada para ahlinya yang dikehendaki oleh Allah SWT. Cahaya ilahi ini mampu menerangi, memberi syafaat kepada umat, termasuk syafaat saat sakaratul maut. Aamiin. Wallahua'lam.