Mohon tunggu...
Arif Rahman Hakim
Arif Rahman Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Biasa-biasa saja

Lelaki kelahiran Pati Jawa Tengah suka memancing, sesekali membaca buku dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kematian

24 Agustus 2020   12:46 Diperbarui: 24 Agustus 2020   12:42 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi pagi speaker masjid dekat rumah dimana saya ngontrak menyiarkan kabar perihal kematian salah seorang warga. Sebetulnya berita lelayu itu datang tidak hanya hari ini saja, dalam dua bulan terakhir sebelum-sebelumnya juga ada beberapa. 

Saking banyak mendengar kabar kematian, seakan menjadi hal yang biasa di telinga, mungkin saja seperti biasanya perasaan khalayak mengetahui berita angka kematian yang kian melonjak yang disiarkan oleh satgas covid-19. Entah mengapa hal semacam itu terjadi, mungkin saja karena faktor tidak ada kedekatan secara emosional dan keterpautan sanak family. 

Sebenarnya secara pribadi rasanya agak malas membahas topik kematian. Gara-gara berita lelayu dari speaker masjid tadi saya jadi mikir. Jangan-jangan giliran berikutnya saya, saudara, teman, juga bukan tidak mungkin anda yang sedang baca tulisan ini akan mengalami hal yang serupa. 

Oleh sebab itu bagi orang islam ketika akan memasuki alam tidur dianjurkan berdoa agar selalu beserta dengan Allah SWT yang menghidupkan dan mematikan. "Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup, dan dengan nama-Mu aku mati”. (HR.Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat lain juga dijelaskan bahwa "tidur itu temannya mati.” Tidak mengherankan jika pembaca pernah mendengar kabar perihal orang tidur tetapi tidak bangun untuk selamanya, alias meninggal dunia. 

Oleh karena itu tidak bermaksud melebih-lebihkan bahwa ketika mau tidur hakikatnya kita memang berangkat mau mati. Untuk itu ketika mau tidur sebaiknya selalu menyadari dan beriktikad dalam hati bahwa ya Allah aku mau mati, terimalah saya ya Allah, dan kemudian setelah bangun tidur berucap terimaksih ya Allah sudah menghidupkan kembali untuk bisa lebih berkarya bagi banyak kehidupan. 

Kematian memang memiliki sifat tidak mengenal kompromi. Juga tidak peduli seberapa tingkat usia, banyaknya harta benda yang dipunya, pangkat dan jabatan setinggi apapun. Kalau kematian menghampiri orang yang dituju, ya datang aja, semau-maunya. 

Maka dari itu tidak ada yang tahu secara pasti kapan kematian datang. Meski orang sakit kronis bertahun-tahun yang minta mati gara-gara nggak tahan menyangga rasa sakit misalnya, kalau belum waktunya meninggal ya tetap aja hidup. Orang yang siang malam berdoa agar diberi kesehatan dan umur panjang tiba-tiba meninggal juga bukan hal yang mustahil menimpa siapa saja. 

Tuhan yang punya kuasa penuh perihal kematian selain tidak bisa didekte, juga tidak bisa dilawan, siapapun saja. Manusia sebatas mampu melakukan penundaan saja. Seperti makan, minum, istirahat, berobat jika sakit hanyalah dorongan alamiah untuk bertahan hidup. 

Dalam agama samawi, utamanya islam ada topik bahasan kematian yang menarik diajukan disini. Seperti kalimat yang cukup dikenal khususnya di kalangan pelaku tarekat; "matikan dirimu sebelum engkau dimatikan" adalah kode implisit yang menjadi gerbang pembuka bagi para pemula dalam menjalani tahapan-tahapan pendakian spiritual. 

Kenapa mesti begitu? Bagi orang yang sedang mencapai kesana, tentu saja praktik tirakat menjadi 'kurikulum' kehidupannya. Praktik tirakat bukan bermaksud mematikan "diri" dalam arti fisik dan pengertian setan di dalam diri. Sebab kalau mati dalam arti rusaknya atau tiadanya jasad berlawanan dengan aturan syariat. Matinya setan apalagi, dia tidak pernah bisa mati hingga kiamat tiba. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun