Mohon tunggu...
Arif Nurwiyono
Arif Nurwiyono Mohon Tunggu... -

Masalah yang belum terselesaikan akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi, maka dari itu kentaskanlah dahulu masalah mu dan jangan lari dari semua kenyataan itu.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Korupsi Merupakan Kebudayaan dan Naluri Alamiah Manusia?

8 Januari 2014   13:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:01 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Korupsi disebut – sebut telah menjadi budaya dalam masyarakat kita, yang kemudian tidak dapat diberantas dengan mudah, karna korupsi juga terorganisir serta berakar sangat dalam, sehingga tidaklah menjadi persoalan mudah dalam mengentaskan atau menumbangkan korupsi itu, terutama di Negara kita Indonesia ini. Namun dalam beberapa tahun belakangan, beberapa Negara telah mampu menurunkan angka korupsi dengan sangat tajam pada wilayah Negara mereka masing – masing, dengan berbagai cara mereka mengupayakan supaya Negara yang mereka tempati bukanlah Negara yang terkenal oleh tingginya angka korupsi yang ada di Negara mereka.

Kita ambil contoh Negara tetangga, Singapore, Negeri ini jauh berbeda dengan tetangganya yang memiliki luas ber ratus-ratus kalilipatnya, yakni Indonesia. Singapore memiliki nilai CPI sama dengan Denmark, 9,3 (bisa dikatakan hamper sempurna). Economist Intelligence Unit dalam “Indeks Kualitas Hidup” menempatkan Singapura pada peringkat satu kualitas hidup terbaik di Asia dan kesebelas di dunia. Singapura memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia.Negara ini juga memiliki angkatan bersenjata yang maju. Setelah PDB-nya berkurang -6.8% pada kuartal ke-4 tahun 2009,Singapura mendapatkan gelar pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dengan pertumbuhan PDB 17.9% pada pertengahan pertama 2010. ( di lansir dari : http://diki-pta.blogspot.com/2012/06/10-negara-terbersih-dari-korupsi-dan.html#ixzz2pmL2VUP8. )

Lantas mengapa Negara kita Indonesia tidak kemudian mengikuti tetangganya Singapore, yang kemudian dapat mengurangi bahkan hampir menghilangkan korupsi yang di Negara kita disebut – sebut telah mem-budaya dalam masyarakatnya, dan telah berakar sangat dalam. Bukannya tidak mungkin bila kita mengambil langkah – langkah yang hampir sama dengan Singapore untuk mengentaskan segala permasalahan Korupsi dinegara tercinta kita ini.

Indonesia menggunakan paham Demokrasi yang berarti kekuasaan ada ditangan rakyat seutuhnya, dan berdalih bahwa Kekuasaan ada ditangan rakyat seutuhnya, namun yang terlihat saat ini pada masa Orde Baru ini bukanlah hal yang terlihat dari paham yang Indonesia anut. Rakyat tertindas oleh kekuasaan para petinggi yang ada diatasnya, rakyat susah, sengsara akan segala hal – hal yang diputuskan oleh para petingginya. Segala keputusan atau kebijakan yang diberikan oleh pemerintah atau para petinggi – petinggi yang ada didalamnya sungguh untuk kebaikan para rakyatnya ? atau hanya untuk keuntungan para petinggi – petinggi yang ada dalamnya ?

Juga korupsi disebut – sebut merupakan naluri atau sifat alamiah manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia itu sendiri, yang kemudian korupsi itu menjadi hal yang bersifat manusiawi karna korupsi merupakan sifat dasar manusia, sifat bawaan manusia dari lahir, yang timbul akibat rasa ingin lebih hebat, ingin lebih tinggi, dan juga ingin dihormati, dan mendapatkan lebih dari apa yang telah ia punya maupun ia keluarkan. Sifat ingin selalu untung besar dan tidak ingin rugi dengan berbagai cara. Sifat egoisme, mementingkan diri sendiri, maupun keluarganya sendiri, dibandingkan orang - orang yang berharap banyak kepadanya.

Bila di fikir secara logis, mungkin anggapan bahwa korupsi telah membudaya dalam masyarakat kita juga korupsi merupakan sifat alamiah atau naluri alamiah dari manusia itu sendiri mungkin ada benarnya, namun apakah sesuatu yang bersifat negative itu dapat dianggap hal yang wajar ? dalam segi kebuadayaan maupun sifat kemanusiaan, segala sesuatu yang bersifat negative bukanlah hal yang wajar, melainkan itu adalah hal yang tak seharusnya ada, dan juga harus dibersihkan dari dalam kehidupan masyarakat pada umumnya, dan khususnya pada diri manusianya masing – masing. Segala sesuatu yang bersifat negative yang tumbuh kemudian semakin besar, maka itu akan menghancurkan dirinya sendiri maupun segala sesuatu yang ada disekitarnya, itu adalah hal pasti yang akan terjadi bila segala sesuatu hal yang bersifat negative dibiarkan tumbuh dan tidak dihentikan.

Hukum telah ditegakkan, banyak para aparat penegak hukum yang telah menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya, namun tidak sedikit juga oknum – oknum para penegak hukum yang menyalahgunakan wewenang yang mereka miliki untuk mendapatkan keuntungan atas apa yang mereka putuskan. Peraturan – peraturan yang telah dibuat pun mungkin sudah sesuai dengan apa yang terjadi pada negeri kita tercinta ini, dan juga mungkin dapat mengatur seluruh komponen – komponen yang terdapat dalam Negara ini. Namun mengapa korupsi masih terus terjadi dan kemudian merajalela dalam Negara kita ini ?

Mungkin para petinggi Negara yang ada tidak pernah mendapatkan pendidikan yang tepat dari para orang tua nya yang telah membesarkan mereka, mungkin para petinggi Negara tidak pernah merasakan bangku madrasah dimana seharusnya mereka belajar segala sesuatu tentang akhlak dan akidah yang terdapat dalam kepercayaan yang mereka anut. Ataukah mungkin para petinggi Negara hanya iblis berlidah malaikat ?

Tidak seharusnya para petinggi Negara yang telah mendapatkan kepercayaan dan harapan – harapan dari para rakyatnya kemudian lupa diri dan menutup mata atas apa yang terjadi pada rakyatnya kemudian mementingkan kesejahteraan dan kebahagiaan diri sendiri serta keluarganya. Para petinggi yang telah mendapatkan kepercayaan dari para rakyat yang telah memilihnya seharusnya memberikan pelayanan kepada para rakyat sebagaimana semestinya, bukan malah menutup mata dan kemudian terus memperkaya diri dengan sesuatu yang bukan miliknya.

SADAR DIRI serta melupakan segala hal – hal baik yang pernah mereka perbuat adalah hal yang seharusnya para petinggi tanamkan dalam diri mereka, dalam hati nurani mereka. Sehingga mereka sadar siapa yang telah membuat mereka dapat menempati tempat sebagai pemimpin dan juga tidak mengharapkan lebih dari kebaikan - kebaikan yang telah mereka perbuat untuk banyak orang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun