Mohon tunggu...
Filsafat

Nusantara, Kebenaran yang Tak Terlihat

31 Agustus 2018   14:08 Diperbarui: 31 Agustus 2018   14:11 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pada saat itu datang pemuda berjanggut, datangnya memakai baju serba hitam sambil menyanding sarung tua. Membangunkan semua yang salah arah, mengingatkan pada yang lupa, tapi tidak dianggap. Karena pintar keblinger, maunya menang sendiri. Mereka tidak sadar langit sudah memerah, asap mengepul dari perapian. Alih-alih dianggap, pemuda berjanggut ditangkap dimasukkan penjara. Lalu mereka mengacak-acak tanah orang lain, beralasan mencari musuh padahal mereka sengaja mencari permusuhan."

Waspadalah! Sebab mereka nanti akan melarang untuk menceritakan Pajajaran. Karena takut ketahuan bahwa mereka yang menjadi sebab selama ini. Penguasa yang buta semakin hari semakin berkuasa melebihi kerbau bule (jajahan belanda), mereka tidak sadar jaman manusia sudah dikuasai oleh kelakuan hewan."

Sakabh turunan dia ku ngaing bakal dilanglang. Tapi, ngan di waktu anu perelu. Ngaing bakal datang deui, nulungan nu barutuh, mantuan anu sarusah, tapi ngan nu had laku-lampahna. Mun ngaing datang moal kadeuleu; mun ngaing nyarita moal kadng. Mmang ngaing bakal datang. Tapi ngan ka nu rancag hatna, ka nu weruh di semu anu sastu, anu ngarti kana wangi anu sajati jeung nu surti lantip pikirna, nu had laku lampahna. Mun ngaing datang; teu ngarupa teu nyawara, tapi mr cr ku wawangi.

*****

Minimal yang bisa disadari adalah ada kebenaran hakiki yang menghindari dari kenyataan kita atas apa yang terjadi di tanah Nusantara ini, baik yang mengarah kepada kehancuran dan energi yang akan menanggulanginya kelak. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya, karena ternyata banyak pemimpin Nusantara pada jaman silam yang masih hidup hingga saat ini dan dirahasiakan keberadaannya. Bayangkan jika salah satu dari mereka berkenan hadir bersilaturahim kepada kita, menjaga dan mengarahkan kehidupan kita saat tiba gonjang-ganjing di akhir jaman kelak. Seperti yang telah disampaikan Prabu Siliwangi berikut:

Sakabh turunan dia ku ngaing bakal dilanglang. Tapi, ngan di waktu anu perelu. Ngaing bakal datang deui, nulungan nu barutuh, mantuan anu sarusah, tapi ngan nu had laku-lampahna. Mun ngaing datang moal kadeuleu; mun ngaing nyarita moal kadng. Mmang ngaing bakal datang. Tapi ngan ka nu rancag hatna, ka nu weruh di semu anu sastu, anu ngarti kana wangi anu sajati jeung nu surti lantip pikirna, nu had laku lampahna. Mun ngaing datang; teu ngarupa teu nyawara, tapi mr cr ku wawangi.

"Semua keturunan kalian akan aku kunjungi, tapi hanya waktu tertentu dan saat diperlukan. Aku akan datang lagi, menolong yang perlu, membantu yang susah, tapi hanya mereka yang bagus perangainya.

 Apabila aku datang takkan terlihat, apabila aku berbicara takkan terdengar. Memang aku akan datang tapi hanya untuk mereka yang baik hatinya, mereka yang mengerti dan satu tujuan, yang mengerti tentang harum sejati juga mempunyai jalan pikiran yang lurus dan bagus tingkah lakunya. Ketika aku datang, tidak berwujud tapi memberi ciri dengan wewangian.

Oleh: Arif Hidayatullah, S. Psi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun