Teriknya matahari yang menyelinap melalui lubang atap bangunan tak menghalangi panas yang menyengat di dalam ruangan, sore itu pukul tiga, seorang yang mengaku dirinya profesor disebuah perumahan akademisi mengonggongkan kembali diktat-diktat usang yang dimakan rayap kepada mahasiswanya, di ikuti dengan cara mengajarnya yang mirip diklat militer, tentu gaya mengajar itu membuat mahasiswa diam dan menganggukan kepala tentang segala hal yang dikatakan oleh seorang profesor itu dengan ketakutan para mahasiswa menyelinapi jiwa akan di beri nilai C- jika menolak argumennya.Â
Di ruangan yang bagaikan hutan belantara yang berisi calon-calon sarjana, seorang profesor itu terus mendoktrin mahasiswanya tentang keyakinan yang ia yakini dan mengesampingkan bahkan menganggap sesuatu yang berada diluar keyakinannya adalah salah, sembari mengutarakan dalil-dalil yang menguatkan pendapatnya.Â
Premis pertama
Pada awalnya kelas dimulai dengan sebuah argumen bahwa "Kebenaran atau keyakinan bersifat relatif, tidak ada kebenaran atau keyakinan yang mutlak." Sang profesor mengibaratkan dengan Si A di mata si B duduk di belakangnya, sedangkan menurut si Y si A duduk di sampingnya, semuanya benar namun karena banyaknya perspektif maka tidak memungkinkan untuk membuat suatu definisi yang membenarkan salah satu pihak di mana sebenarnya si A duduk.Â
Premis kedua
Logical Fallacy atau kesesatan berpikir mulai terjadi tatkala sang profesor mengatakan "keyakinan saya yang paling benar, selain keyakinan saya maka masuk neraka." apakah sudah menemukan dimana titik Logical Fallacy nya? Mari mulai dengan sebuah teori yang di kemukakan oleh seorang Filsuf Amerika di abad ke-19 yang bernama John Herman Randall tentang apa yang di maksud dengan sebuah kebenaran yang ia tulis dalam Introduction to Philosophy. Randall mengatakan bahwa benar pada dasarnya adanya persesuaian atau tidak adanya pertentangan. Sebagai contoh
Premis 1 : Semua Kebenaran/ keyakinan bersifat relatif
premis 2 : Islam adalah Keyakinan
Konklusi : Islam adalah keyakinan yang paling benar.
Kembali kepada apa yang di katakan Randall bahwa Argumen dapat dianggap benar jika ada persesuaian, dan tidak memiliki pertentangan antar premis. Berdasarkan contoh diatas terjadi pertentangan antara premis 1 dengan premis 2 hingga pada akhirnya sampai pada konklusi. Jika dari awal kita menganggap kebenaran/keyakinan sebagai sesuatu yang relatif, maka tak sepatutnya kita mengatakan bahwa keyakinan/kepercayaan kita lah yang paling benar. Dalam ilmu logika kesesatan berpikir ini dinamakan Fallacy of Inconsistency atau kekeliruan berpikir karena tidak runtutnya pernyataan yang satu dengan pernyataan yang diakui sebelumnya.Â
Â