Dari berbagai literatur, disebutkan bahwa Generasi Z adalah generasi yang berhadapan langsung dengan teknologi yang semakin berkembang, beberapa menyebut juga sebagai iGeneration, generasi net, atau generasi internet, yang mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet menggunakan ponsel, browsing dengan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset, sehingga apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Dengan sejak "lahir" sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih, maka secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka.
Sedangkan Generasi Alfa dibesarkan pada era di mana teknologi selalu berkembang secara konstan, Generasi Alfa dapat menjadi peran penting yang sangat berpengaruh terhadap berbagai industri untuk terus berevolusi dan menciptakan inovasi terbaru, yang juga memberikan dampak pada dinamika dunia. Dengan mudahnya akses dan komunikasi secara global, anak-anak yang termasuk generasi ini mungkin akan lebih mampu memperluas kemampuan komunikasi linguistik mereka.
Karakteristik kedua generasi tersebut hampir sama, mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer. Informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan pendidikan maupun pribadi akan mereka akses dengan cepat dan mudah. Anggota Generasi Z dan Generasi Alfa tidak mengenal dunia tanpa smartphone atau media sosial, lebih mandiri daripada generasi sebelumnya, dan tidak menunggu orang tua untuk mengajari hal-hal atau memberi tahu mereka bagaimana membuat keputusan. Di dunia kerja, generasi ini berkembang untuk memilih bekerja dan belajar sendiri, sehingga menginginkan segala sesuatu serba cepat, tidak bertele-tele dan berbelit-belit. Namun demikian, mereka cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, egosentris, dan individualis, ingin serba instan, tidak sabaran, dan tidak menghargai proses.
Proses Pengembangan Diri Generasi Z dan Generasi Alfa
Sebagai motor penggerak kemajuan birokrasi, maka ASN generasi emas dituntut untuk dinamis, fleksibel, cepat, tepat, produktif, dan lincah dalam menjawab tantangan dalam proses aktualisasi pelayanan, melek digital, tangguh, namun juga berintegritas. Untuk menyiapkan hal tersebut, maka ASN Generasi Z dan Generasi Alfa sejak dini harus dibekali dengan pelatihan pengembangan kompetensi agar dapat selalu beradaptasi, mengubah cara kerja, menjadi katalis dan motor penggerak, serta mengembangkan kapasitasnya dalam bidang digital, sehingga dapat memberi pelayanan prima kepada masyarakat.
Para pemimpin atau atasan saat ini, yang mayoritas dari Generasi Y dan Generasi X, punya kewajiban untuk mengetahui gap kompetensi masing-masing pegawai agar bisa merencanakan pengembangan kompetensi yang baik dan terarah. Para pemimpin saat ini perlu lebih serius mnempersiapkan ASN Generasi Z dan nantinya Generasi Alfa yang merupakan ujung tombak dan harapan dalam menjawab tantangan menghadirkan pelayanan dengan tuntutan yang wajib kita jawab dengan cepat dan adaptif.
Agar harapan di masa itu sesuai dengan target Indonesia yaitu sudah menjadi negara maju dan telah sejajar dengan negara adidaya, maka momentum bersejarah yang tinggal sekitar seperempat abad lagi ini, untuk mewujudkannya butuh persiapan yang matang sejak sekarang. Sumber daya manusia Indonesia pada saatnya harus unggul, berkualitas, dan memiliki karakter.
Para generasi muda ASN harus menyadari bahwa Indonesia Emas itu adalah milik mereka yang akan membawa dan menentukan kemajuan Indonesia umumnya dan ASN khususnya di masa depan, sehingga punya kemauan untuk kerja keras, punya mimpi besar, berintegritas, dan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H