Pengaruh Media Sosial terhadap Perilaku Remaja

Sebelum adanya internet ataupun media social, manusia saling berkomunikasi satu dengan lain dari jarak jauh dengan mengirim surat. Surat yang dikirim membutuhkan waktu yang lama untuk mengantarnya dari penulis ke penerima. Tetapi dengan seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, manusia telah menemukan cara lain yang lebih efektif untuk berkomunikasi dari jarak jauh. 

Pada tahun 1876, Alexander Graham Bell menyempurnakan alat komunikasi jarak jauh telefon ciptaan Antonio Meucci dan berhasil mendemonstrasikannya. Alat ini dapat digunakan untuk berkomunikasi dari jarak yang jauh. Alat juga kemudian digunakan dalam bisnis, kepemerintahan, dan rumah tangga.

Bell telah membuat pondasi untuk komunikasi jarak jauh, dan dari situ terus berkembang. Kurang lebih satu abad sejak Bell menyempurnakan telepon, internet ditemukan. Internet adalah sebuah sistem jaringan computer yang menghubungkan seluruh computer di dunia. 

Dengan ini, orang-orang dapat berkomunikasi dan menyebarkan informasi dari jarak yang jauh secara cepat dan efektif. Teknologi ini pun juga berkembang dengan adanya bulletin, yang menjadi awal dari kebangkitan media social. Dengan seiring waktu, media social pun juga berkembang dengan lahirnya aplikasi-aplikasi atau platform-platform seperti Instagram, Twitter, Facebook, TikTok, dan lain-lain. 

Cara berkomunikasi dan penyebaran informasi semakin beragam dengan aplikasi-aplikasi tersebut, orang-orang selalu melihat perangkat mereka untuk berita terbaru tentang selebriti, politik, atau yang lain sebagainya, serta memberikan komentar tentang berita tersebut. Hal ini dapat membawa pengaruh positif maupun negatif terhadap seseorang, termasuk remaja.

Dari segi positif, media social dapat menghubungkan seseorang dengan orang lain dari jarak yang jauh. Dengan ini, seseorang bisa mendapatkan teman baru. Pada masa ini, dimana dunia dilanda oleh Covid-19, orang-orang terpaksa menggunakan media social untuk berkomunikasi dengan satu sama lain agar terjaga dari virus Covid-19. Namun hal negative dari fitur ini adalah seseorang lama kelamaan akan menutup diri karena mereka lebih memerhatikan dunia maya dari pada dunia nyata. Dan hal ini akan menyebabkan relasi dengan orang lain merenggang.

Hal lain yang positif adalah penyebaran berita. Seseorang dapat mengetahui apa yang sedang terjadi di dunia pada saat ini dengan mudah dan cepat. Seseorang tidak perlu membeli koran atau majalah, tinggal membuka situs berita dari laptop atau smartphone dan membaca artikel yang ada di sana. Hal yang perlu mereka bayar adalah paket internet, atau menggunakan wifi tempat public seperti caf. Tetapi hal ini juga memiliki dampak negative. Artikel yang dibaca bisa saja tidak berbasis fakta. Dan seseorang bisa saja menerimanya sebagai fakta tanpa mengecek sumber atau artikel tentang hal yang sama. Artikel yang dibaca juga bisa bersifat provokatif atau menyinggung suatu kelompok atau orang.

Dari hal-hal positif dan negative media social di atas, dapat diketahui bahwa perlu ada langkah-langkah agar remaja tidak terjatuh ke sisi negative media social.

Pertama adalah pembatasan penggunaan media social. Penggunaan media social perlu dibatas tidak hanya karena mata kita akan rusak, tetapi juga agar kita tidak tercandu olehnya. Waktu dimana kita tidak menggunakan media social bisa digunakan untuk berinteraksi dengan keluarga atau teman secara berhadapan langsung agar hubungan kita dengan mereka tidak merenggang. Dan yang kedua, kita harus memverifikasi kebenaran suatu artikel. Kita bisa memverifikasi dengan membandingkannya dengan artikel lain yang membahas tentang hal yang sama.

Secara kesimpulan, media social merupakan inovasi manusia dengan hal-hal positif. Namu juga ada hal-hal negative. Dan ada berbagai cara untuk mengatasi hal-hal negatif tersebut.