Desa Jantur merupakan wilayah administrasi Kecamatan Muara Muntai. Yang sekarang sudah terbagi menjadi 3 desa yakni, Desa Jantur, Desa Jantur Selatan dan Desa Jantur Baru. Desa Jantur atau kerap dikenal dengan Jantur Induk memiliki luas wilayah 52,28 km2 dengan jumlah penduduk 2001 jiwa, 589 Kepala Keluarga.
Desa Jantur selatan memiliki luas wilayah 53,50 Km2 dengan jumlah penduduk 1985 jiwa, 677 Kepala keluarga. Sementara Desa Jantur Baru memiliki luas wilayah 43,30 Km2 dengan jumlah penduduk 1845 jiwa, 360 Kepala Keluarga. Setidaknya dari Desa Jantur memerlukan lebih kurang satu jam untuk menuju kekecamatan yang jarak tempuhnya 20 km menggunakan kapal ces. (BPS Muara Muntai, 2017)
Wilayah Desa jantur secara geografis merupakan daerah rawa-rawa yang diapit dua danau besar yakni danau Jempang dan danau Jantur yang merupakan pemukiman masyarakat disepanjang tahun.
Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan pengolah ikan asin hasil tangkapan para nelayan. Saat kondisi musim penghujan atau banjir produksi ikan cenderung menurun. Produksi hasil tangkapan ikan berlimpah saat air sedang surut atau musim kemarau.
Hasil tangkapan nelayan berupa ikan sepat, biawan, pepuyuh, toman, haruan/gabus, jelawat, patin bahkan udang dapat memenuhi pasar lokal Tenggarong, Samarinda, Balikpapan, Bontang, hingga Banjarmasin. Terlebih lagi hasil produk ikan asin yang sudah menembus pasar di pulau jawa bahkan di eksport keluar negeri.
Untuk menjaga kelestarian dan kesinambungan produksi ikan air tawar tersebut yang sekaligus merupakan ikan endemik kalimantan. Sejatinya, perlu dilakukan upaya budidaya produktif air tawar baik dari masyarakat sendiri maupun pemerintah setempat.
Tidak hanya sebatas potensi ikan air tawar, desa Jantur menyugukkan pemandangan perdesaan yang sangat menawan. Desa ini kerap dijuluki wisata jembatan ulin, karena disepanjang desa terdapat jembatan ulin sebagai lajur utama para pejalan kaki dan aktifitas masyarakat sehari-hari.
Hal unik lainnya terlihat dari indahnya rumah panggung yang sebagian besar juga terbuat dari kayu ulin bersusun indah disepanjang pinggir sungai, Selain itu desa ini menawarkan berbagai kebudayaan yang masih dilestarikan seperti acar-acara besar dengan surungan, tradisi Bailang, tradisi usung dan baarak pengantin serta masih banyak yang lainnya.