Mohon tunggu...
Arif Rifat
Arif Rifat Mohon Tunggu... Administrasi - nulis, nulis, nulis,

Bagiku, menulis bagaikan secangkir es cendol di tengah gersangnya gurun pasir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

[Kisah Nyata] Pernikahan Sesama Bungsu

22 Mei 2019   08:14 Diperbarui: 1 Juli 2021   20:02 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini adalah kisah nyata dariku"

"Pernikahan" dan "bungsu" adalah dua hal yang sangat menantang. Pernikahan sudah menjadi rahasia umum tentang kerumitannya. Banyak statmen-statmen kurang sedap saat seseorang ditanya tentang kesan berumah tangga. Begitupun si "bungsu" yang selalu penuh cerita dan lika-liku dalam merangkai kisah hidupnya. 

Aku adalah seorang lelaki bungsu yang ditakdirkan untuk menjadi imam dari seorang perempuan bungsu, dan sebentar lagi menjadi ayah dari seorang princess. Banyak hal menarik dan menantang di dalam rumah tangga kami. 

Baca juga : Maraknya Pernikahan Dini di Masa Pandemi Dilihat dari Kacamata Sosiologi

Misalnya saja tentang imajinasi yang "brutal" menuju tak terbatas dan melampauinya. Adakalanya kami tidur dengan menjejerkan bantal dan guling di sekitar ranjang layaknya anak ingusan yang sedang main rumah-rumahan. sesekali kami saling melempar bantal, guling, celana dengan berbagai jenis, dan apapun yang bisa diraih oleh tangan, semuanya itu mampu membuat suasana cair dan penuh tawa. 

Belum lagi saat sesi curhat. Jika ada orang yang memperhatikan, sepintas kami bukan seperti pasangan suami istri yang sedang berdiskusi, melainkan hanya terdengar seperti celotehan anak kembar yang menggemaskan. 

Baca juga : Persyaratan Melaksanakan Pernikahan New Normal

Tidak ada suasana formal dalam rumah tangga kami. Sepanjang hari hanya diisi dengan berbagai permainan anak-anak. Seru dan tidak pernah membosankan. Namun, begitulah rumah tangga. Tak ada gading yang tak retak. 

Baca juga : Faktor -Faktor yang Melatarbelakangi Terjadinya Pernikahan Dini

dokpri
dokpri
Suasana akan seketika mencekam ketika kami harus membuat suatu keputusan. Ini artinya akan digelarnya permainan "adu ego". Meskipun tak ada prosesi saling membentak ataupun adu jotos, tapi ini lebih mengerikan! karena akan segera dimulainya genderang "perang dingin". Jika salah satu diam seribu bahasa, satu yang lainnya akan mengikuti dengan gaya yang sama. Anak bungsu adalah manusia yang dilahirkan dengan gengsi selangit. 

Minta maaf adalah sesuatu yang sulit diumbar tanpa ada penyesalan dari pihak lawan seteru. Sedangkan dalam menjalani rumah tangga, Mau tidak mau, semakin hari akan semakin formal saja. 

Karena sudah mulai memikirkan hal-hal yang realistis, memikirkan planning dan semua tentang keberlangsungan hidup keluarga kecil saat ini dan di masa yang akan datang. 

Saat rumah tangga bungsu dengan bungsu dibawa ke ranah serius, akan terasa sedikit kesulitan menemukan keharmonisan dan terkendala saat bermusyawarah menentukan mufakat. 

Maka, jawaban terbaik untuk pertanyaan 

"Apakah baik anak bungsu menikah dengan anak bungsu?"

Menurutku, sangat baik, dengan syarat suami bungsu harus keluar dari zona bungsunya dan bermetamorfosis menjadi seorang imam yang dewasa dan bijaksana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun