Mohon tunggu...
Arif Cebe
Arif Cebe Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

berpetualang dalam menikmati hidup

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kata “Mungkin”, yang “Mungkin” Tidak Diucapkan

28 Februari 2013   07:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:33 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat mengikuti sebuah rapat, kuping saya tiba – tiba jadi bengang. Saat itu membahas sebuah program organisasi kami. Banyak peserta lain yang mengatakan “mungkin penyebab ini, adalah itu”, “mungkin kalo kita lebih giat lagi akan seperti ini”, ”mungkin kalo kita bekerja sama hasilnya bla bla  bla” dan mungkin – mungkin lainnya. Ada sesuatu yang mengganjal di hati saya. Begitu banyaknya kata mungkin yang dihasilkan dari rapat itu.

Setelah kesepakatan bersama, diketoklah palu untuk mengambil keputusan dari pendapat yang mengandung kata “mungkin” tadi. Dan sudah saya tebak dari awal, hasil pelaksanaan keputusan tersebut tidak berjalan maksimal. Seperti motor yang bensinnya mau habis, “nyendal - nyendal” .

Beberapa hari yang lalu, saya ngobrol – ngobrol santai di kamar kos. Bersama kawan saya, bang andi dan candra. Waktu itu sedang asyiknya membahas panasnya dunia perpolitikan di tanah air. Waktu itu candra mengungkapkan kekesalannya, kalau setiap ada rapat pasti ada kata “mungkin” di dalamnya. Itu menjadikan sebuah pendapat yang bagus menjadi mengambang. Seperti tidak ada kemantapan hati dalam mengutarakan pendapatnya.

Contoh saja “kalau kita melaksanakan keputusan ini mungkin hasilnya seperti ini”. Dari kalimat tersebut kita tidak dapat menemukan kepastian dari keputusan yang akan diambil. Coba kata mungkinnya diganti “kalau kita melaksanakan keputusan ini akan menghasilkan yang  seperti ini” atau “kalau kita melaksanakan keputusan ini, maka hasilnya seperti ini insyaallah”. Setelah kata mungkinnya diganti kita dapat melihat gambaran dari keputusan itu, Yang kedua malah lebih religius.

Memang kata “mungkin” tidak begitu cocok untuk mengungkapkan sebuah pendapat dalam pertemuan, apalagi untuk mengungkapkan pendapat yang positif. Pendapat positif tersebut, menjadi agak hambar. Jadi, mengganti kata “mungkin” tadi dengan sebuah kata yang lebih pasti akan memberikan gambaran dan hasil yang lebih nyata.

Silahkan sahabat – sahabat kompasianer yang ingin mengungkapan pendapatnya komen dibawah ya :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun