Mohon tunggu...
amir saipudin
amir saipudin Mohon Tunggu... -

Just a person who want to be a better person... to myself and others...

Selanjutnya

Tutup

Money

"Kepala Negara" : RAPBN Kita Sedang Gawat!!

23 Mei 2010   01:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:02 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apa yang sebenarnya terjadi, pemasukan kami hari itu sangat sepi sekali, sedih rasanya. Tidak seperti biasanya. Saya sebagai 'kepala negara' pusing 7 keliling memikirkan itu semua. Apa solusinya?

Belum ada....

Malam itu saya tidur gelisah sekali, bahkan sempat ngomel sama 'menteri keuangan' saya yang tampaknya acuh tak acuh saja melihat kondisi 'negara' sedang seret seperti ini, padahal konsumsi terbesar ada di departemen dia.

Paginya setelah shalat subuh saya menggelar rapat 'kabinet' secara mendadak. Pagi itu juga saya instruksikan ke seluruh pejabat keuangan yang terkait, khsusunya kepada 'menteri keuangan' saya untuk mengevaluasi 'pendapatan negara' sampai detik ini.

Apa yang saya khawatirkan menjadi kenyataan. Apa yang tertera dalam catatan tidak sama dengan apa yang ada dalam bentuk riil-nya. "kenapa bisa begini?", tanya saya. 'Menteri keuangan' saya tidak mampu menjelaskan secara gamblang. Memang beberapa hari yang lalu anggaran pembelanjaan negara memang banyak mengutip dari anggaran yang lain, alhasil mungkin terjadi tumpang tindih dan berujung pada mis-informasi data.

Apa boleh buat, untuk meniadakan terjadinya perpecahan di tubuh 'negara', saya selaku 'Presiden' lebih mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa daripada menambah masalah baru yang belum tentu itu kesalahan sang 'menteri keuangan' saya.

Agaknya untuk kasus ini saya harus tegas dan memikirkan cara baru!

Saya sampaikan dengan hati-hati bahwa mulai hari ini pengelolaan 'keuangan negara' harus di evaluasi ulang dan kita harus memikirkan bagaimana bisa menambah pemasukan bagi 'negara' tanpa perlu mengorbankan 'rakyat' (baca: konsumen).

Sang 'menteri' tampak manggut-manggut mendengarkan penjelasan saya yang cukup berwibawa (sepertinya begitu-hehehe).

Pendapatan kemarin harus disalurkan ke beberapa anggaran yang memang sudah kami tetapkan di masa pemerintahan awal. Memang patut diakui, bahwa mengelola 'anggaran pendapatan dan belanja negara' memang tidak semudah itu. betapapun telah kami susun dan atur dengan rapi, namun adakalanya di tengah jalan ada kekurangan dan mis-informasi data.

Dari pelajaran yang saya ambil, saya memperhatikan bahwa kecenderungan pengelolaan 'keuangan negara' di 'republik' saya memang sering mengalami pasang-surut dan miskomunikiasi data. Apa yang tertera di 'catatan keuangan negara' dengan bentuk riil-nya kadang ada sedikit perbedaan. Saya mulai memahami bahwa kejadian itu akan terus berulang lagi. Apa yang dapat saya lakukan?

Menurut 'penasihat kepresidenan' saya, beliau mengatakan bahwa sebaiknya 'pendapatan negara' yang terkumpul dari berbagai sektor itu harus terus di kawal, kemudian harus segera di catat dan diinspeksi secara berkelanjutan. Artinya saya sebagai 'kepala negara' harus proaktif melakukan itu dengan atau tanpa koordinasi dengan 'Departemen Keuangan', mengapa? Karena mengingat 'Menteri keuangan' saya itu rangkap jabatan, maka untuk meringankan tugasnya dan juga untuk menegakkan kedisiplinan internal, maka ispeksi mendadak ini harus sering-sering dilakukan.

Seharusnya hari ini ada agenda pembelanjaan harian negara yang memang sering kami lakukan, tapi karena 'pendapatan negara' kami menurun drastis - sedangkan pengeluaran wajib terus berlanjut bahkan nilainya lebih besar - maka saya sebagai 'kepala negara' menginstruksikan khususnya kepada 'menteri keuangan' saya untuk mengencangkan ikat pinggang, ikat kaki, ikat kepala dan ikat semuanya (gak bisa gerak donk..hehehe -  biarin aja dah, biz kesel...).

Dalam hati saya bergumam... baru mengelola 'negara kecil' seperti ini saja saya belum becus, apalagi negara dengan 200 juta lebih penduduknya. Heemmm... saya bergumam lagi... bahwa saya harus bisa, akan saya buktikan bahwa saya sebagai 'kepala negara' harus bisa membawa 'negeri' ini menuju 'negeri' yang sejahtera, adil dan makmur, gemah ripah loh jinawi.... (entah apa artinya, saya cuma ikut-ikutan aja, hehehe...)

Hari ini saya buka pagi (biasanya agak siangan, habis ngantuk+cape banget). Sambil melihat kompas online saya menanti datangnya 'rejeki'...

Mudah2an hari ini rejekinya banyak agar 'rakyat' kami bisa pada makan (enak)....

Amin ya robbal alamin.... doakan ya kompasiana....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun