Mohon tunggu...
RIYAS FITRIANINGSIH 121211095
RIYAS FITRIANINGSIH 121211095 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undira Student Semester 6

Master of Accounting Students - NIM 121211095 - Faculty of Economics and Business - Dian Nusantara University - Forensic Accounting - Lecturers: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bussines as a Victim, Silvertone, Sheetz

9 Juni 2024   00:45 Diperbarui: 9 Juni 2024   00:46 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: riyas fitrianingsih

sumber: riyas fitrianingsih
sumber: riyas fitrianingsih

sumber: riyas fitrianingsih
sumber: riyas fitrianingsih

Business as a Victim: Understanding Fraud in Accounting Cycles

1. Introduction
    - Importance of understanding fraud in business.
    - Overview of Howard Silverstone and Michael Sheetz's perspective in "Forensic Accounting and Fraud Investigation."

2. Recognizing Fraudulent Activities
    - Various forms of fraudulent activities targeting businesses.
    - Challenges in recognizing fraud.
    - Motivations behind fraudulent behavior.

3. The Critical Accounting Cycle
    - Importance of the general ledger as a central account.
    - Role of the general ledger in reflecting all accounting cycles.
    - Ensuring accuracy and integrity in financial data.

4. The Rise of Financial Crime
    - Global trends in financial fraud.
    - Impact of technology and globalization.
    - Examples of prevalent threats such as cybercrime, money laundering, and bribery.

5. Combating Fraud
    - Proactive approaches to combat fraud.
    - Implementation of robust internal controls and audits.
    - Fostering a culture of transparency and ethical behavior.
    - Collaboration with law enforcement agencies and regulatory bodies.

6. Case Studies and Examples
    - Overview of the Enron scandal.
    - Lessons learned and implications for business practices.
    - Recent fraud cases and emerging trends.

7. Conclusion
    - Recap of key points.
    - Importance of staying vigilant and adaptive.
    - Ensuring long-term success and sustainability through fraud prevention measures.

Bisnis sebagai Korban: 

Memahami Penipuan dalam Siklus Akuntansi Dalam bidang akuntansi forensik dan investigasi penipuan, memahami bagaimana bisnis dapat menjadi korban kegiatan penipuan adalah yang terpenting. Howard Silverstone dan Michael Sheetz, dalam Bab 7 buku mereka "Akuntansi Forensik dan Investigasi Penipuan" menyelidiki berbagai cara bisnis dapat ditargetkan dan aspek-aspek penting dari siklus akuntansi yang berperan dalam mendeteksi dan mencegah kejahatan tersebut. 

Mengenali Aktivitas Penipuan: 

Kegiatan penipuan yang menargetkan bisnis datang dalam berbagai bentuk, mulai dari penggelapan dan penipuan laporan keuangan hingga penipuan pengadaan dan penyalahgunaan aset. Salah satu aspek yang paling menantang bagi bisnis adalah mengenali kapan penipuan terjadi. Seringkali, pelaku penipuan terampil menyembunyikan kegiatan mereka, sehingga penting bagi organisasi untuk menerapkan kontrol internal yang kuat dan teknik akuntansi forensik untuk mendeteksi anomali. Memahami motivasi di balik penipuan sangat penting. 

Dalam banyak kasus, individu dalam organisasi melakukan penipuan karena tekanan keuangan, seperti hutang pribadi atau gaya hidup mewah. Di lain waktu, itu mungkin berasal dari keluhan terhadap perusahaan atau hanya perilaku yang didorong oleh peluang. 

Siklus Akuntansi Kritis: 

Semua siklus akuntansi, terlepas dari sifat bisnisnya, melewati akun fundamental: buku besar. Buku besar berfungsi sebagai repositori pusat untuk semua transaksi keuangan dalam suatu organisasi, menjadikannya target utama untuk kegiatan penipuan. Memanipulasi entri dalam buku besar dapat memungkinkan pelaku untuk menyembunyikan tindakan mereka atau menyedot dana tanpa terdeteksi. Setiap siklus akuntansi, apakah itu siklus pendapatan, siklus pengeluaran, atau siklus konversi, pada akhirnya tercermin dalam buku besar. Oleh karena itu, memastikan keakuratan dan integritas data dalam akun ini sangat penting untuk mendeteksi dan mencegah penipuan. Maraknya Kejahatan Keuangan: Salah satu kejahatan yang tumbuh paling cepat secara global adalah penipuan keuangan, yang menimbulkan tantangan signifikan bagi bisnis dari semua ukuran. Dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya kompleksitas transaksi keuangan, pelaku memiliki lebih banyak kesempatan daripada sebelumnya untuk mengeksploitasi kerentanan dalam organisasi. 

Kejahatan dunia maya, khususnya, telah muncul sebagai ancaman umum, dengan peretas menargetkan sistem keuangan bisnis untuk mencuri informasi sensitif atau memanipulasi transaksi. Selain itu, globalisasi operasi bisnis telah memperkenalkan risiko baru, termasuk skema pencucian uang dan penyuapan, yang dapat memiliki konsekuensi luas bagi bisnis dan masyarakat secara keseluruhan. 

Memerangi Penipuan: Untuk memerangi penipuan secara efektif, bisnis harus mengadopsi pendekatan proaktif yang mengintegrasikan langkah-langkah pencegahan dengan strategi deteksi dan respons. Menerapkan kontrol internal yang kuat, melakukan audit rutin, dan memanfaatkan teknik akuntansi forensik merupakan komponen penting dari kerangka kerja anti-penipuan yang komprehensif. Selain itu, menumbuhkan budaya transparansi dan perilaku etis dalam organisasi sangat penting untuk mencegah kegiatan penipuan. Karyawan harus dididik tentang berbagai bentuk penipuan dan didorong untuk melaporkan perilaku mencurigakan segera. Kolaborasi dengan lembaga penegak hukum dan badan pengatur juga penting dalam menyelidiki dan menuntut kejahatan keuangan. Dengan bekerja sama, bisnis dapat meningkatkan ketahanan mereka terhadap penipuan dan melindungi aset dan reputasi mereka. Kesimpulannya, bisnis rentan terhadap segudang kegiatan penipuan, yang dapat memiliki konsekuensi yang menghancurkan jika dibiarkan. Dengan memahami metode yang digunakan oleh pelaku, berfokus pada siklus akuntansi kritis, dan menerapkan langkah-langkah anti-penipuan proaktif, organisasi dapat mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh kejahatan keuangan dan melindungi kepentingan mereka dalam lingkungan bisnis yang semakin kompleks. 

Untuk mengeksplorasi lebih lanjut topik viktimisasi penipuan dalam bisnis, penting untuk mempelajari contoh spesifik dan studi kasus yang menggambarkan berbagai skema yang digunakan oleh penipu. Salah satu kasus penting adalah skandal Enron, yang mengguncang dunia usaha dan menyoroti pentingnya tata kelola perusahaan yang kuat dan kontrol internal. Enron, yang pernah dianggap sebagai salah satu perusahaan paling inovatif dan sukses di Amerika Serikat, runtuh pada tahun 2001 karena penipuan akuntansi yang meluas dan penyimpangan perusahaan. Eksekutif di Enron memanipulasi laporan keuangan untuk menyembunyikan hutang dan kerugian besar, yang menyebabkan harga saham meningkat dan akhirnya kematian perusahaan. 

Kasus Enron berfungsi sebagai kisah peringatan bagi bisnis di seluruh dunia, menekankan konsekuensi bencana dari perilaku tidak etis dan pengawasan yang lemah. Ini menggarisbawahi perlunya transparansi, akuntabilitas, dan integritas dalam praktik tata kelola perusahaan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Selain itu, memeriksa kasus penipuan baru-baru ini dapat memberikan wawasan berharga tentang tren yang muncul dan taktik yang berkembang yang digunakan oleh penipu. Misalnya, munculnya penipuan dunia maya, termasuk penipuan phishing dan serangan ransomware, telah menjadi perhatian yang signifikan bagi bisnis di era digital. Dengan tetap mengikuti tren penipuan saat ini dan terus meningkatkan mekanisme deteksi dan pencegahan penipuan, bisnis dapat melindungi diri dengan lebih baik dari kerugian finansial dan kerusakan reputasi. 

Selain itu, menumbuhkan budaya kepatuhan dan perilaku etis di semua tingkat organisasi sangat penting untuk menciptakan pertahanan yang kuat terhadap penipuan. Kesimpulannya, sementara bisnis menghadapi banyak tantangan dalam memerangi penipuan, langkah-langkah proaktif, termasuk kontrol internal yang kuat, pendidikan karyawan, dan kolaborasi dengan pihak berwenang, dapat secara signifikan mengurangi risiko. Dengan tetap waspada dan adaptif dalam menghadapi ancaman yang berkembang, bisnis dapat melindungi aset dan reputasi mereka, memastikan kesuksesan dan keberlanjutan jangka panjang. 

Perusahaan di era modern ini dapat menjadi korban penipuan dalam berbagai cara. Mulai dari karyawan yang mencuri uang atau aset, pemasok yang menagih lebih untuk barang atau jasa, hingga pelanggan yang melakukan penipuan kartu kredit. Bahkan, perusahaan juga bisa menjadi korban penipuan cyber seperti phishing atau ransomware.

Akun kas dalam setiap siklus akuntansi sering menjadi target utama penipuan. Setiap transaksi keuangan yang melibatkan penerimaan atau pembayaran uang akan mempengaruhi akun kas. Oleh karena itu, penipuan sering terjadi di sini, baik itu pencurian uang tunai, cek, atau manipulasi catatan akuntansi untuk menyembunyikan pencurian.

Salah satu kejahatan yang paling cepat berkembang saat ini adalah penipuan cyber. Seiring bertambahnya ketergantungan bisnis pada teknologi, peluang untuk penipuan cyber juga meningkat. Penipuan ini bisa melibatkan berbagai taktik, seperti phishing, malware, ransomware, atau serangan DDoS.

Untuk mencegah penipuan, perusahaan harus memiliki sistem kontrol internal yang kuat. Ini termasuk pemisahan tugas, pengawasan manajemen, dan audit internal. Selain itu, perusahaan juga harus memberikan pelatihan kepada karyawan tentang penipuan dan bagaimana mencegahnya. Dengan demikian, perusahaan dapat melindungi diri dan stakeholder mereka dari kerugian finansial dan kerusakan reputasi.

Berikut adalah beberapa jenis penipuan yang sangat umum terjadi dalam kehidupan kita:

- Penipuan oleh Karyawan

Penipuan oleh karyawan bisa berupa pencurian aset, manipulasi data, atau penyalahgunaan sumber daya perusahaan. Misalnya, karyawan bisa mencuri uang tunai, barang, atau informasi penting dari perusahaan. Mereka juga bisa memanipulasi data keuangan atau operasional untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

- Penipuan oleh Pemasok

Pemasok bisa melakukan penipuan dengan cara menagih lebih untuk barang atau jasa, mengirim barang dengan kualitas lebih rendah dari yang disepakati, atau bahkan tidak mengirim barang sama sekali setelah pembayaran diterima.

- Penipuan oleh Pelanggan

Pelanggan bisa melakukan penipuan dengan cara melakukan pembayaran dengan kartu kredit palsu, melakukan pembelian dengan identitas palsu, atau melakukan pengembalian barang dengan alasan palsu.

- Penipuan Cyber

Penipuan cyber bisa berupa serangan phishing, di mana penipu mencoba mendapatkan informasi pribadi atau keuangan dengan cara meniru situs web atau email yang sah. Penipuan cyber juga bisa berupa serangan ransomware, di mana penipu mengenkripsi data perusahaan dan meminta tebusan untuk mendekripsi data tersebut.

Langkah-langkah untuk pencegahan terjadinya penipuan di atas:

1. Kontrol Internal

Untuk mencegah penipuan, perusahaan harus memiliki sistem kontrol internal yang kuat. Sistem ini harus mencakup pemisahan tugas, pengawasan manajemen, dan audit internal. Pemisahan tugas berarti bahwa tidak ada satu orang pun yang memiliki kontrol penuh atas suatu proses bisnis. Pengawasan manajemen berarti bahwa manajemen harus secara aktif memantau aktivitas karyawan. Audit internal berarti bahwa ada tim yang independen yang memeriksa kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur perusahaan.

2. Pelatihan Karyawan

Selain sistem kontrol internal, perusahaan juga harus memberikan pelatihan kepada karyawan tentang penipuan dan bagaimana mencegahnya. Pelatihan ini harus mencakup penjelasan tentang berbagai jenis penipuan, bagaimana mereka bisa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun