Mohon tunggu...
Arie Wijaya
Arie Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

tak ada yang abadi kecuali proses itu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sekilas Interpretasi Pola Pikir Suku Using dari Gandrung Terob

6 Mei 2012   19:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:37 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tari merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan yang kompleks. Dalam pertunjukan tari terdapat banyak unsur-unsur yang mendukung seperti musik, properti, kostum, tata rias, setting, tata cahaya, dan tubuh penari itu sendiri. Tari juga dapat dikatakan sebagai media komunikasi, karena gerak yang ada dalam tari adalah bahasa tubuh. Bahasa tubuh yang muncul merupakan ungkapan ekspresi dari pencipta tari, tetapi tidak semua gerak adalah bahasa tubuh yang mengungkapkan ekspresi karena juga dapat ditemui gerak yang sifatnya hanya sebagai kebutuhan estetis semata. Menurut Susanne K. Langer:

a dance, like any other work of art, is a perceptible form that expresses the nature of human feeling – the rhythms and connections, crises and breaks, the complexity and richness of what is sometimes called man’s “inner life,” the stream of direct experience, life as it feels to the living”. (Susanne K. Langer, 1957, Problems of Art, New York, Charles Scribner’s Sons, p.7)

Lebih jauh Langer menyatakan bahwa, sebuah tarian, seperti halnya suatu karya seni lainnya, adalah suatu bentuk ungkapan yang jujur mengenai perasaan dan pengalaman yang dialami oleh manusia. Berkaitan dengan tari yang merupakan ungkapan perasaan dari masyarakat pemiliknya, oleh karena itu tari Gandrung merupakan bentuk ungkapan yang jujur mengenai perasaan dan pengalaman masyarakat Using yang terdapat nilai-nilai di balik bentuk pertunjukan Gandrung itu sendiri.

Kesenian pada masyarakat Using merupakan produk adat yang mempunyai relasi dengan nilai religi dan pola mata pencaharian di bidang pertanian. Laku hidup masyarakat Using yang masih menjaga adat serta pemahaman mereka terhadap pentingnya kesenian sebagai ungkapan syukur dan kegembiraan masyarakat petani telah menjadikan kesenian Using tetap terjaga hingga sekarang. Orang Using, meskipun menjadi pemeluk agama Islam, telah memelihara tradisinya dengan baik dan tidak mempertentangkan nilai agama dengan tradisi. Dalam masyarakat Using, agama dan tradisi saling mengisi, agama seringkali sebagai kekuatan yang lebih dominan mewarnai tradisi. Akibatnya, tidak sedikit unsur-unsur agama maupun kepentingan agama mewarnai produk kesenian Using.

Tari Gandrung Terob dalam upacara perkawinan masyarakat Using di Banyuwangi selain sebagai kekuatan magi dan doa untuk ‘kesuburan’, juga berisi petuah atau nasihat-nasihat dalam mempersiapkan hubungan berumah tangga. Bagaimana seorang suami dan isteri harus bersikap. Dalam tarian tersebut juga memberikan gambaran sebuah rumah tangga yang harmonis, berjalan dalam keseimbangan, berperan dan bertanggung jawab pada posisinya masing-masing. Suami sebagai kepala rumah tangga, sedangkan isteri sebagai ibu rumah tangga. Berbagai bentuk gerak yang tampak dari ketiga babak dalam tari Gandrung Terob menjadi petanda bahwa, gerak pada babak jejer adalah gerakan awal atau pertama, dapat juga dimaknai sebagai gerakan anak-anak yang baru belajar, sehingga gerakan tersebut terlihat lebih rapi dan seirama dengan musik. Sebagaimana seorang anak-anak yang masih polos dan jujur. Gerak pada babak paju yang lebih ‘liar’ dan mengandalkan improvisasi. Seakan mengingatkan pada masa remaja yang bebas dan mencari eksistensi diri. Semakin tambah usia maka seseorang juga akan semakin tenang dan merunduk, sebagaimana terlihat dalam gerak pada babak seblang-seblang. Seorang yang sudah tua diharapkan lebih membersihkan diri dan lingkunganya, yaitu menyapu hati dan keluarganya dari berbagai perbuatan dosa.

Melalui struktur tari Gandrung Terob dapat disimpulkan bahwa nalar manusia masyarakat Using di Banyuwangi yang pertama adalah, menganut struktur patriarki yaitu garis keturunan dari pihak laki-laki, oleh karena itu laki-laki dalam masyarakat Using di Banyuwangi memiliki peran yang penting yaitu peran memimpin dan mencukupi kebutuhan rumah tangga dan peran dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Kedua, masyarakat Using di Banyuwangi meskipun mayoritas beragama Islam namun tetap menghargai keberadaan para leluhur dan berperan dalam pelestarian seni budaya daerah. Ketiga, masyarakat Using di Banyuwangi kebanyakan adalah bertani, hal ini dibuktikan dengan penghargaan yang tinggi terhadap keberadaan Dewi Sri atau dewi kesuburan. Keempat, posisi liminal penari Gandrung Terob menunjukkan bahwa penari Gandrung berada dalam posisi yang sangat penting yaitu menyatukan, menyelaraskan, menjaga kesinambungan, dan menyeimbangkan kehidupan masyarakat Using di Banyuwangi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun