Sejak dulu hingga sekarang, seringkali kita temui berbagai macam mitos-mitos mengenai dunia kesehatan. Baik dalam berbau mistis seperti yang sering kita dengar dari orang-orang dulu, maupun dari hoax-hoax yang sering kita temukan di media sosial.
Maka dari itu penting bagi kita untuk mencari tahu kebenaran dari berita-berita yang kita terima. Bersikap sembarangan dalam menerima informasi akan berdampak buruk kepada diri kita sendiri. Salah satu hal yang sering kita jumpai adalah memakan cokelat dapat menyebabkan kulit berjerawat. Perlu kita cari tahu kebenaran dari hal tersebut dan alasan dibalik pernyataan tersebut.
Pertama perlu kita ketahui apa itu jerawat. Jerawat adalah penyakit peradangan kronis dari folikel sebasea.1 Ada beberapa pula jenis jerawat yaitu comedonal acne, papulopustular acne, conglobate acne, acne fulminans, dan acne sequelae. Penyebab jerawat pun tidak bisa disebutkan dengan jelas.Â
Namun, orang yang memiliki riwayat jerawat pada keluarganya akan besar kemungkinan untuk mengalami jerawat juga pada dirinya. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara jerawat dengan enzim dan reseptor androgen, insulin like growth factor 1 (IGF-1), dan lain-lain yang kadarnya diatur oleh enzim.2
Bagaimana dengan coklat? Apakah konsumsi coklat dapat menimbulkan jerawat? Jawabannya adalah benar. Diambil dari sebuah riset dari Faculty of Medicine, Chulalongkorn Univerity, Thailand, bahwa cokelat hitam dapat memperburuk jerawat. Riset ini menggunakan 25 sampel pria dewasa dengan kulit yang memiliki kecenderungan berjerawat yang mengonsumsi 25 g cokelat tiap harinya selama 4 minggu.
Hasilnya menunjukkan bahwa memakan cokelat per harinya dapat menyebabkan jerawat yang meradang maupun tidak.3 Alasan mengapa hal ini bisa terjadi adalah karena cokelat hitam mengandung mentega kakao yang didalamnya terkandung 33% asam oleat, 33% stearic acid, dan berbagai macam lemak lainnya. Studi lain menunjukkan bahwa asam oleat terbukti mampu mengubah keratinisasi epitel folikel yang menghasilkan pembentukan komedo.4
Berbeda dengan jurnal sebelumnya, jurnal yang ditulis oleh William Goh, Kalpana J. Kallianpur, et al. justru menentang pernyataan bahwa cokelat dapat menyebabkan jerawat. Hal ini disebabkan kurangnya tipe subjek yang digunakan pada penelitian sebelumnya, yaitu hanya berbatas pada pria dewasa dengan tipe kulit berjerawat.
Penelitian sebelumnya tidak mencantumkan bagaimana efek cokelat terhadap variabel lainnya seperti: wanita, pubertas, siklus menstruasi, obesitas, stress, gaya hidup, penggunaan kafein, penggunaan rokok, diet, dan kondisi tubuh sampel yang dapat menyebabkan timbulnya jerawat.
Jurnal ini juga menyatakan bahwa penelitian sebelumnya kurang memiliki data yang spesifik karena pengambilan data hanya diambil setiap seminggu sekali, sedangkan konsumsi cokelat itu sendiri dilakukan setiap hari. Pertambahakan jerawat juga dihitung berdasarkan jumlah yang terlihat, bukan dilihat juga berdasarkan tipe, dan ukuran dari jerawat itu sendiri.5
Benar, cokelat dapat menyababkan jerawat karena banyaknya lemak yang terkandung di dalamnya. Namun, pada dasarnya, jerawat dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Bukan berarti dengan mengurangi konsumsi cokelat, kita dapat terbebas dari jerawat. Penting bagi kita untuk selalu menjaga kebersihan kulit wajah agar terbebas dari jerawat. Diwajibkan untuk mencuci wajah minimal 2 kali sehari, setelah bangun tidur di pagi hari dan sebelum tidur di malam hari.
REFERENSI
Â
1. Degitz K, Ochsendorf F. Acne. Journal of the German Society of Dermatology. 04 Jul 2017; 15(1):709.
2. Degitz, K, Ochsendorf F. Acne. Journal of the German Society of Dermatology. 04 Jul 2017; 15(1):711.
3. Vongraviopap S, Asawanonda P. Dark chocolate exacerbates acne. International Journal of Dermatology. 2015 Dec 29; 55(5):587-91.
4. Katsuta Y, Iida T, Inomata S, et al. Unsaturated fatty acids induce calcium inux into keratinocytes and cause abnormal differentiation of epidermis. J Invest Dermatol. 2005 May; 124(5):1008-13.
5. Goh W, Kallianpur KJ, et al. Chocolate and acne: How valid was the original study?. Clinics in Dermatology. 2011 Aug; 29(4):459--460.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H