@page { size: 8.27in 11.69in; margin: 0.79in } p { color: #000000; line-height: 115%; text-align: left; orphans: 2; widows: 2; margin-bottom: 0.1in; direction: ltr; background: transparent } p.western { font-family: "Liberation Serif", serif; font-size: 12pt; so-language: en-ID } p.cjk { font-family: "NSimSun"; font-size: 12pt; so-language: zh-CN } p.ctl { font-family: "Arial"; font-size: 12pt; so-language: hi-IN }Â
Mei 1998
"Selamat hari lahir, Nak! Terima kasih telah terlahir ke dunia. Semoga hari-harimu bahagia! Doa-doamu terkabulkan! Terima kasih juga, Istriku... kamu sudah berjuang untuk melahirkan dan membesarkan buah hati kita. Kalian berdua adalah cahaya hidup Ayah. Terima kasih telah hidup dan bersama Ayah."
Aku adalah tempat tiga manusia menyandarkan pantat-pantatnya. Dengan bobot-bobot berbeda, tidak ada yang terlalu berat, malah cenderung ringan. Manusia-manusia itu saling melempar senyum, tawa, peluk, dan ucapan-ucapan penuh cinta.Â
Mereka lantas berbagi nasi tumpeng yang mereka masak bersama sejak subuh pagi tadi. Di hari biasanya, mereka memang kerapkali berbicara, kisah bahagia, sedih, atau garing.Â
Membahas keseharian mereka, siapa yang mereka temui, apa yang dilakukan, hingga berceloteh apa saja setelah menonton televisi berbentuk tabung di depanku. Sepertinya hari ini lebih spesial dari hari lainnya, merayakan manusia yang mereka sebut 'Nak'.
Ngomong-ngomong, aku senang sekali ketika mereka menghampiriku. Rasa hangat dari kasih sayang mereka menjalar padaku, memberiku kebahagiaan. Mereka bahagia menyaksikan Si Doel Anak Sekolah, Tersanjung, Jin dan Jun, hingga Gebyar BCA.Â
Namun, akhir-akhir ini, mereka lebih sering memutar Dunia Dalam Berita. Sesungguhnya, menonton berita sangat tidak menyenangkan, semua yang diceritakan adalah kejadian nyata dan bisa jadi mengancam kehidupan para manusia. Ekspresi dan gestur tiga manusia ini pun berubah drastis, lebih sering muram dan waspada.
Setelah memakan nasi tumpeng tadi misalnya, salah satu dari mereka bahkan berkata, "Nak, lebih baik tidak ikut demo, ya. Belajar yang benar di kampus."
Namun, manusia 'Nak' menyanggah dengan gagah, "Tidak, Yah. Saya harus turun ke jalan dan menyuarakan kebenaran. Kita tuntut keadilan dan hak-hak kita. Kita tidak bisa terus-terusan diam  dan dibungkam. Kehidupan kita semuanya dipengaruhi politik, kita terlibat. Walau kita hanya orang kecil, suara kita kecil, kita masih punya martabat untuk kehidupan kita."
Manusia lainnya yang bersuara lembut menyahut, "Kami takut... banyak orang yang hilang diculik, yang tewas. Kita baik-baik saja seperti ini."