Mohon tunggu...
Nabilah Rosyadah
Nabilah Rosyadah Mohon Tunggu... Editor - Penulis - Editor

If you wanna see me. You can see me on my arts.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ketika Musik di Acara Musik Menjadi 'Anak Tiri'

24 September 2013   20:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:27 2127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi tadi saya menyaksikan dua acara musik pagi di dua stasiun televisi swasta. Saya ingin nge-cek, "Sudah seberapa berkembangkah acara musik di Indonesia?.

Acara musik Inbox di SCTV menjadi tontonan pertama saya. Sebenarnya saya agak malas nontonnya. Salah satu faktornya karena acara ini terkesan seperti acara Games dibandingkan acara musik. Bintang tamu yang tampil dipanggung Inbox pagi ini adalah S4, Smash dan Cherrybelle. Inbox menyuguhkan penampilan satu per satu bintang tamu. Seperti setelah S4 tampil, kemudian disusul Cherrybelle dan Smash. Silih berganti.

Huwaaa. Jujur saja saya sampai berdecak, "Beneran nih jadi acara musik lagi?".

"Kemana acara games yang biasanya menyita waktu satu jam?".

Tapi saya harus menghela nafas kecewa. Acara games yang saya kira sudah nggak ada lagi ternyata masih ada. Inbox Tajir masih diadakan. Yang berbeda adalah 'audisi peserta' dilakukan saat break iklan. Biasanya Inbox punya satu acara games lagi yaitu Semprul Management yang mengaudisi penonton seperti layaknya ajang pencarian bakat menyanyi. Pagi ini saya tidak menonton segment itu (entah karena saya telat nontonnya atau memang nggak ada untuk hari ini).

Saya bertanya-tanya, "Tagline Inbox dikemanain ya? Kok tidak sesuai tagline?".

Barometer Musik Indonesia.

Seingat saya sih seperti itu tagline-nya. Yang saya lihat di Inbox hanya penampilan para bintang tamu, host dan acara games. Video klip sangat sangat sangat jarang *hela nafas*.

Musik menjadi anak tiri di acara musik. Inbox seperti memprioritaskan games untuk penonton. Mungkin ini strategi untuk mendatangkan banyak penonton. Banyak penonton = acara sukses. Meski menurut saya banyak penonton belum tentu acaranya sukses.

Acara musik kedua, Dahsyat di RCTI.

Host-nya banyak banget menurut saya.

Saya terkejut menonton dahsyat. Nggak ada "La la ye ye ye". Hilang.

Berganti dengan goyang Gaspol dibeberapa segment. Lama pula -_-. Saya kurang suka menonton segment ini. Untung saja ketika Gackt tampil di Dashyat beberapa waktu yang lalu ia tidak goyang gaspol. Yokatta Gackt-san.

Trus ada segment games juga, Gajian. Lama -_-. Entah berapa menit. Konsepnya mirip Inbox. Games untuk penonton yang bisa diikuti dengan cara memenuhi syarat. Misalkan, disuruh bawa duit koin, struk belanjaan, dll.

Huft. Goyang Gaspol, Gajian dan beberapa segment games lainnya telah berhasil menjadi prioritas utama dalam acara musik Dahsyat. Setidaknya itu yang saya pikirkan setelah menontonnya beberapa kali. Banyak games = banyak penonton.

Mari kita membahas penampilan bintang tamu dan para host. Ketika tampil, para host-nya kan ngajak ngobrol, tapi rasanya kok sedikit menyebalkan ya?. Mereka seperti ngoceh berkelompok, bukan wawancara bintang tamu. Ketika saya menonton Dahsyat dimana Eir Aoi menjadi salah satu bintang tamunya, huwaaa -_-. Para host-nya menyerbu dengan kata-kata. Kurang sreg saja saya nontonnya. Apa karena kebanyakan host-nya ya?.

Ada juga segment seperti silet. Membahas masalah infotainment -_-. Saya sering bingung ini acara apa ya sebenarnya? (Masih nggak ya segment ini? Saya suka gonta-ganti channel sih. Nggak fokus).

Satu hal lagi. Tentang para penonton.

Disemua acara musik di Indonesia yang tayang di televisi swasta. Entah mengapa para penonton itu harus joget-joget, beralay-alay ria, teriak-teriak, sibuk motret, sibuk ngerekam ketika bintang tamu tampil?. Saya pernah menonton sebuah acara musik di suatu negara. Ketika bintang tamu tampil, para penonton akan duduk diam sambil menikmati pertunjukkan. Terkadang mereka mengikuti nyanyian sang bintang tamu tapi enggak kisruh sampai teriak-teriak (mengeluarkan suara sumbang). Para penonton yang memang menonton karena suka musik akan berbeda perilakunya ketika menikmati pertunjukan musik. Dia akan berkonsentrasi dan menikmati pertunjukkan.

Sayangnya, sepertinya acara musik di Indonesia kekurangan penonton yang benar-benar menonton karena menyukai musik.

Seharusnya acara musik harus dibuat lebih elegan. Produser dan kru yang menyukai musik, Host yang menyukai musik, Bintang tamu yang menyukai musik (dan juga berkualitas), serta penonton yang memang menyukai musik. Dengan begitu, musik tidak akan menjadi anak tiri di acaranya sendiri.

Ya. Begitulah opini + coretan saya mengenai acara musik di Indonesia akhir-akhir ini. Saya mohon maaf jika ada pihak-pihak yang merasa tersinggung. Saya hanya menyampaikan opini sebagai salah satu penonton acara musik ^_^.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun