Fenomena dalam Kedua Novel
Kedua novel ini merupakan cerita kisah cinta yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Kisah dari kedua novel ini sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, khusunya di Indonesia itu sendiri sehingga pembaca dari Indonesia bisa menikmati cerita yang disajikan dari kedua novel karya Nizami dan Shakespeare.
Banyak orang yang mengatakan dunia dibagi dua peradaban besar, Timur dan Barat. Dalam hal cinta Timur memiliki simbol cinta sejati yaitu Qoys dan Layla. Sedangkan Barat memiliki Romeo dan Juliet. Kedua cerita memikat dan mengharukan. Keduannya sarat dengan simbol dan ajaran kearifan yang mewakili masing-masing peradaban. Baik Majnun (Qoys) atau Romeo yang terlena oleh cinta dan di ujung hidupnya sama-sama mati dalam pelukan cinta. Kisah keduanya dilambangkan sebagai cinta sejati.
Bedanya, bila kisah Layla dan Majnun banyak mempersoalkan jiwa pecinta, Romeo dan Juliet justru menghadirkan kisah kehidupan dua pecinta. Layla-Majnun berbicara soal hambatan dalam mewujudkan cinta.
Novel Romeo dan Juliet menyajikan kisah cinta dan juga kekerasan. Di mana Romeo mampu menentang tradisi. Romeo sebagai pelopor anti kekerasan dan diskriminasi yang terjadi.
Di balik kisah kekerasan yang terjadi Romeo meletakan nilai kemanusiaan lebih tinggi dari asal-usul keturunan. Demi memperjuangkan Juliet Romeo dianggap pemberontak oleh keluarga Capulet. Namun Romeo selalu memperjuangkan cinta dan kebenaran, Romeo selalu teguh pada pendiriannya. Demi cintanya, Romeo menolak menggadaikan cinta demi keselamatannya. Â
Dalam cerita Romeo-Juliet tidak digambarkan problem kejiwaan pecinta secara mendalam. Karya William Shakespeare hanya melihat cinta dari sisi dhahir, seperti ketampanan Romeo dan kecantikan Juliet. Digunakannya penggambaran fisik, jelas menunjukan akar peradaban barat (materialisme).
Berbeda dengan penggambaran Majnun yang sebagian besar didominasi oleh perasaan jiwa dan diungkapkan dalam syair. Dalam karyanya, Nizami mengedepankan kerangka spiritual. Nizami mengingatkan kita, bahwa secara moral cinta sejati melebihi ikatan duniawi.
Nizami menulis Layla-Majnun tahun 1188, sedangkan Shakespeare menulis Rome-Juliet pada tahun 1595. Banyak yang berpendapat bahwa novel Romeo-Juliet terilhami oleh karya Nizami. Karena Nizami sudah menulis ratusan tahun sebelumnya.
Dalam kedua roman ini juga ditemui beberapa perbedaan, antara lain dalam hal tindak kekerasan dan pengagungan penampilan fisik.
- Nizami menggambarkan secara detail kisah cinta, dari awal pertemuan, hingga kerumitan-kerumitan yang menghadang kedua pecinta. Dan menggambarkan bagaimana kondisi pecinta apabila tanpa keberadaan orang yang dicintai. Mereka akan kehilangan semua ketenangan pikiran dan terluka. Sementara Shakespeare menceritakan perselisihan kuno dari dua klan, yang harus dibayar oleh darah Romeo dan Juliet. Kisah dua remaja itu didongengkan secara romantis dan dramatis.
- Romeo dan Juliet sangat kental dengan kekerasan. Awal cerita kita sudah disuguhi oleh adegan pembunuhan, Tybalt membunuh Mercuito dan kedua Romeo membalas dendam dengan membunuh Tybalt. Sedang cinta Layla Majnun diawali dengan sebuh dunia yang tenang dan damai. Dan tindak kekerasan merupakan pilihan terakhir, ketika semua usaha untuk menikahi Layla telah gagal. Itu pun bukan Majnun yang membunuh namun Naufal.
- Dalam karya Shakespeare, terjadi konflik antarkepentingan masyarakat. Sedangkan dalam kisah Layla Majnun dipisahkan oleh sebuah derajat yaitu kabilah.
Terlepas dari perbedaan dan kesamaan atau pertentangan, tentunya kedua roman ini menarik untuk dibaca. Membaca sekaligus membandingkan dua kisah ini, membuat kita bisa menarik simpul masing-masing peradaban. Kisah Romeo-Juliet dimulai dengan amuk dendam dan peperangan antardua keluarga. Dalam kecamuk itu muncullah seorang pahlawan berhati mulia  yang ingin menjadi pendamai. Dalam kaitan ini Romeo dihadirkan sebagai biaya perdamaian itu.
Berbeda dengan Majnun, yang memang hadir untuk mengajarkan pada manusia hakekat cinta. Kisah Layla Majnun sepenuhnya berbicara soal cinta, tidak ada gagasan lain dari penulis selain ingin mengungkapkan betapa angungnya cinta. Berbeda dengan Romeo yang terlibat dalam tindak kekerasan (membunuh Tybalt dan Country Paris), Qoys justru sama sekali menolak tindak kekerasan. Bahkan ia mencoba menghentikan peperangan yang terjadi antar keluarga Layla dengan Naufal.
Perbedaan dari kedua kisah ini wajar, karena perbedaan-perbedaan dari peradaban yang ada dalam budaya Barat dan Timur.
Struktur dalam Kedua Novel
A. Novel Romeo Juliet
1. Tema : Cinta tak sampai
Diceritakan bahwa kisah asmara Romeo dan Juliet dihalangi oleh permusuhan antara keluarga Romeo dengan keluarga Juliet. Kisah ini berakhir tragis, yaitu kematian antara Romeo dan Juliet.
2. LatarÂ
- Latar tempat: Kota Verona, kediaman Capulet, gereja, dan lainnya.
- Latar waktu: Pagi, malam, tengah malam, dan hari Sabtu.
- Latar suasana: Takut, gembira, sedih, dan gelisah
3. TokohÂ
- Romeo: Romeo digambarkan sebagai laki-laki yang cerdas, cekatan, setia, dan tidak takut bahaya atau suka mengambil risiko.
- Juliet: digambarkan sebagai perempuan yang cantik, lemah lembut, keturunan bangsawan, bersifat dewasa, sopan, setia, hormat kepada orang tua, dan dikagumi oleh para laki-laki dari keturunan bangsawan ataupun laki-laki kebanyakan.
- Pastur Laurance: Ia adalah seorang pastor yang arif, bijaksana, dan baik hati.
- Tybalt: Ia berasal dari keturunan bangsawan, bersifat pemberani, bertubuh tegap dan kekar.
- Paris: Ia berasal dari keluarga bangsawan. Paris adalah seorang laki-laki yang sangat tergila-gila dengan Juliet. Paris pulalah yang akan dijodohkan dengan Juliet.
- Tuan Capulet: Berwatak keras.
- Pangeran Escalus: bersifat protagonis. Ia ingin mendamaikan permusuhan antara Keluarga Capulet dengan Keluarga Montague.
B. Novel Layla Majnun
1. Tema : Cinta sejati antara dua manusia yaitu Layla dan Majnun (Qoys).
Tema dalam roman ini mengisahkan percintaan yang kental dengan cinta ketuhanan. Di mana cinta sejati Qoys kepada Layla menjadikan Majnun sebagai pribadi yang berbeda dari sebelumnya. Sampai akhir hayatnya, Majnun (Qoys) memperjuangkan cintanya yaitu Layla. Walaupun pada akhirnya kisah cinta mereka tidak disatukan dalam ikatan pernikahan.
2. LatarÂ
- Latar tempat: Jazirah Arab (Negara Azerbaizan), Makkah, Lembah Nejd, dan lainnya
- Latar waktu: Pagi, siang, dan malam
- Latar suasana: Mengharukan dan mencekam
3. TokohÂ
- Majnun (Qoys): Qoys pada mulainya tumbuh sebagai anak yang cerdas atau murid terbaik di sekolahnya. Tetapi ketika mengenal cinta pertamanya, kepribadian Qoys berubah dari sebelumnya. Perilaku Majnun yang dianggap bayak orang bahwa ia gila.
- Layla: Layla sebagai gadis cantik dan gadis yang penurut serta patuh terhadap orangtuanya. Layla pun tersiksa karena cintanya kepada Qoys tidak bisa bersatu karena orang tuanya.
- Naufal: Naufal sebagai pengembara yang memiliki sifat berani, baik, jujur, dan bersahabat.
- Syed Omri (ayah Majnun): Memiliki sifat yang bijaksana yang baik dengan harta dan kekayaan yang dimimiliki, Syed Omri selalu membagikan sebagian hartanya kepada masyarakat di kabilahnya.
- Ayah Layla: Mempunyai sifat yang tegas dan mempunyai pendiriannya sendiri.
- Iskhaq dan Zayd: Orang yang bisa dipercaya, karena keduanya sering disuruh oleh Layla untuk menyampaikan pesan kepada Majnun.
- Ibu Qoys: Ibu Qoys memiliki sifat penyabar, penyayang dan selalu menuruti kemauan Majnun.Â
DAFTAR PUSTAKAÂ
Ganjavi, Nizami. 2020. Layla Majnun. Yogyakarta: Buku Bijak
Shakespeare, William. 2020. Romeo Juliet. Yogyakarta: Buku Bijak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H