Mohon tunggu...
Aries Heru Prasetyo
Aries Heru Prasetyo Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi bidang Crisis Management

Aries Heru Prasetyo, MM, Ph.D menyelesaikan pendidikan S-1 dan S-2 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian melanjutkan pendidikan Doktoral di Fu Jen Catholic University, Taiwan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Orientasi Investasi untuk 2023, Jangka Pendek atau Panjang?

3 Januari 2023   14:18 Diperbarui: 5 Januari 2023   16:30 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak awal Desember 2022 lalu, beberapa pemberitaan yang menjadi barometer investor global menyebutkan 'The end of cheap money'. 

Artikel tersebut dapat dipastikan bukan sekedar rumor, namun disusun dengan mencermati setiap tren data-data keuangan yang terjadi sepanjang 2022. 

Gempuran Covid sejak 2020 serta konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina telah menciptakan turbulensi dalam perekonomian global.  

Inflasi di Amerika Serikat serta sejumlah negara di Eropa naik drastis. Situasi ini mau tak mau telah membuat beberapa Bank Sentral menaikkan suku bunga acuannya. 

Sebagai contoh, di negeri Paman Sam, Federal Fund Rates berada pada posisi 0,25% hingga 0,5% di awal tabun 2022, naik menjadi  4,25% hingga 4,5% di pertengahan bulan Desember lalu. 

Tidak berhenti di situ, ancang-ancang akan adanya kenaikan mencapai 4,75% sampai 5,0% di awal tahun ini sudah mulai terlihat. Hal ini membuktikan bahwa lonceng krisis keuangan mulai berdentang cukup nyaring. Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Sebelum terburu-buru mengklaim akankah kita bengalami krisis yang sama, ada baiknya kita berangkat dari definisi tentang krisis keuangan dari suddat pendang teori ekonomi. 

Perekonomian suatu negara dikategorikan mengalami krisis apabila terjadi penurunan gross domestic product selama dua kartal berturut-turut. 

Nah dari definisi tersebut, jika kita merujuk pada data-data statistik yang ada, sampai dengan kuartal ketiga 2022 lalu, GDP kita masih bertumbuh di kisaran 5%. Mk dari pemahaman tersebut kiranya kita belum masuk daam kategori krisis.

Meskipun demikian, investor kiranya tetap berada pada mode 'waspada'. Alasannya cukup kuat bahwa gejala inflasi tinggi masih dimungkinkan mengalir ke Wilayah kita, mengingat laju inflasi di sejumlah negara mitra danang kita cukup tinggi. 

Bila itu terjadi maka pilihan satu-satunya dari Bank Indonesia adalah menaikkan suku bunga acuan. Inilah biang kerok kenaikan suku bunga kredit yang sering disebut dengan ekonomi berbiaya mahal. 

Sebab kenaikan tersebut akan mengerek naik komponen biaya utang produsen dalam negeri, sehingga mau tak mau konsumen juga akan menanggung akibatnya. 

Situasi di atas akan menjadi lebih kompleks lagi ketika tidak terdapat peningkatan dari sisi pendapatan masyarakat. Besar pasak daripada tiang diprediksi akan menjadi sebuah fenomena massal. Inilah yang disebut-sebut memicu krisis multidimensional.

Terlepas dari seberapa besar kemungkinan itu akan terjadi, ada baiknya kita menyiapkan cara Pandang yang tepat atas investasi sampai dengan Tengah tahun 2023 ini. Secara prinsip, keberhasilan dari suatu investasi ditentukan oleh 2 hal. 

Pertama adalah kemampuan investor dalam mengelola risiko (untuk memynimalkan ketidakpastian yang mungkin terjadi pasca investasi dilakukan) dan kedua adalah ketercapaian target ekspektasi return investasi. 

Pada praktiknya, Kedua hal tersebut akan digunakan secara simultan. Di mana pengelolaan risiko sering dilihat sebagai upaya memaksimalkan return investasi.

Berangkat dari prinsip tersebut maka kunci sukses investasi di tahun ini akan ditentukan dari kejelian investor dalam memasang posisinya untuk setiap perubahan makro yang terjadi. 

Dalam pencermatan selang beberapa bulan terakhir, menurut hemat saya, faktor yang perlu dicermati adalah aliran capital outflow dari Tanah air. 

Sebab bagaimanapun, dana pasti mengalir ke tempat yang memberikan bunga lebih tinggi. Alhasil untuk mengantisipasi hal tersebut maka biasanya, bank sentral akan mengambil opsi menaikkan suku bunga acuannya agar dapat terus bersaing. 

Di sinilah titik balik investor ditemukan. Bagi mereka yang berorientasi jangka pendek maka perubahan suku bunga tersebut akan menjadi dasar pertimbalngan terkuat untuk mengambil keputusan profit taking. 

Sebaliknya bagi investor yang masih mempunyai kesabaran tinggi, mereka akan menunggu hingga posisi kembali normal seperti sedia kala. Lalu pada kontekcie tersebut, apa kira-kira faktor yang menciptakan kesabaran bagi investor?

Satu-satunya hal yang data menenangkan investor adalah kepastian akan percepatan pemulihan ekonomi itu sendiri, baik Dalam kontext national maupun Dunia. 

Namun amat disayangkan bahwa dalam dua tahun ini, indikator tersebut belum cukup terang terlihat. Di satu sisi gelombang resesi masih lazim terlihat, di sisi lain terdapat sejumlah agenda national yang set menunggu di awal tahun 2024.

Itulah mengapa peluang investor untuk menggunakan orientasi jangka pendek disebut-sebut akan mendominasi arah investasi di tahun 2023 ini. 

Namun tidak menutup kemungkinan jika anda memilih untuk tetap bersabar hingga kondisi kembali normal seperti sedia kala. Sejumlah kajian pada beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa tren siklus ini masih mungkin terjadi dalam jangka panjang.

Terlepas dari apapun orientasi investasi yang digunakan, satu yang pasti adalah baha investor perlu membuat rencana serta target ekspektasi return yang akan diperolehnya. 

Sebab itu adalah indikator untuk melakukan Evaluasi kinerja investasinya. Maka Sudan sewajarnya jika di tahun ini kita perlu menghindari investasi yang spontan. Menyusun rencana investasi akan membantu kita daam memonitor kinerja investasi itu sendiri.

Selamat Tahun Baru, sukses senantiasa untuk kita sekalian. Amin.     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun