Mohon tunggu...
Aries Heru Prasetyo
Aries Heru Prasetyo Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi bidang Crisis Management

Aries Heru Prasetyo, MM, Ph.D menyelesaikan pendidikan S-1 dan S-2 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian melanjutkan pendidikan Doktoral di Fu Jen Catholic University, Taiwan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Guru Itu Bernama "2022"

3 Januari 2023   12:04 Diperbarui: 3 Januari 2023   12:08 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki hari ketiga di awal tahun 2023, Jakarta terlihat masih cukup lengang. Antrian di beberapa ruas jalan protokol khususnya di jam-jam sibuk belum begitu terlihat. Mungkin dugaan awal itu benar, bahwa sebagian masyarakat Ibu Kota masih belum 'move on' dari aktivitas liburan akhir tahunnya. 

Hal ini cukup beralasan, mengingat di penghujung tahun 2022 lalu, kebijakan PPKM di Nusantara secara resmi dihentikan. Tanpa terasa tiga tahun sudah kehidupan dunia dibelenggu oleh pandemik. Seluruh aktivitas keseharian mulai dri bersekolah, bekerja hingga beribadah kita lakukan di rumah. Tak ayal kitapun mulai beradaptasi dengan sejumlah perubahan baru Dalam pola rutinitas yang ada.  

Memaknai kata 'beradaptasi' dalam kalimat di atas ternyata bukanlah hal yang sederhana. Ada begitu banyak pembelajaran emas dari sebuah kata 'adaptasi' yang dapat menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih memahami sesama. 

Meski tengah dilanda pandemic, tahun 2022 dibuka dengan sebuah harapan baru yakni hadirnya vaksin booster dengan menyasar pembentukan anti body yang lebih kuat lagi daam menghadapi serangan mutasi virus COVID. Tak ayal, perlahan namun pasti, aktivitas keseharianpun mulai pulih. Bekerja dri rumah secara bertahap diubah menjadi bekerja dari kantor. Sekolah-sekolah mulai ramai dipadati oleh riuhnya keceriaan siswa setelah dua tahun lebih tidak bertemu dengan teman-temannya. Pusat-pusat perbelanjaanpun mulai ramai menyambut konsumennya, tanda bahwa perekonomian mulai berangsur pulih.

Sekilas kondisi tampak jauh lebih menjanjikan dari tahun-tahun sebelumnya, tapi bukan berarti bahwa kehidupan kita sudah lepas dari jebakan COVID. Beberapa kolega saya bahkan dihampiri virus ini tak lama setelah menerima vaksin booster. Lagi-lagi kita diingatkan untuk selalu mengedepankan pentingnya menjaga kesehatan diri dan lingkungan. Proses adaptasi dengan ritme kehidupan yang baru seakan menjadi Guru yang terbaik. Ajakan untuk menjaga kesehatan diri dan keluarga dalam membangun masyarakat yang sehat dan kuatpun mulai marak digelorakan. Pada konteks tersebut, 'adaptasi' kembali mengalami perluasan makna. Beradaptasi bukan lagi dipahami sebatas bagaimana kita menyesuaikan diri dengan sesama atau lingkungan, namun lebih pada upaya membangun kepekaan dalam hidup bersama.

Satu faktor yang turut bermain dalam konteks kehidupan bersama adalah potensi konflik. Faktor ini dapat kita temukan dengan mudah daam lingkungan manapun, mulai dri lingkungan keluarga, pendidikan, kerja maupun komunitas. 

Sepanjang masa transisi dari pandemic menuju endemi di tahun 2022 lalu, kita belajar untuk mengusung semangat 'beradaptasi' pada koridor lebih memahami dan mampu menyelami perasaan sesama. 

Kitapun berupaya untuk mendaraskan kalimat secara lebih santun untuk menyampaikan hal yang mungkin kurang nyaman didengar oleh orang lain, atau mengelola emosi secara lebih bijak Dalam menghadapi opini yang kontra.

Jika semua itu diukur dengan sebuah Neraca, mungkin kita dapat melihat dengan jelas betapa berat pengorbanan yang sudah dilakukan. Namun sejenak, pemikiran itupun perlahan berubah dengan mencoba melihat seberapa berat pengorbanan yang Sudah dilakukan dari sisi mereka yang berseberangan pandangan dengan kita. Itulah makna adaptasi yang menjadi pelajaran berharga di 2022.

Lalu, apakah adaptasi seperti itu terasa ringan dan mudah?

Tentu saja tidak. Kita sering merasa terbeban dan mungkin menjadi lelah dalam menghadapi semua ini. 

Pada konteks tersebut saya ingin mengajak anda semua di awal tahun 2023 ini untuk melihat pada sisi yang berseberangan. Tak terhitung suka cita yang sudah dirasakan selama 2022. Tak sedikit doa-doa yang dinaikkan oleh pribadi-pribadi yang mungkin kurang begitu mengenal kita. Ini adalah emas-emas pembelajaran yang perlu kita syukuri senantiasa. Sebuah pembelajaran yang membuat sang Neraca kembali berada pada posisi imbang.

Kehidupan mungkin tak kan berjalan sesuai rencana dan keinginan kita, namun marilah kita selalu mengingat bahwa keseimbangan Neraca itu akan tetap sama, dahulu, sekarang dan sampai selama-lamanya. Terima kasih kepada sang Guru bernama 2022 yang telah mendudukkan keseimbangan itu secara tepat. Dan selamat datang sang Guru baru bernama 2023. Ijinkan kami menimba ilmu yang mampu kami bawa menuju kekekalan.

Selamat Tahun Baru, semoga kita bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik lagi di tahun ini.       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun