Mohon tunggu...
Aries Heru Prasetyo
Aries Heru Prasetyo Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi bidang Crisis Management

Aries Heru Prasetyo, MM, Ph.D menyelesaikan pendidikan S-1 dan S-2 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian melanjutkan pendidikan Doktoral di Fu Jen Catholic University, Taiwan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tips Mengatur Keuangan Saat Pandemi Covid-19

3 Mei 2020   12:04 Diperbarui: 3 Mei 2020   12:07 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sobat Kompasianer, 'Tetap sejahtera di segala kondisi' mungkin menjadi idaman setiap dari kita. Namun apakah kesejahteraan itu tetap dapat diraih meski kita tengah menghadapi pandemi Covid-19? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kiranya kita perlu sejenak membuka konsep pengelolaan keuangan pribadi. Ada beberapa hal yang ingin saya bagi melalui artikel ini.

Pertama terkait definisi kesejahteraan itu sendiri. Pada sebuah kesempatan, saya membaca berita bahwa ada seseorang  yang berujar bahwa dirinya belum sejahtera, padahal beliau memperoleh pendapatan per bulan minimum Rp. 80.000.000,-. Padahal bagi sebagian orang (termasuk saya), pendapatan sebesar itu pasti sudah masuk dalam kategori sejahtera. Lalu apa sebenarnya kesejahteraan itu?

Secara umum, masyarakat kta menyamakan kesejahteraan dengan kemakmuran. Tidak ada yang salah sebenarnya dengan opini tersebut namun secara teori, kemakmuran sebenarnya bereda dengan kesejahteraan. Kemakmuran merupakan sebuah kondisi di mana kebutuhan dan keinginan seseorang telah mampu dipenuhinya. Bila di persentasekan, ketika kebutuhan plus keinginan kita telah berhasil terpenuhi sebesar minimum 92% saja, maka kita sudah masuk dalam kondisi makmur. Dengan kata lain, kemakmuran memang identik dengan kekayaan.

Di sisi lain, kesejahteraan terdiri dari tiga pilar utama: kemakmuran, kesehatan dan kebahagiaan. Konsep ini bukan semata-mata sebuah common sense lho. Dari sisi ekonomi, perhitungan tersebut dapat dilihat pada konsep gross national expenditure. Pada konsep tersebut, sejahtera berarti kondisi di mana masyarakat terjaga baik dari sisi ekonomi maupun kesehatannya sehingga mereka akan mampu meningkatkan tingkat kebahagiaannya atau yang juga dikenal dengan indeks kebahagiaan (human happiness index). Itulah mengapa upaya menekan angka korban pandemi Covid-19 ini menjadi fokus perhatian semua bangsa.

Pada konteks tersebut, dapat dilihat bahwa keluarga yang memperoleh pendapatan rutin setiap bulan di angka Rp. 80.000.000,-belum tentu mampu mendefinisikan kesejahteraannya, bila ternyata dari sisi kesehatan yang bersangkutan mengalami masalah. Kemudian secara umum akan menekan angda kebahagiannya. 

Sebaliknya, ada keluarga yang memperoleh pendapatan per bulan di bawah Rp. 5.000.000,- namun seluruh anggota keluarga mempunyai kesehatan yang sempurna sehingga dengan besaran pendapatan tersebut keluarga dapat merasa bahagia. Di situlah definisi kesejahteraan dapat kita temukan.

Nah dari penjelasan singkat di atas dapat dilihat bahwa kesejahteraan bermula dari paradigma yang kita bangun. Lalu bagaimana kita mendefinisikan kesejahteraan di masa pandemi ini?

Merujuk pada ilmu manajemen keuangan pribadi, terdapat 6 rencana keuangan yang barus dibangun, meski dalam kondisi ekonomi yang kurang baik sekalipun. 

Dua rencana yang harus kita perhatikan adalah rencana pendapatan dalam kaitannya dengan rencana konsumsi. Menyusun rencana ini harus dilakukan dengan mencatat setiap rencana konsumsi keluarga setidaknya dalam periode mingguan atau bulanan. 

Dalam satu minggu ini, apa saja produk yang harus anda beli, mulai dari produr kebutuhan pokok hingga produk pendukung kehidupan anda. Lakukan survey melalui sejumlah situs belanja online yang tersedia untuk mencatat berapa estimasi harga dari setiap barang. 

Cobalah untuk memetakan antara kategori konsumsi rutin harian, konsumsi rutin yang bersifat musiman hingga konsumsi yang tak terduga. Intinya adalah kita wajib mencoba disiplin mengatur pengeluaran anda. Sedapat mungkin kita batasi pengeluaran untuk konsumsi yang tak terduga. Tundalah dulu hingga pandemi berakhir untuk melakukan konsumsi tak terduga.

Jika setelah anda hitung ternyata total pendapatan anda di musim pandemi ini tidak mencukupi maka cobalah mengidentifikasi sumber pendapatan lainnya yang mungkin anda peroleh. Kita dapat melakukannya melalui komersialisasi dari hobi. Manfaatkan hobi anda di sela-sela bekerja dari rumah untuk menghasilkan aliran baru kas masuk. Selain itu, cobalah mengidentifikasi akan adanya peluang untuk memperoleh tambahan pendapatan dengan mendayagunakan jumlah followers anda di sejumlah media sosial seperti facebook, instagram maupun youtube.

Pada era seperti ini, sejumlah produsen melirik pola keseharian masyarakat yang identik dengan penggunaan gadget baik untuk becera maupun untuk beraktivitas. 

Dengan pola tersebut maka perhatian yang dicurahkan untuk membaca pesan di media sosial sangatlah besar. Itulah yang memicu perusahaan untuk menjadikan kita sebagai salah satu duta produknya. Bila jumlah followers kita banyak maka bukan mustahil bila perusahaan memilih anda sebagai media beriklan. Dengan demikian aliran kas masuk dapat tercipta.

Rencana berikutnya yang harus menjadi perhatian adalah rencana tabungan dan investasi. Di era seperti saat ini, kita perlu melirik pemanfaatan deposito sebagai media tabungan. Jangan biarkan dana anda mengendap di tabungan sebab kemudahan bertransaksi melalui fasilitas debet tabungan akan membuat kita semakin konsumtif. 

Hal yang sama juga terjadi di sisi investasi. Instrumen keuangan seperti obligasi maupun reksadana pendapatan tetap kiranya menjadi alternatif terbaik di masa pandemi ini. Selanjutnya bila anda ingin berinvestasi di logam mulia maka bisa jadi ini merupakan saat yang tezat. Namun kita wajib memperhatikan waktu yang tepat untuk melakukannya. Anda perlu memperhatikan pergerakan harga harian sebelum menentukan saat membeli.

Rencana lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah menyusun rencana hari tua dan rencana warisan. Moment seperti saat ini telah memungkinkan seluruh angora keluarga untuk berkumpul di rumah. Oleh karenanya, kita dapat memanfaatkan setiap waktu luang untuk kembangan komunikasi secara lebih intens. 

Di situlah rencana warisan dapat mulai disusun. Mulai dari aset mana yang akan diserahkan kepada simpa sebagai ahli waris, hingga kapan hal itu akan dilakukan. Bila memungkinkan mulailah menyusun surat hak waris yang saat ini sudah dapat dilakukan secara online di sejumlah kantor Notaris.

Kemudian untuk rencana hari tua, anda perlu berdiskusi dengan pasangan dalam mendefinisikan kehidupan hari tua seperti apa yang ingin dicapai. Saya teringat akan seorang kolega yang memutuskan untuk melakukan pension dini di usia 51 tahun lalu banting stri menjadi seorang petani organik. 

Tak tanggung-tanggung, beliau memutuskan untuk pindah ke sebuah desa di Tiongkok dan memulai usahanya bersama sang istri. Padahal jabatan terakhir yang beliau emban adalah menjadi seorang Vice President sebuah perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia. Bagi saya kala itu, keputusan yang beliau ambil terkesan sulit diterima oleh logika sebab tinggal selangkah maka ia akan berhasil menjadi CEO. Namun iapun berujar bahwa usia pensiun merupakan media bagi terbaik untuk memaknai kehidupan dengan berbuat lebih banyak bagi sesamanya.

Pada beberapa diskusi saya mendengar curhatan sejumlah profesional yang berencana melakukan pensin dini pasca pandemi ini berakhir untuk menjadi seorang business freelancer.  

Tujuannya sangatlah mulia yakni untuk menuju keseimbangan dalam hidup atau yang dikenal dengan work life balance. Alhasil pilihan itu telah membuatnya berhasil untuk keluar dari zona nyaman yang selama ini dimilikinya, sekaligus berjalan keluar dan membangun siklus hidup baru yang penuh makna.

Refleksi di atas menunjukkan betapa luasnya peluang yang dapat dimanfaatkan selama pandemi Covid-19 ini. Semoga renungan ini dapat menjadikan kita untuk selalu melihat sisi positif di balik penderitaan yang ada.

Selamat pagi Indonesia, salam sehat untuk kita semua. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun