Untung bagong punya usul. "Teliti saja para anggota DPR. Mereka telinganya normal. Tapi, tidak punya pendengaran. Kurang bengak-bengok kaya apa lagi para kawula. Mbok di zaman prihatin begini jangan jalan-jalan dulu. Eh, masih saja ngotot plesiran ke Yunani, ke Itali..le..ah ndak tahu kemana lagi..."
Kakak Bagong, Petruk, bikin eling. "Nyebut Gon, tenang. Anggota parlemen mlaku-mlaku itu ada undangannya. Sah. Boleh. Kok cocotmu ribut ndak karu-karuan. Mereka boleh jalan-jalan ke mana saja yang mereka suka..." Sulung Panakawan, Gareng menimpali, "lagi pula, kalau anggota Dewan Cuma bisa mlaku-mlaku nang Tunjungan, apa bedanya mbarej Cak Mus Mulyadi?"
Petruk dan Gareng akhirnya kepukul telak ketika telak ketika si bungsu Bagong bawa-bawa Romo Semar. Kata Semar, "Bener belum tentu pener, bapak-bapak dan ibu-ibu DPR itu bener, tapi ndak pener. Pener itu masalah empan papan masalah situasional..."Â
"Ck..ck..ck., bahasamu Gong..apa karna ini bulan Sumpah Pemuda, bulan Bahasa..?"
"Stt diem dulu situasinya lagi tidak memungkinkan ini."
 "Lagi ada bencana Merapi, bencana Mentawai, bencana Gunung Agung dan bencana alam lainnya...kok maksa berangkat. Nuwun sewu seandainya anggota DPR itu wedhus, pasti membatalkan diri berangkat karena segimbal-gimbalnya wedhus pasti masih punya perasaan..."
Sebet byar kataliko...
Karena Bagong sudah terlalu emosional, Gareng dan Petruk sepakat menghentikan obrolan. "Meski tidak mendengar, telinga anggota DPR toh masih ada gunanya, yaitu untuk cantolan kaca mata," kata Petruk. Mereka lalu ajak Bagong jalan-jalan ke sawah belakang posko Punokawan, Karangkadempel. Mata bagong diarahkan ke langit, ke layang-layang, ke mega dan awan-awan...
***
Omongan Bagong siang itu tidak sia-sia. Padepokan akhirnya meneliti struktur telinga para anggota Dewan. Kesimpulan mereka, untuk bisa mendengar manusia tidak hanya membutuhkan organ pendengaran yang lengkap. Lebih dari itu, manusia membutuhkan hati nurani. Eling pasien yang dulu dateng menderita gangguan pendengaran padahal telinganya normal.Â
Akhirnya sekarang sudah bisa disembuhkan. Resepnya mereka diminta pergi ke para pemuka agama dan mereka diminta sering-sering bergaul dengan orang-orang yang sering lapar dan menangis di sudut-sudut pasar ataupun alun-alun.