Mohon tunggu...
Alexander Arie
Alexander Arie Mohon Tunggu... Administrasi - Lulusan Apoteker dan Ilmu Administrasi

Penulis OOM ALFA (Bukune, 2013) dan Asyik dan Pelik Jadi Katolik (Buku Mojok, 2021). Dapat dipantau di @ariesadhar dan ariesadhar.com

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Indonesia Vs Jepang, Pertandingan Taktik Tim Pelatih di Balik Layar

14 Mei 2022   00:26 Diperbarui: 14 Mei 2022   00:35 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Pertandingan semi final Thomas Cup 2022 di Thailand berlangsung sangat seru. Baik India vs Denmark dan Indonesia vs Jepang mencapai pertandingan terakhir. Laga penentuan yang sangat krusial. Hanya saja, jelas sekali bahwa laga-laga yang terjadi serta skor-skor yang tercipta tidak terlepas dari susunan line up.

Jepang membuat perjudian yang sangat besar dalam line up ini dengan tidak menggunakan MS2 aslinya, Kanta Tsuneyama. Meninggalkan pemain peringkat 14 dunia perlu keberanian tersendiri. Akan tetapi hal itu terbukti menjadi pembalik momentum.

Indonesia tampak akan unggul nyaman ketika Anthony Sinisuka Ginting mengalahkan Kento Momota. Duel #MomoGi akhirnya bisa dimenangkan Onik dengan rubber game. Ini rekor karena dari 4 kemenangan sebelum ini, seluruhnya diraih dengan dua game langsung.

Indonesia lantas unggul 2-0 secara dramatis ketika pasangan nomor 1,5 dunia, Mohammad Ahsan/Kevin Sanjaya Sukamuljo sukses mengalahkan juara dunia Takuro Hoki/Yugo Kobayashi. Cara mengalahkannya nggak main-main karena di game pertama, pasangan berjuluk KeBab ini sempat tertinggal 7-17 sebelum kemudian menang 22-20. Di game kedua, mereka gantian loyo. Di game penentuan, mereka sempat unggul 20-17, disamakan 20-20 lalu kemudian menang 24-22.

Nah, kunci taktikal itu ada di MS2. Dengan skor yang ada, seharusnya Indonesia menang dengan nyaman. Akan tetapi, yang bermain adalah Kenta Nishimoto dari Jepang. Dia adalah pemain yang kemarin menentukan kemenangan Jepang atas Taiwan di MS3. Di sisi lain, pilihan memilih Kenta alih-alih Kanta juga tentu merujuk pada rekor terkini ketika Jojo selalu menang dalam 4 pertemuan dengan Kanta. Sedangkan dengan Kenta, skornya 6-4 dengan pertemuan terakhir dimenangkan Kanta walaupun itu 3 tahun lalu.

Jojo yang belum pernah kalah itu kemudian terbukti tidak berkutik di tangan Kenta. Para BL sudah melihat bahwa Jojo sejak awal kejuaraan moncer adalah jaminan serta Ginting malah yang kalah terus. Eh di babak semi final ini suasana berbalik. Jojo kalah 2 game langsung.

Anginnya langsung berbalik. Indonesia dan Jepang masuk ke MD2 dengan Fajar Alfian/M. Rian Ardianto melawan Akira Koga/Yuta Watanabe. Nama terakhir ini momok banget buat MD Indonesia, terutama kala dia bermain dengan H. Endo.

Ketinggalan di babak pertama, FajRi sempat bangkit di game kedua bahkan hingga interval game penentuan dengan unggul 11-8. Apa daya, sesudah itu FajRi ngablu. Servis MasJom dalam kondisi 20-18 mengantarkan kemenangan untuk Jepang dan skor besar jadi 2-2.

Nah, ketika meninggalkan Kanta dan memilih menaikkan Kenta. Ada konsekuensi yang harus ditanggung Jepang. Otomatis, MS3 mereka adalah Kodai Naroaka. Bukan pemain jelek, bahkan di Korea Masters 2022 baru jadi runner-up. Hanya saja, pemain peringkat 48 dunia ini belum cukup teruji di laga besar. Hal ini tentu beda sekali dengan utusan Indonesia: Shesar Hiren Rhustavito.

Mas Vito menjadi penentu 2 kemenangan penting Indonesia di babak grup pada Thomas Cup tahun lalu. Pada laga lawan Korea, Mas Vito datang sebagai MS2 dengan skor kalah 2-0. Dia berhasil menang dan kemudian dua pertandingan berikutnya direbut Indonesia.

Perjudian itu akhirnya menuai petaka untuk Jepang. Angin memang sempat berbalik, tetapi Vito terlalu jumawa untuk Kodai. Mas Vito meraih kemenangan nyaman 2 game langsung 21-17 21-11 dalam 43 menit. Indonesia melaju ke final dan akan berhadapan dengan lawan yang sangat tricky: India.

Siapa duga India bisa melaju ke final?

India lolos ke final setelah di babak gugur mengalahkan Malaysia yang lebih diunggulkan. Lee Zii Jia menang nyaman dari anak padepokan Dubai, Lakshya Sen. Tetapi pilihan Coach Rexy untuk memajukan duet DinFei sebagai MD1 menuai kontroversi. Bukan apa-apa, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty memang berbahaya tetapi Aaron Chia/Soh Wooi Yik head to head nya bagus lawan ChiRank.

India jelas sangat tricky untuk dihadapi Indonesia. Sen yang naik jadi MS1 membuat Srikanth Kidambi jadi MS2. Gitu-gitu, Srikanth adalah mantan WR1 jadi kualitasnya tetap ngeri. Kalaulah ada kelemahan mungkin di MD2 Krishna Prasad Garaga/Vishnuvardhan Goud Panjala. Tapi masuk ke MS3 juga nggak kalah ngeri, ada HS Prannoy.

Selamat untuk India dan Indonesia sudah masuk ke final. Perjuangan yang luar biasa. Selamat berjuang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun