Mohon tunggu...
Alexander Arie
Alexander Arie Mohon Tunggu... Administrasi - Lulusan Apoteker dan Ilmu Administrasi

Penulis OOM ALFA (Bukune, 2013) dan Asyik dan Pelik Jadi Katolik (Buku Mojok, 2021). Dapat dipantau di @ariesadhar dan ariesadhar.com

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Analisis 2 Kemenangan Beruntun Praveen/Melati Atas Si Wei/Ya Qiong

28 Oktober 2019   15:45 Diperbarui: 28 Oktober 2019   17:08 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berangkat dengan cerita pulang malam dan absen latihan--hingga jadi omongan sampai ke Badminton Lovers Tiongkok--tanpa diduga Praveen Jordan bersama dengan Melati Daeva Oktavianti tampil menggila di Eropa. Dua gelar direnggut sekaligus di Denmark dan Prancis. Dua gelar yang direbut juga tidak main-main karena dalam perjalanan ke final pada 2 kejuaraan tersebut, PraMel mengalahkan 3 monster di ganda campuran saat ini.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa dominasi Tiongkok di nomor XD ini luar biasa pada 2 tahun terakhir. Serupa dengan yang dibuat oleh Indonesia di Ganda Putra namun belum segarang Jepang di Ganda Putri--terutama awal tahun 2019. Tahun ini saja, jika suatu turnamen diikuti oleh Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong dan/atau Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping maka hampir pasti gelar juara ya auto ke salah satu diantara keduanya.

Zheng/Huang si nomor 1 dunia sudah juara di Indonesia Masters, All England, Malaysia Open, Indonesia Open, Kejuaraan Dunia, serta China Open. Ketika misalnya mereka kalah, seperti di Kejuaraan Asia atau Japan Open maka gelar dicaplok Wang/Huang. Kejuaraan Asia sebenarnya dapat di-exclude dari catatan Zheng/Huang karena jelas sekali Huang Ya Qiong sedang sakit ketika kalah dari He Ji Ting/Du Yue, tapi harus main karena tidak boleh withdrawn mengingat lawannya adalah satu negara.


Dengan menganggap Wang/Huang tidak ikut Korea Open karena withdrawn, maka kasus khusus hanya terjadi di Korea Open dan Singapore Open ketika Zheng/Huang dikalahkan oleh Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai. Sampai sebelum tur Eropa, mungkin hanya Bass/Popor yang bisa mengganggu persaingan Zheng/Huang dan Wang/Huang.

Kebetulan, di Denmark, PBSI-nya Thailand membuat kesalahan fatal dengan salah mendaftarkan pasangan. Popor tidak didaftarkan. Jadi, PraMel dan rombongan XD lain dari Indonesia setidaknya kehilangan satu saingan meski ya tetap berat. Untuk Praveen dan Melati, mereka setahun ini saja sudah masuk 4 final dan semuanya kalah. Tiga kekalahan, di India, Australia, dan Jepang diderita dari Wang/Huang. Satu lagi di New Zealand mereka kalah sangat nyesek lawan peraih perak Olimpiade, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dengan skor di game penentuan 29-27.

Sorotan pada Praveen/Melati semakin kencang karena lepas dari Jepang, penampilan mereka menurun. di Thailand, PraMel dikalahkan Seo Seung-jae/Chae Yu-jung di 16 besar. Pada babak yang sama di kejuaraan dunia, secara mengejutkan mereka kalah dari Robin Tabeling/Selena Piek dengan skor Afrika 21-8 di game penentuan. Di China Open lebih parah lagi karena sudah kandas di babak pertama dari Satwiksairaj Rankireddy/Ashwini Ponnappa sesudah gagal menyelesaikan game pertama dengan kemenangan. Terakhir di Korea, sesudah melindas teman sendiri, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, PraMel kandas dari Zheng/Huang di perempat final.

Rekor pertemuan PraMel versus Zheng/Huang sebelum di Denmark memang buruk sekali, 6 berbanding 0. Dari 6 itu, hanya sekali ada rubber game. Sebuah pertandingan yang merupakan kandidat Nyesek Award karena sebenarnya PraMel sudah match point di game kedua untuk bisa masuk final. Eh, ujung-ujungnya malah kalah 13-21 22-20 21-13. Berhadapan dengan Zheng/Huang, PraMel pernah dikasih angka 7 saja di Denmark, 12 di Indonesia Masters 2019, termasuk juga 10 di Korea.

Dalam 2 pekan di Eropa, PraMel sukses menaklukkan Zheng/Huang di perempat final Denmark Open, Wang/Huang di final Denmark Open, Bass/Popor di perempat final France Open, dan Zheng/Huang di final French Open. Tiga pasangan terbaik dunia diatasi dalam sepekan saja. Pertandingan melawan Wang/Huang sebenarnya menarik untuk dibahas, namun pertama-tama kita perlu menganalisis laga versus Si Wei dan Ya Qiong terlebih dahulu mengingat baru kali ini ada pasangan di atas muka bumi yang bisa mengalahkan keduanya dalam dua kesempatan beruntun.

Pada 2 pertemuan yang dimenangi oleh PraMel, sesungguhnya kita bisa melihat bahwa ada masalah besar di pasangan Tiongkok dan masih ada ruang perbaikan untuk duet Ucok/Meli.

Pertama, dari 234 poin yang terjadi dalam 2 laga terakhir sebanyak 141 poin atau lebih dari 50 persen berasal dari kesalahan lawan. Siapa yang paling sering salah? Tentu saja pria. Terbukti bahwa Si Wei membuat 45 kesalahan yang berbuah poin bagi lawan, sementara Ucok bikin 38 kesalahan. Tidak berbeda jauh.

Sosok Praveen Jordan ini memang unik. Sejak lama, nggak ada yang meragukan smash-nya yang menghujam bumi itu. Tapi sejak lama pula para BL tahu betapa bersahabatnya Praveen dengan net dan error. Bahkan kalau suka iseng melihat komen-komen jahanam di livestream, siapapun pemain Indonesia yang lagi error beruntun tidak jarang dijuluki "sedang kerasukan Ucok".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun