Model begini dikenal dengan phising, ketika kita mendapat email yang berisi suatu link dan ketika dibuka, tampilannya mirip betul dashboard internet banking suatu bank, yang sayangnya meminta sampai ke nomor PIN maupun respon token.
Padahal, respon token hanya diperlukan jika ada transaksi. Kalaulah ada respon token untuk kepentingan pembaharuan data, itu hanya bisa dilakukan ya di bank.
Biasanya, email masuk sore hari ketika sudah mulai lemas dan kepala sudah terlalu penat oleh pekerjaan. Apalagi, kalau arahnya adalah adanya hadiah-hadiah yang bisa dimenangkan. Wah, itu kita wajib waspada.
3. Berbasis Data di Media Sosial
Ada beberapa orang yang rajin mengunggah privasinya ke media sosial, salah satunya bahkan angka-angka identitas perbankannya. Padahal, itu sungguh rawan sekali. Tiga digit CVV di belakang kartu kredit misalnya, begitu dipadukan dengan nomor kartu kredit bisa menjelma jadi jebolnya transaksi.
Maka, semiskin apapun atau sekaya apapun kita, sebaiknya hindari mengunggah hal-hal berbau perbankan ke media sosial. Ingat, setan banyak di sana.
4. Struk Palsu
Modus ini biasa terjadi dalam transaksi online shop. Buyer mengirimkan struk transfer palsu, yang benar-benar mirip aslinya, untuk kemudian meminta barang dikirim. Kita tahu, sebagai bakul online shop, jelang lebaran adalah peluang yang tipis. Dua pekan pertama adalah puncak transaksi karena di pekan keempat, banyak pengiriman sudah dibatasi. Walhasil, tekanan untuk cepat-cepat kirim dan cepat-cepat cuan membuat para seller kadang alpa untuk mengecek bukti transfer yang diberikan oleh buyer.
Untuk itulah, bank-bank telah menyediakan fitur notifikasi terutama melalui SMS terhadap transaksi yang telah terjadi di bank. Hal ini dapat meningkatkan awareness pada transaksi perbankan kita, supaya tidak terjadi ngirim barang padahal uangnya aslinya tidak masuk ke rekening seller. Kesian.
5. OTP alias One Time Password
OTP adalah skema yang sering dipakai oleh perbankan maupun marketplace untuk transaksi. Biasanya OTP dikirimkan ke SMS, ketika si tukang tipu sudah bisa menguasai akunnya si pemilik. Saya pernah mengalami menjawab telepon tukang tipu kepada bos saya untuk salah satu aplikasi kondang.
Dia mengirim OTP hingga 4 kali dan tentu berharap yang terakhir sehingga dia bisa menjebol akun bos saya. Saya ya tinggal jawab, "Wah, Pak, ini pesan OTP yang masuk ada 8, yang dipakai yang mana?". Tidak lupa saya salah menyebut angka supaya si tukang tipu itu kena tipu balik. Kalau lagi sempat, ulur-ulur waktu, rekam, dan viralkan nomor HP-nya. Lumayan buat seru-seruan.