Sungguh, saya bukan anak mal, saya anak mamak. Bahwasanya saya telah masuk ke mal-mal yang happening di Jakarta dan Bandung semacam Kuningan Indah Plaza dan Bandung City, Istana City dan Gandaria Plaza, hingga Kota Van Java dan Paris Kasablanka, itu lebih karena saya menemani mbak pacar. Bagaimanapun saya sudah mau twenty-nine-my-age-yeah dan kebutuhan akan pacar merangkap calon istri adalah krusial jaya abadi. Ya, sudah, masuk ke mall-pun saya lakoni walaupun tujuan utamanya adalah bangku di bagian sepatu entah di Sogo, Metro, atau H&M. Melihat bangku kosong di sudut-sudut itu, saya sudah bahagia. Memang, bahagia itu sederhana. Ah!
Maka, ketika banyak orang sudah foto-foto, sudah upload-upload, hingga sudah check in di AEON Mall BSD City, saya nggak peduli. Padahal lampu-lampu di AEON Mall itu bagus. Untunglah alay yang hobi selpa-selpi sambil bilang, “suka-suka gue…” itu ada di Jogja. Kalau tidak, mungkin dia bakal nginjek lampu-lampu bagus di AEON, dan begitu ditegur satpam segera bilang, “suka-suka gue, dong!”.
Pada akhirnya, karena temannya mbak pacar yang kerja di Jerman dan lagi mudik pengen main ke AEON, diajaklah si pemburu bangku di sudut Sogo ini. Sekalian hendak kenalan dan diberikan restu, katanya. So, jadilah saya tukang nebeng sejati yang akhirnya berhasil nemplok di AEON Mall.
1. Datanglah Pagi-Pagi
AEON Mall BSD City ini buka pukul 10 pagi sampai 10 malam, itu yang tertulis di salah satu papan yang ada di mal itu yah. Kalau ingin menikmati kehidupan di mal yang tenang dan damai, datanglah weekday. Tapi kalau memang terpaksa datang pas weekend karena kesibukan (tsah, kek alasan peenes banget), maka datanglah pagi-pagi. Pukul 10 pagi itu kalau bisa sudah ada di dalam BSD sehingga bisa dapat parkir yang manusiawi. AEON ini sebenarnya gedung parkirnya cukup besar, tempat parkirnya juga luas, dan bahkan tanah kosong di sekitarnya juga masih melimpah. Kalau lagi hari libur, sore-sore, itu mobil lubernya bisa sampai ke tanah kosong di sekitar mal. Maka, daripada habis waktu dua dekade untuk mencari parkiran, datang pagi adalah solusi nan mumpuni.
2. Jangan Kebanyakan Memilih
Kalau masuk ke tenant AEON yang jual sushi, pempek, gorengan, dan lain sebagainya, please sekali saya mohon agar jangan kebanyakan milih, ini bukan jodoh, tapi cuma makanan. Sistematikanya adalah sebuah kotak dengan petugas AEON yang ada di dalam segiempat, sementara jualan ada di masing-masing sisi, namun alur antrean ada di sisi-sisi itu. Jadi, kalau sudah maju, di belakang kita sudah orang, nggak mungkin balik lagi, toh? Ya, mungkin sih, sambil ngajak berantem, tapi. Maka, jangan jadi manusia gamang yang kemudian kelupaan ngambil suatu barang, karena bakal membubarkan antrean dan berpotensi bikin ribut, ya minimal bikin antrean lain sedang manyun.
Oh, dan satu poin penting adalah jangan anggap AEON ini rumah bapakmu maupun Garuda Indonesia. Tadi saya ngantre sushi dan di depan saya persis borong sumpit macam hendak bakulan lagi di depan AEON, dia tercetak begitu tahu sumpit itu harus dibayar. Walhasil, dikembalikannyalah sisanya. Yah, kalau ngambil sumpit di rumah bapak itu free. Kalau ngambil sendok di Garuda Indonesia juga free, walaupun jelas nggak boleh. Dan jangan salah, banyak loh PNS-PNS berpangkat yang dengan bangga bercerita bahwa dia sering ngambil sendok Garuda. Heuheu.
3. Bayar di Konter yang Agak Sepi
Di AEON ada petunjuk khusus yang bilang bahwa setiap produk yang ada labelnya, dapat dibayar di kasir manapun.
4. Jurus Meraih Meja
Meja di tenant AEON itu mbel tenan jumlah supply and demand, apalagi ketika liburan. Kiranya lebih mudah mencari jodoh daripada mencari meja kosong untuk enam sampai delapan orang. Maka, diperlukan cara-cara keji untuk memperoleh meja. Mulai dari main asal duduk di kursi yang tampak kosong hingga berdiri dengan tatapan intimidatif kepada orang-orang yang sedang asyik makan pempek AEON.
6. Perhatikan Orang Tua
Saya perhatikan, pengujung di AEON Mall BSD City ini banyak yang menggunakan kursi roda, dan sebagian besar adalah usia lanjut. Keberadaan BSD sebagai tempat tinggal tentu bikin banyak orang entah muda, entah tua tinggal di BSD. Maka, ketika kita berjalan-jalan, hati-hatilah. Jangan asal main tubruk kayak di Pasar Meester atau Tanah Abang. Bagaimanapun nantinya kita juga bakal tua kayak mereka.
7. Awas Dompet
Saya nggak menuduh ada copet di AEON, namun dengan jumlah manusia nan banyak, adalah kesempatan menarik bagi pengutil. Namun tidak sekadar pengutil juga, keramaian dan keribetan ketika membayar membuat orang pegang dompet juga ribet. Belum lagi dompet-dompet yang diletakkan di atas meja. Yah, agar menjamin bahwa sehabis makan sushi, kita masih bisa main di Amazon, sebaiknyalah menjaga dompet. Heuheu.
8. Bawa Sabar yang Banyak
Ini fenting sekali. Bayangkan ketika untuk membayar sekadar takoyaki, saya butuh waktu 20 menit? Makan takoyakinya malah lebih cepat daripada antre bayarnya. Itu sudah yang datang pagi, ya. Semakin siang, semakin mbohae. Selain dempet-dempetan, lama pulak. Yah, dengan semakin banyak manusia yang berada di sekitar kita dan sebagian besar adalah manusia yang lapar, maka sabar yang banyak adalah modal agar kagak berantem. Eh, ini termasuk ke WC, ya. Menurut survei, antre WC di lantai dasar itu nggak kalah dengan CPNS mengantre bikin Taspen di mobil keliling.
Eniwei, menurut saya, AEON Mall BSD City adalah konsep bagus untuk sebuah mal. Tidak besar-besar amat sehingga sekadar ujung ke ujung saja sudah lelah badan awak semacam Pondok Indah dan Kelapa Gading. Namun penataannya tepat dan konsepnya juga mantap. Jadi, pengunjung nggak terlalu ribet untuk mencari lokasi tenant tertentu. Nggak rugi deh menghabiskan hari libur di AEON. Sekali lagi, menghabiskan hari libur di AEON nggak rugi. Kerugian bisa jadi muncul karena 1-2 jam cari parkirann dan 1 jam antre Sushi, dan itu bisa dicegah dengan tips mbohae dari OOM ALFA tadi.
Sampai ketemu di AEON Mall BSD City, yha!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H