"Halo? Benar dengan saudara Alexander?"
"Benar."
"Saya dari ...(menyebutkan nama sebuah lembaga negara, dengan lengkap dan salah)... hendak meminta saudara menghubungi Ibu Z, kepala ...(menyebutkan lembaga lagi)... Semarang di nomor 085321888074."
NAH! Ini, nih. Sudah perasaan kalau bakal kena tipu. Tapi separuh jiwa masih merasa ini toh bagian dari upaya melincinkan jalan menuju Roma, eh... PNS.
Jadi, saya tetap iya-iyain si Ibu yang bernama Reski itu sampai lantas mencatat nomor yang dimaksud. Dan saya nggak pernah lupa kalimat terakhirnya.
"Segera ya! Karena ini menentukan masa depan saudara!"
GLEK!
Untung saja saya sudah pernah kena tipu sebelumnya, dalam nominal kecil sih. Jadi saya itu curiganya tinggi. Kebeneran lagi di kantor, pas ada akses internet di depan mata. Maka, saya segera mencari tahu.
Eh, sebelumnya, ada logika yang bermain.
1. Saya mendaftar di formasi pusat, si Reski kampret itu nyuruh saya menghubungi kepala kantor di Semarang. Lah?! Iya, sih, dulu di Semarang ada gadis cantik yang sampai sekarang tidak berhasil saya temui (lagi). Tapi, ya nggak gitu juga kelesss!
2. Pas berbincang, terdengar suara anak kecil! Ini bagian kepegawaian, rekrutmen, atau taman kanak-kanak?