[caption id="attachment_163510" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Waspada penipuan. Itulah kesimpulan yang saya dapat dari penelusuran via Mbah Google dengan keyword kartu diskon kartu kredit. Dan sejujurnya waktu mengetik inipun saya masih deg-degan. Jadi ceritanya tadi, pas persis supplier saya pulang, saya dapat telepon dari 021-72*1894 yang mengaku bernama (kalau nggak salah) Nanda dan berasal dari Duta apa gitulah, jaringan Visa dan Master Card. Berhubung suaranya merdu, saya agak terlena. Maklum pria hehehe.. Dia menjelaskan soal kartu yang saya punya, lalu ada penyerta kartu diskon. Kok nggak dikirim bareng kartu kreditnya ya? Saya perlu cerita bahwa saya baru aktivasi kartu kredit saya jam 10 malam kemarin. Dan bodohnya saya ceritakan itu ke wanita mengaku bernama Nanda itu tadi. Dia juga tanya, kartu bapak apa, tipe apa, limit berapa. Sebenarnya ada rasa curiga, kalau memang tersistem masak nggak tahu kartu yang dikirim BNI ke saya? Lalu dia juga menyebutkan nomor telepon kantor saya. Nah, ini yang bikin agak percaya. Singkat cerita penawaran kartu diskon itu saya terima. Tapi kemudian dia menyebut ada voucher menginap dll dan kemudian ada biaya yang harus saya bayar sejumlah Rp. 2.390.000,- Nah loh! Tapi karena dia menyebut diskon-diskon gede plus HP Esia tersegel plus voucher menginap dari Departemen Pariwisata (heh? ada pula ya?) saya kembali terlena. Mana dia menyebut uang segitu sudah buat bayar kartu seumur hidup pula. Yang bikin heran lagi, dia mengkonfirmasi ulang alamat kantor. Dan lucunya, bahkan menyebut PP saja bisa jadi CD, artinya ini orang nggak biasa jadi CS. Tapi ya itu tadi, faktor terlena, lanjut dah. Telepon ditutup setelah saya mengkonfirmasi. Berikutnya pas di kantin, ada lagi yang menelepon, ngakunya bernama Retha. Dengan pertanyaan yang mirip, dia memastikan konfirmasi yang saya berikan. Ya sudah kalau begitu. Yang ini pakai nomor 021-7279*694. Nah, ini kebetulan yang pas. Dia menelepon pas saya nggak ada di depan komputer. Begitu saya di depan komputer, langsung deh memohon pangsit eh wangsit ke mbah Google. Dan yang saya temukan adalah deretan rencana penipuan, ada juga yang penipuan sih. Saya langsung dag-dig-dug. Jumlah harga itu lumayan buat nyicil rumah 3 bulan euy. Bergegas, saya SMS nomor tadi, berharap itu nomor bisa SMS, eh ternyata nggak. Mau nggak mau, saya telepon. Mau bicara dengan Retha atau Nanda nggak bisa, katanya lagi makan. Yang lucu dia bilang begini, "ibunya lagi makan, dengan saya saja bagaimana?" Padahal saya paham itu suara yang sama dengan salah satu dari Retha atau Nanda. Ketika saya bilang, saya ditugaskan ke luar kantor, dan minta pengiriman ditunda dia dengan berapi-api langsung menjawab, "tapi itu sudah diatur secara sistem pak, nanti kalau tertagih di bulan depan bagaimana?" Saya dengan tidak kalah berapi-api, "lho kan saya belum gesek?" Dia akhirnya menjawab, "ya itu sudah diatur secara sistem pak." Saya mulai kalem, "saya kan minta ditunda, bukan dibatalkan?" Dia agak tergagap, "Oh, jadi kalau besok?" Saya lalu menjawab, "besok kantor libur. Nanti saya kabari lagi." Telepon ditutup dengan tidak enak. Hmmmm.. dari cara menutupnya saya yakin betul ini penipuan. Sekarang tinggal berharap si kurir nggak datang. Kan kasihan jauh-jauh dari Jakarta cuma buat ngegembel, orang saya di luar kantor. Hehehe.. Deg-degan yang kedua, bagaimana ceritanya kalau di tagihan pertama saya sudah harus membayar Rp. 2.390.000? Pelajaran pertama, jangan mudah telena. Oya, di atas, yang bikin galau saya adalah HP Esia. Pertama, saya sudah kebanyakan HP, karena HP lebih dari 1 menurut saya sudah banyak. Dan pemberian HP tentu nggak gratis, meski dia embel-embeli sebagai souvenir. Pelajaran kedua, waspada pada data-data. Untungnya saya belum ditanya nomor kartu dan nomor pin. Kalau sudah, BERABE. Meski dia bilang, ini sudah disistemkan, tapi sejauh yang saya tahu, omongan YA di telepon itu tidak cukup untuk otorisasi perbankan, mesti ada tanda tangan atau pin. Pelajaran ketiga, bahwa DATA-DATA YANG KITA PUNYA BEGITU MUDAH BOCOR. Ini yang sebel banget saya. Belum 24 jam saya aktivasi kartu kredit, eh sudah dibeginikan. Maksudnya apa nih BNI? Pengamanan data konsumen bagaimana? Salah-salah pada jam ke-24, saya tutup juga deh ini kartu (*emosi mode on). Ini kali ke-3 (kalau nggak salah) saya posting tentang penipuan di Kompasiana. Emang cari duit hari gini susah, tapi memangnya nggak ada cara yang lebih halal ya? Salam!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H