Bunyi bel telpon memuja kalimat pada tiap-tiap pujian
Katanya itu rindu, aku merindukanmu dengan caraku yang sederhana. Menyimpanmu dalam hati yang usang
Aku mencintaimu dengan kepala yang kosong sejarah, dan aku mencintaimu dengan kekosongan dari segala hampa
Suaramu yang merdu sesekali meninabobokan aku di dalam kepalamu
Manis bibirmu memejamkan mataku, sekali lagi aku ingin menjamu kelopak matamu
Aku bersyukur untuk segala hal tentang rindu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!