Mohon tunggu...
Arie Riandry Ardiansyah
Arie Riandry Ardiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Studi Agama Agama

Suka menulis macem-macem

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kepada yang Berkata-Kata

24 Juni 2024   07:38 Diperbarui: 24 Juni 2024   07:42 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Ilustrasi oleh/Kompas.id

Sampai saat ini menutup telinga sendiri ternyata, masih lebih sukar dari menampar suara-suara yang bergentayangan di alam bebas. Masih lebih muda mengepalkan tangan bagi seorang perempuan tua yang sekian tahun telah mengindap penyakit rematik. Segala penyakit hilang, obat-obatan tak lagi diperlukan selain mantra penenang jiwa. Obat yang tidak serta-merta di dapatkan dari semua penjual obat, dan daripada itu tidak semua pasien menyukai rasa hambar yang terus berulang-ulang ditelan. Hingga memasuki rongga dada, menyesaki qolbu.

Menjadi orang dengan tubuh menderita dipenuhi daki dari mata saudara sendiri, sesama muslim--sekelamin malam adalah matahari. Dibutuhkan penghidupan, berguna sepanjang siang, dan dilupakan tanpa salam oleh rembulan.

Menyakitkan saudariku, mengepalkan tangan--mengeretakkan geraham untuk menghalau setiap lolong serigala yang menguasai kepala acapkali membuat lubang di sana-sini. Ternyata tak sekali sembuh dengan satu tambalan sulam maaf. 

"Datanglah... 

Datanglah lagi, sekali lagi akan kudermakan satu tamparan penginggat, bahwasanya aku manusia biasa."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun