Semua tak sama, berbeda, tak pernah sama...
Terlahir di era digital, terhubung tanpa batas pada jarak yang terombang-ambing....
Generasi lincah menarik layar..
Akan informasi yang menembusi ruang dan waktu, lancar..... Â Â Â
Ketenangan yang lama terasa beku hingga gunung pelindung berubah menjadi penghalang...
Menimbulkan goresan yang tersayat daging hingga menembus tulang. ...
Kesepian di balik layar, terjebak dalam kesunyian dunia digital...
Dalam suasana dinginn, ia bergumam... arghhhh, semua tak seperti sedia kala...
Saat kita masih tak mengenal dunia maya..
Berbicara pun senada dan seirama...
Lamunan itu, membuat jiwa ini meronta-ronta seakan hidup didatangi malaikat pencabut nyawa...
Ketakutan dan kegelisahan terus menghantui pikiran, begitu menikam pada sakit yang ke sekian...
Hey...
Udara tak lagi berpihak pada kita, bumi perlahan rusak tak terawat...
Karena siapa? Karena Siapa? Dia? Mereka? Bukannn, bukan..
Ini akibat ulah kau, dia, dan kita.....Â
Bolehkah aku bercengkrama tentang pahitnya rasa dan manisnya karsa pada kata dan kalimat yang pernah ku kecap..Â
Apa aku benar-benar buruk? Apa aku melakukan sebuah kesalahan? Apakah semesta begitu kejam pada semua orang? Atau aku yang terlalu lemah?...
Hey....Aku membutuhkanmu..
Setapak yang kulalui sudah cukup meninggalkan pilu..
Hingga senja menyapapun kau tak pernah hiraukan..
Yang kutakuti saat ini, mati..Â
Bukan karena mati.. Tapi bagaimana jika mati tanpa bermakna bagi hidup ini..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H