Menjadi lebih relate, buku ini menjelaskan gaya hidup kelas menengah dengan menceritakan langsung pengalaman gaya hidup beberapa orang informan, sehingga saat membaca buku ini menjadi lebih mudah memahaminya, dan sebagian orang yang berasal dari kelas yang sama, mungkin akan merasa terwakili oleh buku ini.
Sayangnya, buku ini dapat menimbulkan kesalahpahaman, atau fatalnya bisa menimbulkan kekecewaan. Saat membaca judul buku ini, yaitu Agama Kelas Menengah, bisa saja yang orang-orang pikirkan adalah masyarakat kelas menengah yang biasa saja.Â
Nyatanya dalam buku, penulis menjelaskan kelas menengah yang dimaksud adalah kelas menengah atas atau upper middle class, sehingga terdapat beberapa perilaku yang bagi sebagian orang, sudah termasuk dalam gaya hidup kelas affluent. Padahal dalam buku ini pun menampakkan bahwa kelas menengah dan menengah atas merupakan kelas yang berbeda.Â
Gaya hidup yang dimaksud dalam buku ini juga ternyata memfokuskan pada kehidupan perempuan muslim di Surabaya. Meski Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia, tetap buku ini tidak bisa dijadikan tolok ukur gaya hidup ekspresi beragama masyarakat muslim di Indonesia.
Namun pada akhirnya, buku Agama Kelas Menengah layak untuk dibaca dan bisa dijadikan pilihan sebagai buku bacaan di kala senggang, karena tidak sekedar memeberikan wawasan, buku ini juga memberikan pembelajaran. Buku ini cocok dibaca oleh semua kalangan dan semua kelas sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H