Mohon tunggu...
ariel natanael
ariel natanael Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai Perkenalkan saya Ariel Natanael hobi saya suka membaca dan membuat artikel/ jurnal mengenai teknik sipil, keuangan, film, dsb. Jika berminat berdiskusi bisa email arielnatanael66@gmail.com terima kasih :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahaya Doxxing dan Cancel Culture: Dampak Negatif di Era Digital

18 November 2023   09:34 Diperbarui: 18 November 2023   09:34 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fenomena doxxing dan cancel culture semakin mencuat dalam ranah digital. Namun, di balik upaya ini untuk menegakkan keadilan sosial, terdapat sejumlah bahaya dan dampak negatif yang perlu diperhatikan secara serius.

Doxxing: Ancaman Privasi dan Keamanan

Doxxing merujuk pada praktik mempublikasikan informasi pribadi seseorang secara daring, termasuk alamat rumah, nomor telepon, atau data sensitif lainnya tanpa izin mereka. Ini bukan hanya melanggar privasi, tetapi juga membuka peluang terjadinya penyalahgunaan informasi pribadi atau kejahatan online terhadap individu yang bersangkutan.

Cancel Culture: Dampak pada Kesejahteraan Mental

Cancel culture, sementara terkadang digunakan sebagai bentuk penegakan keadilan, seringkali berdampak pada kesejahteraan mental individu. Pembatalan publik dan boikot dapat menyebabkan stres, kecemasan, atau bahkan depresi pada targetnya. Terlebih lagi, hal ini dapat mengganggu karier atau reputasi seseorang tanpa memberikan kesempatan untuk pembelajaran atau pemulihan.

Penghakiman Publik yang Instan dan Tidak Adil

Salah satu bahaya dari doxxing dan cancel culture adalah penghakiman yang cepat, instan, dan seringkali tidak adil. Terkadang, informasi yang dipublikasikan tidak diverifikasi dengan benar atau tanpa konteks yang memadai, dan hal ini dapat merusak reputasi seseorang tanpa mempertimbangkan sisi lain dari cerita tersebut.

Dampak pada Kebebasan Berbicara dan Esai

Fenomena ini juga dapat membatasi kebebasan berekspresi dan diskusi terbuka. Banyak individu merasa takut untuk menyuarakan pendapat atau mengungkapkan ide-ide mereka karena takut menjadi target doxxing atau pembatalan secara publik.

Penggunaan Doxxing dan Cancel Culture dengan Buruk

Sering kali, doxxing dan cancel culture digunakan sebagai senjata untuk menyudutkan lawan politik, atau bahkan untuk melampiaskan dendam pribadi atau perbedaan pendapat. Ini merusak esensi dari upaya menciptakan perubahan yang positif dalam masyarakat.

Kesimpulan

Doxxing dan cancel culture memiliki potensi bahaya yang serius dalam lingkungan digital kita saat ini. Sementara tujuan untuk menegakkan keadilan sosial adalah hal yang baik, perlu ada keseimbangan yang hati-hati antara akuntabilitas, keadilan, dan perlindungan terhadap hak-hak individu. 

Masyarakat harus mampu menciptakan lingkungan yang mendukung dialog terbuka, pertimbangan yang hati-hati, serta ruang untuk belajar dan tumbuh, tanpa takut akan kejahatan digital dan ancaman pembatalan publik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun