Mohon tunggu...
ariel natanael
ariel natanael Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai Perkenalkan saya Ariel Natanael hobi saya suka membaca dan membuat artikel/ jurnal mengenai teknik sipil, keuangan, film, dsb. Jika berminat berdiskusi bisa email arielnatanael66@gmail.com terima kasih :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gotong Royong Pilar Penyelamat Kegagalan Keuangan Korea 1998

1 Juli 2023   09:52 Diperbarui: 1 Juli 2023   09:53 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 1998, Korea Selatan mengalami krisis keuangan yang mengguncang perekonomian negara tersebut. Krisis tersebut telah membuat Korea terjerumus ke dalam jurang kebangkrutan yang mencekik. Namun, di tengah situasi yang suram itu, ada satu pilar yang menjadi penyelamat bagi negara tersebut: semangat gotong royong. Dalam artikel ini, kita akan melihat bagaimana gotong royong menjadi faktor kunci dalam menggagalkan kebangkrutan Korea 1998.

Latar Belakang Krisis Keuangan: Pada akhir tahun 1990-an, Korea Selatan terjerat dalam masalah ekonomi yang kompleks. Melalui kebijakan ekonomi yang agresif dan bergantung pada pinjaman luar negeri, Korea telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat, tetapi juga rentan terhadap krisis finansial global. Pada tahun 1997, krisis finansial Asia melanda, dan Korea terkena dampaknya dengan keras. Nilai tukar mata uang negara tersebut anjlok, hutang korporasi melejit, dan lapangan kerja menciut. Negara ini menghadapi ancaman kebangkrutan yang nyata.

Spirit Gotong Royong dalam Masyarakat Korea: Korea Selatan memiliki tradisi gotong royong yang kuat. Konsep ini mengacu pada semangat kerja sama dan saling membantu dalam komunitas. Ketika krisis keuangan melanda, semangat gotong royong menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Masyarakat Korea, mulai dari tingkat keluarga hingga perusahaan besar, bersatu untuk mengatasi kesulitan ekonomi yang mereka hadapi.

Solidaritas dalam Dunia Usaha: Pelaku usaha Korea menyadari bahwa mereka harus bersatu untuk mengatasi tantangan yang dihadapi. Mereka membentuk aliansi dan kelompok penanggulangan krisis untuk saling membantu. Berbagai perusahaan saling memberikan dukungan, termasuk bantuan keuangan, restrukturisasi hutang, dan pembaruan strategi bisnis. Semangat saling menguatkan antarperusahaan ini menjadi kekuatan yang luar biasa dalam memperbaiki kondisi ekonomi.

Peran Pemerintah: Pemerintah Korea juga turut berperan penting dalam menggerakkan semangat gotong royong. Mereka menyusun paket stimulus ekonomi yang komprehensif untuk membantu sektor-sektor yang terkena dampak krisis. Pemerintah juga memberikan dukungan kepada kelompok bisnis dan masyarakat untuk memperbaiki situasi ekonomi secara kolektif. Melalui kebijakan fiskal dan moneter yang bijaksana, pemerintah berusaha memulihkan kepercayaan dalam pasar keuangan.

Dampak Positif dan Pemulihan: Dalam beberapa tahun setelah krisis, Korea Selatan berhasil mengatasi tantangan keuangan yang mematikan. Semangat gotong royong yang kuat dan kolaboratif menjadi kunci kesuksesan dalam mengatasi kebangkrutan. Dengan kerjasama yang erat antara pemerintah, sektor bisnis, dan masyarakat, Korea Selatan mampu pulih dari krisis tersebut.

Dampak positif dari semangat gotong royong tersebut sangat signifikan. Pertama, kerjasama antarperusahaan membantu menghindari kebangkrutan massal dan mempertahankan lapangan kerja. Perusahaan-perusahaan saling membantu dalam mengatasi hutang dan restrukturisasi bisnis mereka, sehingga mampu bertahan di tengah krisis. Solidaritas ini juga memberikan kepercayaan kepada investor asing dan pasar keuangan global, yang pada akhirnya mempercepat pemulihan ekonomi Korea Selatan.

Selain itu, dukungan pemerintah dalam bentuk paket stimulus ekonomi membantu menghidupkan kembali sektor-sektor yang terdampak. Infrastruktur yang ditingkatkan, insentif investasi, dan program pemulihan ekonomi membantu membangkitkan pertumbuhan yang berkelanjutan. Pemerintah juga memberikan perlindungan kepada masyarakat yang paling terdampak dengan mengurangi dampak sosial dari krisis tersebut.

Krisis keuangan Korea 1998 telah mengguncang negara dan mengancam stabilitas ekonomi. Namun, melalui semangat gotong royong yang kuat, Korea Selatan berhasil mengatasi tantangan tersebut dan pulih menjadi kekuatan ekonomi yang tangguh. Kolaborasi antara pemerintah, sektor bisnis, dan masyarakat menjadi faktor penentu dalam membalikkan situasi yang suram.

Kisah Korea Selatan pada tahun 1998 mengajarkan kepada kita pentingnya kerjasama, solidaritas, dan kerendahan hati dalam menghadapi kesulitan. Semangat gotong royong bukan hanya menjadi jalan keluar dari krisis, tetapi juga menjadi landasan untuk membangun fondasi yang lebih kokoh dalam perekonomian dan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun