Mohon tunggu...
ariel natanael
ariel natanael Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai Perkenalkan saya Ariel Natanael hobi saya suka membaca dan membuat artikel/ jurnal mengenai teknik sipil, keuangan, film, dsb. Jika berminat berdiskusi bisa email arielnatanael66@gmail.com terima kasih :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bahaya Konten Prank Penculikan Anak

25 Maret 2023   09:35 Diperbarui: 25 Maret 2023   10:22 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kamu melihat di Instagram seorang dewasa yang "nge-prank" menculik anak di bawah umur seperti anak SD (Sekolah Dasar). Sebenarnya mereka tidak benar-benar menculik sebelum durasi story instagram mereka habis, mereka (sang pelaku prank) "maaf ya dek ini hanya becandaan (prank) saja". Lantas apakah hal tersebut hanya becandaan ? Efek apa yang dapat ditimbulkan oleh hal iseng tersebut ?  

Penculikan anak termasuk dalam kategori kegiatan yang melanggar hak asasi manusia, sesuai dengan perkembangan hak tersebut. Jumlah penculikan anak, baik yang dilakukan oleh orang luar maupun anggota keluarga, terus meningkat. Ada beberapa kejadian di mana anggota keluarga atau kerabat dekat lainnya menyakiti anak di bawah umur, bahkan terkadang mereka masih dianggap balita. Penjelasan diatas merupakan hal yang terjadi pada penculikan anak, dan semua orang tua yang memiliki anak umumnya mengetahui hal tersebut karena tergolong umum. Bagaimana dengan "konten prank" penculikan anak apakah hal tersebut melanggar HAM juga ? atau bisa dianggap relevan ?

Hal yang menarik dari "konten prank" penculikan anak sebenarnya psikologi dari anak tersebut. Sang anak akan beranggapan bahwa hal yang menimpa dirinya bukan lah konten/prank melainkan terjadi pada dirinya, tidak semua anak dibawah umur siap menghadapi setiap lelucon orang dewasa terkhususnya penculikan. Jika ditanya kepada pembuat konten tersebut mengapa anda melakukan hal tersebut ? Rata-rata jawaban mereka hanyalah iseng atau becanda.

Setelah konten selesai sang anak akan kembali kepada rumah orang tua mereka masing-masing yang dampaknya membuat mereka trauma, tidak semua anak dibawah umur dapat menceritakan kejadian yang dialaminya. Lalu pertanyaannya apakah semua konten prank itu berbahaya bagi psikologi anak ? tentu tidak semua demikian, tetapi dalam hal ini tentunya berdampak bagi anak di bawah umur tersebut. Saran jika membuat konten prank haruslah memikirkan apakah berdampak serius bagi lawan prank anda ? jika iya sebaiknya anda mencari konten prank lainnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun