Mohon tunggu...
ariel natanael
ariel natanael Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai Perkenalkan saya Ariel Natanael hobi saya suka membaca dan membuat artikel/ jurnal mengenai teknik sipil, keuangan, film, dsb. Jika berminat berdiskusi bisa email arielnatanael66@gmail.com terima kasih :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari "Dua Anak Lebih Baik" Sampai "Child Free"

13 Februari 2023   11:30 Diperbarui: 13 Februari 2023   11:41 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam budaya Timur, yang juga dipraktikkan oleh mayoritas orang, Anak dipandang sebagai pelengkap atau pelengkap perkawinan di Indonesia. Definisi keluarga ideal adalah keluarga inti, yang meliputi ayah, ibu, dan anak-anak yang terhubung secara sosial, memiliki pikiran yang kuat, dan merupakan bagian dari keluarga yang intim dan berdasarkan perkawinan. 

Orang tua harus berperan dalam membantu dan mendorong perkembangan tanggung jawab anak dalam keluarga dan masyarakat. Ada konstruksi sosial di masyarakat kita yang mengatakan memiliki anak atau pasangan suami istri yang menjalankan fungsi reproduksi untuk memiliki anak adalah "tanda" keberhasilan. 

Dalam rangka mencapai Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang merupakan landasan bagi terwujudnya masyarakat sejahtera dengan menangani kelahiran serta jaminan termasuk pertumbuhan penduduk, maka KB di Indonesia merupakan gerakan untuk membentuk masyarakat yang sehat dan sejahtera. 

Keluarga dengan membatasi kelahiran pada tahun yang dinyatakan 1970. Indonesia mendapat pengakuan dari PBB atas keberhasilannya menurunkan laju pertambahan penduduk dari 4,6% pada tahun 1970 menjadi 2,6% pada tahun 1990 melalui Program Keluarga Berencana.

Konstruksi sosial yang kuat di masyarakat tentang peran anak-anak membuat sulit untuk menerima pembenaran yang ditawarkan oleh mereka yang memilih gaya hidup tanpa anak (childfree ). 

Hanya sedikit orang di Indonesia yang benar-benar menyatakan diri bebas anak atau secara sukarela tidak memiliki anak di depan umum. Karena banyak orang Indonesia, yang sangat dipengaruhi oleh budaya Timur, menjadikannya tidak normal atau bertentangan dengan konvensi masyarakat untuk memilih tidak memiliki anak. Namun, studi lain menunjukkan bahwa, orang yang memilih untuk tidak memiliki anak lebih berpendidikan daripada mereka yang memilih menjadi orang tua.

Pada kenyataannya, siapa pun dapat memilih untuk tidak memiliki anak, namun hal ini sering dianggap sebagai masalah perempuan. Fokus reproduksi pada perempuan yang hamil dan melahirkan, serta anggapan yang menganggap peran perempuan sebagai ibu lebih vital dalam kehidupan dibandingkan peran laki-laki sebagai ayah, terkadang digunakan untuk mendiskriminasi perempuan.  

Perempuan seringkali tidak diperbolehkan untuk memiliki hak dan posisi otonomnya sendiri, oleh karena itu apakah mereka memilih untuk tidak memiliki anak secara sukarela atau karena keadaan tertentu, mereka akan menghadapi tekanan tambahan dari orang-orang di sekitarnya. Menjadi tidak memiliki anak adalah pilihan pribadi yang harus dibuat oleh setiap orang untuk dirinya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun