Mohon tunggu...
Ariel Nailul Authar
Ariel Nailul Authar Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Nama saya Ariel Nailul Authar, dan saya memiliki minat yang mendalam dalam dunia menulis. Menulis bagi saya bukan hanya sekadar hobi, tetapi juga sarana untuk mengekspresikan ide, perasaan, dan pandangan hidup saya. Melalui tulisan, saya berusaha menghubungkan diri dengan orang lain, membagikan cerita, serta menginspirasi pembaca dengan berbagai pemikiran dan perspektif baru. Kecintaan saya pada menulis telah mendorong saya untuk terus mengasah kemampuan dan mengeksplorasi berbagai genre, dari esai hingga artikel opini.

Selanjutnya

Tutup

Love

Makna dan Sejarah Hari Ibu

24 Desember 2024   13:13 Diperbarui: 24 Desember 2024   13:13 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Hari Ibu adalah salah satu momen penting yang memiliki makna mendalam dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Diperingati setiap tanggal 22 Desember, Hari Ibu bukan hanya sekadar ungkapan penghormatan kepada sosok ibu sebagai pilar utama dalam keluarga, tetapi juga sebuah refleksi sejarah perjuangan perempuan Indonesia dalam mencapai kesetaraan dan kemajuan bangsa. Berbeda dengan perayaan serupa di negara lain yang biasanya menekankan pada peran domestik seorang ibu, Hari Ibu di Indonesia memiliki dimensi lebih luas yang merangkul kontribusi perempuan di berbagai aspek kehidupan.

Sejarah Hari Ibu di Indonesia bermula dari Kongres Perempuan Indonesia pertama yang diselenggarakan pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres ini merupakan titik awal kebangkitan perempuan Indonesia dalam memperjuangkan hak-hak mereka di tengah penjajahan Belanda. Lebih dari 30 organisasi perempuan dari berbagai daerah hadir untuk membahas isu-isu penting seperti pendidikan bagi perempuan, pencegahan pernikahan dini, dan peran perempuan dalam mendukung perjuangan kemerdekaan.

Kongres tersebut menghasilkan federasi perempuan yang diberi nama Perikatan Perhimpunan Perempuan Indonesia (PPPI), yang menjadi wadah perjuangan perempuan di era itu. Sepuluh tahun kemudian, pada Kongres Perempuan Indonesia ketiga yang berlangsung di Bandung, tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu. Keputusan ini secara resmi diakui oleh Presiden Soekarno pada tahun 1959 melalui Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959, menandai Hari Ibu sebagai peringatan nasional.

Makna Hari Ibu di Indonesia mencakup banyak aspek, mulai dari penghormatan kepada ibu sebagai sosok sentral dalam keluarga hingga pengakuan atas perjuangan perempuan dalam sejarah bangsa. Ibu adalah sosok yang tak tergantikan dalam keluarga, tempat cinta, kasih sayang, dan pendidikan pertama seorang anak bermula. Dalam kehidupan sehari-hari, peran ibu sering kali melibatkan pengorbanan tanpa henti demi kesejahteraan keluarga. Hari Ibu menjadi momen untuk mengingat dan menghargai segala upaya mereka yang sering kali dianggap sebagai tugas biasa, padahal memiliki dampak luar biasa dalam membentuk karakter dan masa depan anak-anak mereka.

Namun, Hari Ibu di Indonesia juga mengingatkan kita akan perjuangan perempuan dalam meraih kesetaraan dan kemerdekaan. Para perempuan yang hadir dalam Kongres Perempuan Indonesia pertama adalah pelopor perubahan yang memperjuangkan pendidikan, hak suara, dan keadilan sosial. Mereka membuktikan bahwa perempuan memiliki peran signifikan di luar ranah domestik, termasuk dalam kehidupan sosial, budaya, dan politik. Semangat ini terus relevan hingga kini, ketika perempuan di berbagai sektor masih menghadapi tantangan seperti diskriminasi gender, kurangnya akses ke pendidikan, dan kekerasan dalam rumah tangga.

Hari Ibu juga menjadi refleksi terhadap pentingnya kesetaraan gender dalam kehidupan modern. Dalam dunia yang terus berkembang, perempuan tidak lagi terbatas pada peran tradisional sebagai ibu rumah tangga. Banyak perempuan yang kini menjalani peran ganda, bekerja di luar rumah sambil tetap mengurus keluarga. Tantangan besar ini menuntut pengakuan yang lebih besar atas kontribusi mereka, baik di rumah maupun di tempat kerja. Peringatan Hari Ibu mengingatkan kita untuk terus mendukung perempuan dalam mencapai potensi penuh mereka tanpa terbatas oleh stereotip gender.

Relevansi Hari Ibu semakin terasa di era digital, di mana peringatan ini sering dirayakan melalui media sosial. Ucapan, foto, dan video menjadi cara modern untuk menyampaikan rasa cinta dan penghormatan kepada ibu. Namun, di balik kemudahan teknologi, Hari Ibu juga mengingatkan kita untuk tetap melibatkan sentuhan personal dalam hubungan keluarga. Perhatian langsung, seperti berbicara dari hati ke hati atau menghabiskan waktu bersama, tetap menjadi bentuk penghormatan yang tak tergantikan.

Selain itu, Hari Ibu juga memberikan pelajaran penting bagi generasi muda. Ini adalah kesempatan untuk mengajarkan nilai-nilai kasih sayang, penghormatan, dan pengakuan terhadap peran ibu dalam kehidupan mereka. Anak-anak diajak untuk memahami bahwa ibu adalah fondasi dari keluarga, yang tidak hanya memberikan cinta tetapi juga membimbing dan menginspirasi mereka dalam menjalani kehidupan.

Dalam memperingati Hari Ibu, ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan penghargaan. Memberikan hadiah sederhana, seperti bunga atau kartu ucapan, adalah bentuk perhatian yang dapat membuat seorang ibu merasa dihargai. Menghabiskan waktu bersama keluarga juga menjadi cara yang baik untuk menunjukkan rasa cinta dan kepedulian. Selain itu, perayaan ini juga dapat menjadi momentum untuk mendukung gerakan perempuan yang berfokus pada pemberdayaan perempuan, seperti kampanye pendidikan dan perlindungan dari kekerasan.

Hari Ibu adalah peringatan yang lebih dari sekadar selebrasi tahunan. Ini adalah momen refleksi untuk menghargai peran ibu dan perempuan dalam membangun keluarga, masyarakat, dan bangsa. Dengan memahami makna dan sejarahnya, kita dapat terus menjadikan Hari Ibu sebagai inspirasi untuk mendukung perempuan dalam segala aspek kehidupan. Semoga peringatan ini tidak hanya menjadi rutinitas, tetapi juga memotivasi kita semua untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan penuh kasih sayang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun