Mohon tunggu...
Ariel Nailul Authar
Ariel Nailul Authar Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Nama saya Ariel Nailul Authar, dan saya memiliki minat yang mendalam dalam dunia menulis. Menulis bagi saya bukan hanya sekadar hobi, tetapi juga sarana untuk mengekspresikan ide, perasaan, dan pandangan hidup saya. Melalui tulisan, saya berusaha menghubungkan diri dengan orang lain, membagikan cerita, serta menginspirasi pembaca dengan berbagai pemikiran dan perspektif baru. Kecintaan saya pada menulis telah mendorong saya untuk terus mengasah kemampuan dan mengeksplorasi berbagai genre, dari esai hingga artikel opini.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Dari Prancis ke Amerika: Pelajaran dan Strategi Indonesia Menuju Olimpiade 2028

1 September 2024   07:05 Diperbarui: 1 September 2024   07:08 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Olimpiade Paris 2024 menjadi perhelatan olahraga internasional yang sangat dinantikan, membawa semangat persatuan dan kompetisi ke salah satu kota paling ikonik di dunia. Ini adalah kali ketiga Prancis menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas, setelah sebelumnya menggelar acara serupa pada tahun 1900 dan 1924. Dengan tema "Games Wide Open," Olimpiade ini berfokus pada inklusivitas dan keberlanjutan, berupaya menggabungkan warisan budaya Paris dengan inovasi modern dalam penyelenggaraan acara global.


Olimpiade 2024 di Prancis menjadi sorotan bagi seluruh dunia, termasuk Indonesia, yang selalu berusaha menunjukkan kemampuan atletnya di kancah internasional. Sebagai sebuah negara dengan populasi besar dan potensi olahraga yang luar biasa, Indonesia memiliki harapan tinggi untuk meraih prestasi di Olimpiade ini. Namun, seperti dalam setiap event olahraga besar, terdapat sejumlah tantangan yang perlu dihadapi, serta pelajaran yang harus diambil untuk persiapan menuju Olimpiade 2028 di Amerika Serikat.


Ketika membahas kinerja tim Indonesia di Olimpiade, kita harus mulai dari evaluasi terhadap pencapaian sebelumnya. Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam beberapa cabang olahraga, terutama bulu tangkis dan angkat besi. Namun, secara keseluruhan, prestasi Indonesia di Olimpiade masih tergolong inkonsisten. Pada Olimpiade Tokyo 2020, misalnya, Indonesia hanya berhasil meraih lima medali, dengan hanya satu yang mendapat medali emas.


Di Prancis, Indonesia menghadapi tantangan yang lebih besar karena semakin ketatnya persaingan global. Meski demikian, upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dalam mempersiapkan atlet patut diapresiasi. Pembinaan atlet, peningkatan fasilitas, dan pelatihan yang berkesinambungan menjadi kunci penting dalam mengoptimalkan potensi atlet. Namun, meski usaha tersebut telah berjalan, hasilnya belum sepenuhnya optimal, terutama jika melihat beberapa cabang olahraga di mana Indonesia masih tertinggal.


Masalah yang mendasar adalah masih kurangnya pembinaan jangka panjang yang terencana dengan baik. Banyak atlet yang hanya bersinar di event-event besar tanpa adanya regenerasi yang berkelanjutan. Selain itu, ketergantungan pada cabang olahraga tertentu, seperti bulu tangkis, menunjukkan kurangnya diversifikasi prestasi di cabang lain. Padahal, potensi atlet Indonesia di cabang olahraga seperti atletik, renang, atau bahkan e-sports seharusnya bisa lebih dioptimalkan.


Salah satu penyebab utama dari keterbatasan prestasi adalah kurangnya investasi dalam pengembangan bakat sejak dini. Di banyak negara yang sukses di Olimpiade, seperti Amerika Serikat dan China, pengembangan atlet dimulai sejak usia muda dengan dukungan penuh dari pemerintah, sekolah, dan komunitas. Sementara di Indonesia, pengembangan bakat sering kali terbatas pada lembaga atau akademi olahraga yang belum tersebar merata di seluruh wilayah.


Selain itu, masalah lain yang sering muncul adalah minimnya dana yang dialokasikan untuk pelatihan dan pengembangan atlet. Meski ada peningkatan anggaran dalam beberapa tahun terakhir, dana yang tersedia masih belum mencukupi untuk memberikan pelatihan kelas dunia bagi para atlet. Hal ini mengakibatkan keterbatasan dalam hal fasilitas latihan, kehadiran pelatih internasional, serta kesempatan untuk mengikuti kompetisi di luar negeri sebagai persiapan sebelum Olimpiade.


Kurangnya kerjasama antara pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat juga menjadi penghambat dalam pengembangan olahraga. Di beberapa negara, olahraga telah menjadi bagian integral dari budaya dan kehidupan sehari-hari, dengan dukungan penuh dari berbagai lapisan masyarakat. Di Indonesia, olahraga masih sering dipandang sebagai hiburan semata, bukan sebagai sektor yang dapat mengangkat nama bangsa di kancah internasional.


Menatap Olimpiade 2028 di Amerika Serikat, Indonesia harus melakukan perbaikan yang mendasar dan strategis dalam berbagai aspek. Pertama, perlu adanya perencanaan jangka panjang yang komprehensif untuk pengembangan atlet. Ini tidak hanya mencakup peningkatan fasilitas dan teknologi olahraga, tetapi juga melibatkan pendidikan dan pembinaan mental sejak dini. Program pembinaan atlet harus dilakukan secara berkesinambungan, dengan target yang jelas dan evaluasi berkala untuk mengukur perkembangan.


Kedua, diversifikasi cabang olahraga perlu menjadi fokus utama. Indonesia harus keluar dari bayang-bayang bulu tangkis sebagai satu-satunya cabang unggulan dan mulai mengembangkan cabang-cabang olahraga lain. Pemerintah harus berinvestasi lebih dalam olahraga-olahraga yang memiliki potensi besar namun belum tergarap dengan maksimal, seperti atletik, senam, atau bahkan olahraga air. Selain itu, cabang olahraga baru yang akan diperkenalkan di Olimpiade 2028 juga harus dipertimbangkan, sehingga Indonesia dapat mempersiapkan atlet sejak dini.


Ketiga, peran teknologi dalam olahraga harus dioptimalkan. Di era digital ini, penggunaan teknologi canggih dalam pelatihan dan pemantauan atlet dapat memberikan keuntungan kompetitif. Data analitik, misalnya, dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan atlet secara lebih akurat, serta memberikan solusi yang tepat dalam peningkatan performa. Selain itu, teknologi virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) dapat digunakan dalam simulasi pelatihan, yang dapat membantu atlet berlatih dalam kondisi yang mendekati situasi nyata di kompetisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun