Mohon tunggu...
Ariella Margareta
Ariella Margareta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Welcome! Here I upload my writing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Gagasan Baru Jurnalisme Multimedia, Salah Satunya VIK

21 November 2023   10:16 Diperbarui: 21 November 2023   10:30 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa disini yang masih suka membaca berita di koran atau media cetak? Atau bahkan kalian lebih suka mengakses berita melalui media online? Tahukah kamu? Kalau sekarang pembaca berita di media cetak telah menurun drastis. 

Menurut survei yang dilakukan oleh Reuters Institute dan Universitas Oxford pada tahun 2022, menyatakan bahwa sebesar 88 persen berita yang diperoleh masyarakat Indonesia bersumber dari media online, yang didalamnya termasuk media sosial. Sedangkan, media cetak, seperti koran dan majalah memegang persentase terkecil yaitu sebesar 17 persen (Saptoyo & Galih, 2022). 

Wah, cukup signifikan bukan perbedaan persentasenya? 

Kemunculan teknologi digital inilah yang telah mengubah segala aspek dalam perindustrian di Indonesia, salah satunya adalah jurnalistik. Bagaimana tidak? Kemudahan yang ditawarkan oleh digitalisasi membawa setiap orang yang terdampak oleh digitalisasi untuk mengambil peran didalamnya. 

Menurunnya tingkat pembaca berita di media cetak secara drastis menandakan bahwa setiap media harus beradaptasi dan mengikuti perkembangan zaman, terutama di era digital saat ini. 

Bagaimana konsumsi berita dulu dan sekarang?

Masyarakat Indonesia membaca berita untuk memperoleh informasi yang sedang terjadi di dalam negeri maupun mancanegara. Namun, konsumsi berita mengalami perubahan seiring berjalannya waktu dan berubahnya zaman. 

Sebelum maraknya jaringan internet, platform-platform online dan gadget, masyarakat memperoleh informasi dan berita melalui media cetak, seperti koran dan majalah. Media-media cetak tersebut memiliki waktu rutin untuk menerbitkan berita, seperti koran yang diterbitkan setiap hari secara rutin. 

Setiap berita atau informasi yang diterbitkan harus melalui beberapa tahapan hingga akhirnya dapat didistribusikan kepada khalayak luas. Namun, untuk mengakses informasi yang berbentuk media cetak ini, orang-orang harus membelinya atau bahkan berlangganan.  

Sekarang, dengan hadirnya jaringan internet yang sudah meluas, segala hal dapat diakses secara online, membawa perubahan bagi masyarakat dalam mengonsumsi berita. Berita dan informasi dengan mudahnya tersebar melalui media online dan media sosial secara cepat. 

Hal inilah yang membuat masyarakat mulai meninggalkan media cetak dan lebih memilih media online. Media-media besar yang dulunya hanya berbasis media cetak, sekarang sudah menambah publikasinya menjadi media online yang dapat diakses dengan mudah melalui internet. 

Perkembangan portal-portal media online menjadi drastis sejak kemunculan detik.com di kalangan masyarakat Indonesia. Perkembangan ini juga diikuti oleh media-media lainnya seeprti Kompas.com, Okezone.com, Kompasiana.com yang merupakan User Generated Content, Yahoo! yang merupakan media aggregator, hingga Tirto.id yang merupakan punk media, dan masih banyak media lainnya (Widodo, 2020, h. 44-47)

Lantas bagaimana perkembangan jurnalisme di Indonesia? 

Jurnalisme multimedia menjadi jawaban atas bertahannya industri jurnalistik di Indonesia. Apa itu jurnalisme multimedia dan bagaimana bisa berkembang? Jurnalisme multimedia adalah jurnalisme yang memiliki bentuk baru dalam memproduksi sebuah berita atau informasi, yaitu dengan menggabungkan elemen-elemen, seperti teks, foto, audio, video, grafik dan animasi menjadi satu (Widodo, 2020). 

Hadirnya jurnalisme multimedia ini memberikan cara pandang lain bagi pembacanya dalam membaca suatu berita atau informasi. Multimedia memberikan pengalaman baru dalam mengonsumsi sebuah berita yang tidak hanya berbasis pada teks, sehingga bisa membuat pembaca berinteraksi dengan berita yang disampaikan (Parahita, Abrar & Monggilo, 2021, h. 7-8). 

Jika sudah mengetahui apa itu jurnalisme multimedia, sekarang kita perlu tahu alasan mengapa jurnalisme multimedia bisa bertahan dan berkembang di era yang terus berubah ini. Seperti yang kita ketahui, jurnalisme multimedia ini tidak hanya berbasis pada teks, tapi juga memiliki memiliki elemen-elemen yang menarik minat pembaca, seperti visual gambar, audio dan animasi yang menambah pengalaman pembaca agar lebih dekat dengan berita yang diinformasikan. Berita-berita yang ada di media online juga menyediakan ruang bagi pembacanya untuk berdiskusi dan memberikan feedback, hal yang tentunya tidak tersedia di media cetak. Sehingga, masyarakat bisa terlibat aktif dalam pendistribusian informasi. 

Yang tidak kalah pentingnya adalah berita dalam jurnalisme multimedia ini dapat dengan mudah diakses kapan saja dan dimana saja melalui jaringan internet. Jadi, pembaca tidak perlu membeli atau berlangganan koran terlebih dahulu untuk memperoleh informasi. 

Selain itu, berita online juga cepat disebarluaskan. Peristiwa yang terjadi hari ini dapat diinformasikan pada hari ini juga. Sedangkan koran atau majalah perlu melewati beberapa tahapan hingga akhirnya dapat dipublikasikan. 

Produk jurnalisme multimedia

VIK atau Visual Interaktif Kompas merupakan salah satu produk dari jurnalisme multimedia yang menghadirkan hal-hal baru bagi pembacanya agar menciptakan rasa kenyamanan ketika membaca berita. VIK ini menjadi upaya untuk menghasilkan jurnalisme bentuk baru yang dilakukan oleh Kompas. 

Buat kamu yang belum tahu VIK itu apa. VIK atau Visual Interaktif Kompas adalah media online yang memuat berita dengan bentuk longform journalism dengan menambahkan elemen-elemen multimedia pada setiap artikel berita yang dipublikasikan secara luas. 

Berasal dari In-depth News Kompas.com, topik yang ada di VIK (Visual Interaktif Kompas) dipilih berdasarkan berita yang paling sering diakses di Kompas.com, yang selanjutnya informasi atau data-data tersebut akan digali lebih dalam  hingga akhirnya dapat disajikan dalam bentuk multimedia, seperti adanya elemen-elemen teks, foto, audio, video, grafik dan animasi. 

Tentunya hal ini menjadi sangat menarik bagi pembacanya, khususnya bagi orang-orang yang malas membaca berita karena terlalu monoton. Berita-berita yang ada di VIK (Visual Interaktif Kompas) dikemas dengan sedemikian rupa, sehingga dapat menghasilkan berita yang berkualitas dan juga bervariatif. 

Ketika mengakses VIK (Visual Interaktif Kompas), beritanya disajikan dengan gambar-gambar animasi bergerak dan berwarna yang relevan dengan berita yang disampaikan. Selain itu, sebagai pembaca kita diberikan pilihan untuk membaca dengan audio atau musik. Audio yang ditampilkan membuat pembacanya seolah-olah terjun langsung ke dalam berita yang sedang dibaca dan merasakan apa yang sedang terjadi. 

Gaya bercerita dalam VIK (Visual Interaktif Kompas) pun disajikan secara populer layaknya sedang membaca novel atau cerita pendek. Namun jangan salah, isi berita yang diberikan tentunya berbobot dan memuat informasi yang relevan dengan lengkap. Jadi, berita yang diakses pastinya kredibel dan kamu tidak akan merasa bosan ketika membacanya karena didukung oleh elemen-elemen multimedia yang menarik. 

Hadirnya VIK atau Visual Interaktif Kompas menjadi bukti bahwa jurnalisme multimedia di Indonesia berkembang cukup pesat. Hal ini tentunya bisa mendorong peningkatan angka literasi Indonesia yang tergolong rendah, terutama bagi generasi milenial dan juga generasi Z. 

Sumber: Screenshoot VIK
Sumber: Screenshoot VIK

Beberapa berita yang bisa kamu baca di VIK (Visual Interaktif Kompas) adalah Punan Batu, LGBT, Mengenal Lebih Jauh Bendungan, Transportasi Menghubungkan Indonesia dan masih banyak lagi. Meskipun isinya berbobot, tapi dijamin kamu nggak akan merasa jenuh dan monoton ketika membacanya. 

Gimana nih, sudah penasaran belum? Jangan lupa mengakses VIK (Visual Interaktif Kompas) ya! Rasakan sensasi baru dalam membaca berita!

Daftar Pustaka

Parahita, G. D., Abrar, A. N., & Monggilo, Z. M. Z. (2021). Panduan menyunting Berita multimedia: Alternatif dari Departemen Ilmu Komunikasi UGM. Yogyakarta: Youth Studies Centre Fisipol UGM.

Saptoyo, R. D. A. & Galih, B. (2022). Survei reuters: 68 persen masyarakat Indonesia mengakses berita dari medsos. Kompas.com. Diakses dari https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/06/17/153126682/survei-reuters-68-persen-masyarakat-indonesia-mengakses-berita-dari?page=all#page2 

Widodo, Y. (2020). Buku ajar: Jurnalisme multimedia. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun